ENAM tahun silam, Marlon Brando Nadeak, memilih meninggalkan pekerjaannya di Astra Internasional Batam – dengan gaji yang cukup menggiurkan – pulang ke kampung halamannya Nagori Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
“Sebagai anak paling bontot, saya memilih meninggalkan pekerjaan untuk merawat ibu yang dalam kondisi kurang sehat,” kata Marlon Brando Nadeak, saat menerima kehadiran segaris.co di kebun duriannya di Nagori Balimbingan, Kamis (15/06/2023).
Selesai tugas merawat ibu – yang kemudian berpulang ke Sang Khaliknya – Marlon Brando Nadeak pun menetapkan pilihan untuk bertanam durian di lahan seluas 6 rante.
“Saya pilih berkebun durian, dengan harapan dapat menjadi bekal hidup di masa tua, karena proyeksi durian ini kan masa panjang. Bisa sampai berumur 50 tahun masa pertumbuhannya. Artinya, bukan hanya saya saja yang akan menikmati. Tetapi, anak cucu saya, akan dapat menikmatinya di masa mendatang,” kata Marlon Brando Nadeak.
Untuk mengisi lahan seluas 6 rante tersebut, Marlon Brando Nadeak memilih tiga jenis durian, yakni 10 bibit MUSANG KING, 5 bibit DURI HITAM (Ochi) dan 10 bibit BAWOR.
“Memilih menanam ketiga jenis tersbut, karena harga pasarnya luar biasa, cukup tinggi, rasanya sangat nikmat, dan peminatnya cukup banyak dan sangat familiar,” kata Marlon Brando Nadeak
Marlon Brando Nadeak: “Perawatan durian MUSANG KING tidak bisa sembarangan, harus ada penyuluhan”
Beli bibit dari Payakumbuh
Untuk penyediaan bibit, Marlon Brando Nadeak, mendatangkannya dari daerah Payakumbuh, dengan harga per bibit Rp125.000, sudah termasuk biaya angkutnya.
Kenapa dari tempat sejauh itu? Menurut Marlon Brando Nadeak, banyak yang menyediakan bibit durian, tetapi dipilihnya pengadaan bibit dari tempat yang sudah berpengalaman dan sudah menunjukkan hasil dari jenis durian yang ditanamnya.
“Saya lebih yakin dengan bibit yang disediakan petani atau pengelola kebun durian yang sudah berhasil,” kata Marlon Brando Nadeak.
Durian “Warisan” dan “Musang King” yang dipandang sebelah mata
Proses penanaman
Setelah 3 jenis bibit durian tersebut sampai ke Nagori Balimbingan, Marlon Brando Nadeak tidak langsung menanamnya.
“Saya biarkan dulu selama dua minggu, masih di dalam polyback, agar beradaptasi dengan lingkungannya. Kemudian, selama dua minggu, saya sudah siapkan juga lubang-lubang untuk menanam, dengan 10 meter antara satu bibit ke bibit lainnya,” kata Marlon Brando Nadeak.
Kenapa mempersiapkan lobang selama dua minggu? Menurut Marlon Brando Nadeak, selama dua minggu, ke dalam lubang dimasukkannya anti virus tanah.
Setelah dua minggu, dilaksanakanlah proses penanaman bibit durian. Kemudian, setahun masa tanam, merupakan proses yang perlu perhatian serius, terutama memenuhi kebutuhan akan air.
“Masalah yang saya hadapi, adalah air untuk menyiram tanaman. Saya harus bawa dari rumah, dan menyiapkan bak penampungan air untuk kebutuhan menyiram tanaman,” kata Marlon Brando Nadeak.
Masa tanam 1 tahun 4 bulan
Ketiga jenis bibit durian tersebut, menurut Marlon Brando Nadeak, sudah memasuki masa tanam 1 tahun 4 bulan.
Untuk jenis MUSANG KING, tingginya sudah mencapai 2 meter, demikian juga dengan jenis Duri Hitam (Ochi) dan Bawor.
“Diharapkan 3 tahun lagi, akan sudah menghasilkan buah,” kata Marlon Brando Nadeak yang menjelaskan bahwa durian tersebut mengalami berbuah dua kali musim.
Jenis MUSANG KING, dan akan menghasilkan buah dengan berat maksimal 3 kilo dengan harga jual per kilo bervariasi Rp300.000-Rp400.000. Kemudian per pohon dapat menghasilkan 30-80 buah.
Sementara untuk jenis durian BAWOR per buah dengan berat 3-10 Kg, dan harga jual Rp75.000 per kilo, serta hasil per pohon sekali musim, 60 buah.
Dari komposisi hasil tersebut, kata Marlon Brando Nadeak, berkebun durian, memang sangat menjanjikan, dan merupakan ketahanan pangan yang terjaga dengan waktu cukup panjang.
“Namun, untuk mencapai hal tersebut, kita butuh memberikan perhatian ekstra dalam merawatnya. Kita harus banyak belajar dari para pekebun durian yang sudah sukses,” kata Marlon Brando Nadeak.
Menjadi kawasan wisata durian
Tidak hanya sebatas berkebun durian sebagai warisan bagi anak-cucu saja, di benak Marlon Brando Nadeak, sudah terkonsep kebun durian sebagai kawasan wisata.
“Saya, juga terobsesi dengan yang namanya kawasan wisata durian. Saya sudah buat konsep penataan kawasan wisatanya,” kata Marlon Brando Nadeak.
Kalau pun, tidak dirinya yang merealisasikannya, setidaknya anak atau cucunya.
Namun, Marlon Brando Nadeak, berpengharapan di masanyalah, konsep kawasan wisata durian, dapat diwujudkan.
“Masih lama, boleh jadi 5 tahun ke depan, dimana para penggemar durian, khususnya Musang King, Duri Hitam dan Bawor, dapat menikmatnya di suasana kebun yang asri,” kata Marlon Brando Nadeak, yang meyakini jika kawasan wisata durian dapat terwujud, akan memberi dampak positip bagi masyarakat di sekitar. (Ingot Simangunsong/Jefri Din/***)