PEMATANGSIANTAR — SEGARIS.CO — HIDROPONIK merupakan teknik budidaya tanaman yang kian populer di kalangan petani modern.
Metode ini memungkinkan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan tumbuh subur tanpa memerlukan lahan tanah, menjadikannya solusi ideal untuk mengatasi keterbatasan lahan pertanian.
Kata “hidroponik” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni “hydro” yang berarti air dan “ponos” yang berarti bekerja.
Sesuai namanya, metode ini menggunakan air yang diperkaya dengan nutrisi dan mineral sebagai media tanam, menggantikan tanah yang biasa digunakan dalam pertanian konvensional.
Salah satu keunggulan utama teknik hidroponik adalah sifatnya yang ramah lingkungan.
Prosesnya memanfaatkan bahan-bahan alami dan meminimalkan penggunaan pestisida, sehingga menghasilkan produk pertanian yang lebih sehat dan organik.
Hal ini menjadikan hidroponik pilihan menarik bagi masyarakat yang mengutamakan kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.
Dengan segala manfaatnya, hidroponik tidak hanya menjawab tantangan keterbatasan lahan, tetapi juga mendorong praktik pertanian yang lebih berkelanjutan di masa depan.
Metode inilah yang menginspirasi pihak Badan Narkotika Nasional [BNN] Kota Pematangsiantar untuk memanfaatkan lahan kosong di lantai 3, yang ketika itu dipimpin Dr Tuangkus Harianja SH MH yang saat ini sebagai Ketua Bidang Pendidikan Pelatihan [Diklat] Himpunan Kerukunan Tani Indonesia [HKTI] Provinsi Sumatera Utara.
Dukung SWASEMBADA PANGAN gagasan Presiden, Tuangkus Harianja: HKTI Sumut akan gelar DIKLAT
Tertarik dan menjalankannya
Aneh bin ajaib memang, pihak BNNK Pematangsiantar, masih meluangkan waktu untuk memikirkan pemanfaatan lahan kosong yang justru berada di atas gedung.
Menurut Tuangkus Harianja, program tersebut, dikaitkan dengan para pecandu narkoba yang dalam fase rehabilitasi dan bagaimana BNNK Pematangsiantar berperan dalam membekali masyarakat untuk ketahanan pangan.
“Mereka diberi pendidikan dan pelatihan untuk bercocok tanam hidroponik. Beberapa lembaga, organisasi kemasyarakatan dan perseorangan yang tertarik dan menjalankannya,” kata Tuangkus Harianja.
Tanaman bernilai tinggi
Lahan nganggur di kantor BNNK Pematangsiantar itu pun dikelola Sudianto Wilis, Ketua HKTI Kota Pematangsiantar dengan tanaman sayur, daun Slada dengan luas hamparan 15 meter x 15 meter.
“Tanaman daun Slada ini bernilai tinggi, dengan masa tanam 3 bulan, sudah dapat dipanen. Kita sudah layani pembelian online, ada di mall/swalayan dan Pasar Horas. Peminatnya sudah banyak, dan kita sudah keteter untuk memenuhi permintaan,” kata Sudianto Wilis.
Menurut Tuangkus Harianja, apa yang diprogramkan BNNK Pematangsiantar sudah memberikan hasil yang sangat menggembirakan.
“Mereka sudah ada yang melakukan inovasi dan tanaman hidroponik sudah menjadi penghasilan utama,” kata Tuangkus Harianja yang juga menyampaikan bahwa petani hidroponik BNNK Pematangsiantar adalah binaan HKTI Sumut.
Hal tersebut diakui Sudianto Wilis, karena dengan tanaman hidroponik tersebut, dia rela meninggalkan pekerjaannya di salah satu perusahaan asuransi.
“Saat ini saya mengembangkan tanaman melon. Sudah masuk proses tanam 100 pohon, dan 6 bulan ke depan hasil panen 300 kilo dengan harga per kilo tigapuluhribu rupiah,” kata Sudianto Wilis.
Akan tetap pertahankan pemanfaatan lahan
Plt BNNK Pematangsiantar, Joko Sirait mengungkapkan, apa yang dirintis Tuangkus Harianja, akan tetap dipertahankan.
“Kami terus mempertahankan program ini, BNNK Pematangsiantar siap untuk mendidik dan melatih masyarakat bercocok tanam hidroponik. Apalagi Presiden, Prabowo Subianto sudah mencanangkan swasembada ketahanan pangan nasional,” kata Joko Sirait.
Sebagai catatan, BNNK Pematangsiantar dua kali berturut-.turut tahun 2023 dan 2024, mendapatkan penghargaan BNNK Terbaik di Indonesia. [Ingot Simangunsong/***]