Catatan | Nota Lase
MENGUBAH dan MEMBANGUN Kota Gunungsitoli sangatlah sederhana jika pemimpinnya mempunyai kemauan dan niat yang tulus dengan penuh iman, tidak egois dan tidak serakah serta bisa bergandengan tangan dengan seluruh masyarakat Kota Gunungsitoli.
Pengamatan, pengalaman dan fakta selama ini, bahwa penyelenggaraan pemerintah, dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sangatlah memprihatinkan. Maka harus segera dirubah, diperbaiki dan ditata kembali sistem Pemerintahan Kota Gunungsitoli yang bersih, bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Ada pun salah satu kriteria bakal calon Walikota dan Wakil Walikota ke depan, harus warga Kota Gunungsitoli yang lahir di Kota Gunungsitoli, bertempat tinggal di Gunungsitoli dan bukan yang diekspor dari luar wilayah Kota Gunungsitoli serta tahu seluruh wilayah Pemerintah Kota Gunungsitoli.
Kemudian, berkomitmen tinggi dalam peningkatan perekonomian masyarakat dan dapat bekerjasama, berbaur serta dapat menyesuaikan diri terhadap seluruh elemen masyarakat Kota Gunungsitoli, baik yang miskin mau pun yang kaya.
Selain itu harus mampu mengajak masyarakat untuk membenci dan membasmi korupsi, demi menghidupkan perekonomian masyarakat secara merata.
Niat yang tulus, bersih dan berkeadilan
Kota Gunungsitoli memiliki peluang besar untuk meletakkan pondasi yang kokoh dalam penataan pemerintahan yang baik dan bersih, maka harus dibangun dengan niat yang tulus, bersih dan berkeadilan untuk mewujudkan masyarakat yang nyaman dan sejahtera.
Pendidikan, kesehatan dan kondisi kehidupan perekonomian masyarakat Kota Gunungsitoli saat ini, jelas dan nyata masih rendah.
Maka harus segera diatasi secara arif dan bijaksana dalam mengoptimalkan sumberdaya yang ada agar dapat bertumbuh kembali dan berkembang.
Masyarakat Kota Gunungsitoli sejak terbentuknya DOB, sangatlah merindukan dan mengharapkan perubahan dan pembaharuan terjadi. Akan tetapi tidak pernah hal itu dapat terwujud sampai saat ini.
Maka pada kesempatan ini, ke depan kita akan mencoba melahirkan dan memunculkan pemimpin baru yang benar-benar dapat membawa perubahan dan pembaharuan.
Sehingga bukan hanya sebatas pemimpin janji, pemimpin wacana dan pemimpin opini, pemimpin visi dan misi, namun melahirkan pemimpin yang nyata berbuat dan nyata melakukan pembaharuan sebagaimana harapan kita bersama sehingga Kota Gunungsitoli dapat menjadi pusat segala kegiatan di Kepulauan Nias.
Baca juga :
Misteri Kematian Bripka Arfan Saragih, Fridolin Siahaan: “Dari mana datangnya SIANIDA ke Samosir”
Baca juga :
Hasil otopsi BUNUH DIRI, KELUARGA KECEWA dan ISTRI BRIPKA ARFAN SARAGIH HISTERIS
Kewibawaan Lembaga adat dan ketangguhan mental
Pemimpin Kota Gunungsitoli harus figur pemimpin yang berkomitmen tinggi dalam peningkatan perekonomian masyarakat, pemberdayaan SDM, pendidikan, dan kesehatan.
Kemudian, mampu menggerakkan masyarakat Kota Gunungsitoli untuk mengembalikan kewibawaan lembaga adat yang sudah mulai pudar akibat pengaruh modernisasi dan budaya globalisasi serta mampu mempengaruhi masyarakat dalam mendalami, serta melakukan azas gotong-royong.
Selain itu seorang pemimpin harus memiliki ketangguhan mental dan moral, berani, tidak ragu-ragu dan bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi kebenaran dan iman yang dimilikinya, serta demi masyarakat yang dinaunginnya.
Kebutuhan tersebut sangatlah mendasar sekali dimiliki seorang pemimpin, namun bukan hanya sebatas kata-kata yang sanggup dan bisa diucapkan begitu saja.
Marilah kita, masyarakat, bergandengan tangan pada Pesta Demokrasi ke depan, sebuah lagu mungkin bisa kita nyanyikan pada saat itu yang berjudul “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat sikap kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.”
Terkait dengan nyanyian tersebut sangatlah bermakna dan punya arti bahkan suatu pertanda kalau Tuhan sudah mulai bosan dengan kepemimpinan yang tidak berpihak dengan rakyatnya.
Untuk itu marilah kita bergandengan tangan ke depan untuk menentukan dan memilih yang tepat sosok pemimpin yang dapat berikan suatu pembaharuan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Baca juga :
SUDAH ADA YANG DITANGKAP PENGIMPOR BAJU BEKAS, Jokowi: “Mengganggu industri tekstil di dalam negeri”
Baca juga :
SINYAL dari Jokowi, ibarat menarik “rambut dalam tepung”
Pembaharuan itu adalah metamorphouse yang kurang lebih maknanya hampir sama dengan proses ulat masuk kepompong sebelum berubah menjadi kupu-kupu.
Pembaharuan bukanlah hal instan, tetapi pembaharuan itu membutuhkan proses.
Nah, pertanyaannya: Adakah pemimpin memahami bahwa untuk mentransformasi Kota Gunungsitoli menjadi lebih baik dibutuhkan proses?
Bagaimana proses itu dikawal melalui program yang terukur sebagai pengejawantahan visi? Selain itu, sudah tidak jamannya lagi pemimpin adalah BOS yang hanya menerima laporan ABS.
Pemimpin adalah pribadi yang merakyat dan bergaul akrab dengan masyarakat tanpa memandang muka.
Dengan kata lain, pemimpin adalah orang yang rendah hati. Mau meninggalkan segala kemegahan takhta dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Inilah kekuatan fenomenal seorang Jokowi yang telah melahirkan arus kecintaan rakyat yang sangat besar.
Masyarakat Kota Gunungsitoli perlu berpikir serius untuk mencari dan mendoakan pemimpin yang seperti ini.
Kota Gunungsitoli ini bukan lagi Rumah Kita, jangan seperti judul lagu “Aku masih seperti yang dulu” tetapi marilah kita jadikan Kota Gunungsitoli untuk semua masyarakat NKRI. Terima Kasih.
Penulis, Nota Lase, pengamat sosial dan kemasyarakatan