MENURUT Oxford Dictionary, ROLE PLAY secara umum adalah sebuah kegiatan pembelajaran di mana seseorang berperilaku seperti orang lain dalam situasi tertentu.
Role play atau yang dikenal dengan singakatan RP menjadi sering digunakan dalam platform media sosial TikTok sebagai permainan yang dilakukan secara virtual dengan menirukan idola.
Baik dari segi sikap, cara berbicara, hingga aktivitas keseharian.
Pemain RP harus bisa memainkan peran mereka secara virtual melalui teks atau video tanpa tahu jati diri mereka yang sebenarnya.
Di platform media sosial TikTok, RP dapat berarti meNgambil peran karakter fiksi, selebriti bahkan tokoh sejarah dan mengungkapkan diri melalui sebuah video pendek.
Pengguna TikTok yang terlibat dalam RP biasanya akan membuat konten yang mencerminkan karakter yang diperankan, termasuk dialog, tindakan bahkan penampilan yang sesuai.
Beberapa permainan RP berbahaya jika dilakukan oleh anak di bawah umur.
Terlebih beberapa kasus yang mengungkapkan permainan RP yang cenderung dewasa.
Heboh anak bermain RP
Tahukah Anda, baru-baru ini jagat media sosial dibikin heboh sebuah video di TikTok. Cuplikan video tersebut memperlihatkan seorang ayah yang memarahi anak perempuannya karena bermain role play (RP) di platform media sosial tersebut.
Setelah ditelusuri, si anak ternyata melakukan RP dengan sejumlah pengguna TikTok yang bahkan tidak dikenalnya.
Parahnya lagi, konten RP yang dilakukan sudah berbau dewasa sampai-sampai bocah tersebut diceritakan sudah memiliki anak yang perannya dimainkan oleh user TikTok lain.
Dilansir dari TechTarget, RP adalah sebuah permainan yang mewadahi peserta untuk berperan sebagai karakter, umumnya dalam latar fantasi atau fiksi ilmiah.
Beberapa contoh gim bergenre RolePlay, yaitu Star Wars, Dungeons and Dragons (D&D), dan Battletech yang dapat mewujudkan interaksi pengguna dalam dunia imajiner.
Selain itu, ada pula Ultima Online Neverwinter Nights yang populer di awal pengembangan MMORPG. Pengembangnya, yaitu Blizzard sukses menarik atensi pelanggan hingga dimainkan oleh lebih dari 6 juta orang. Meski memiliki alur cerita yang kompleks, minat terhadap RolePlay terus bertambah karena dinilai menyenangkan.
Marlon Brando Nadeak: “Perawatan durian MUSANG KING tidak bisa sembarangan, harus ada penyuluhan”
Dampak psikologi permainan RP
Mengacu pada publikasi wayoflife.org yang ditulis seorang asisten Pastor bernama Vince Londini, berikut efek buruk permainan RolePlay untuk kehidupan terutama dari aspek psikologi.
Promosi Kekerasan
Permainan peran disebut sering mempromosikan dan mengagungkan kekerasan. Terlepas dari elemen-elemen, seperti simulasi yang terkandung dalam gim, pada intinya, RolePlay dianggap menjadi media untuk mempraktikkan kegiatan membunuh atau mengalahkan lawan demi memperoleh kekayaan mau pun pengalaman.
Game simulasi pertempuran disimulasikan dengan hati-hati dan teliti. Biasanya, setiap pukulan dari masing-masing karakter dihitung dan dicatat untuk memengaruhi skor.
Pemain mendikte setiap langkah dan aksi yang dibuat oleh karakternya untuk mencoba melakukan hal-hal terbaik. Setelah menang, karakter akan memperkaya diri-sendiri untuk menghadapi pertempuran di level berikutnya.
Dukung Sihir
Hampir setiap merek RolePlay melibatkan ilmu ‘sihir’ untuk memainkan efek imajiner dari mantra dan kemampuan magis.
RP fiksi ilmiah dan horor akan memberikan pengalaman telepati serta efek lainnya yang serupa. Mantra digunakan pemain untuk menumpas lawan di luar kemampuan karakter sebagai jalan pintas.
Sihir pada gim RP muncul dalam berbagai bentuk, seperti ramuan, tongkat, jimat, gelang, cincin, pakaian, maupun perhiasan lainnya.
Sebagai seseorang yang menganut kepercayaan agama, Vince Londini menilai bahwa menikmati game bermain peran dengan kekuatan magis dapat menumbuhkan pikiran buruk atau dengan kata lain mempercayai hal-hal spiritual dalam koridor negatif.
Sebagaimana salah satu ayat dalam Alkitab Galatia 5:20-21, disebutkan apabila penyembahan berhala, sihir, kebencian, ajaran sesat, dan semacamnya sangat dilarang oleh Tuhan.
Tidak hanya di Kristen, hampir semua agama sangat menentang ilmu guna-guna, seperti Al-Quran surat An Naml ayat 65, yang berbunyi “Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit mau pun di bumi yang mengetahui perkara gaib, kecuali Allah.”
Tumbuhkan Pandangan Ateisme
Lebih lanjut, menurut Vince Londini, ketergantungan terhadap permainan RolePlay mampu menghilangkan pemikiran tentang realitas keagamaan.
Dengan demikian, pemain lebih mudah untuk mengabaikan agama atau ibadah yang sama saja dengan anti-Tuhan (ateisme). Mengabaikan Tuhan dianggap serupa dengan mengutuk atau menyerang Sang Pencipta.
Meski tidak berbahaya dan tidak dilarang secara aturan, dampak negatif game RolePlay juga berkaitan erat dengan godaan untuk selalu memainkannya.
Keinginan untuk membayangkan skenario masa depan dan membandingkannya dengan situasi dunia nyata sama halnya menghina ketetapan Tuhan. Dengan kata lain, RP berpeluang untuk membuat pikiran seseorang teralihkan dari realita.
Maka, ia mengimbau setiap orang untuk mencermati kebiasaan dalam mencari hiburan. Konsumsi sesuatu hal berbau fiksi dan fantasi seperti game RolePlay berkesempatan besar untuk mengganggu kehidupan spiritualitas. (sumber: tempo.co.id/***)