HARGA jahe di Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara, anjlok di kisaran harga Rp2.500/Kg. Kondisi tersebut membuat para petani mengeluh, dan sangat mematahkan semangat para petani jahe.
Guntur Simanjuntak, salah seorang petani jahe di Kecamatan Balige mengungkapkan, tidak sebanding lagi harga jahe dengan modal.
“Seperti pupuk, upah tenaga, masih untung bibit kita siapkan sendiri dan tidak beli bibit,” kata Guntur Simanjuntak, Jumat (07/10/2022) yang menjelaskan penurunan harga tersebut sangat drastis, karena petani jahe sempat menikmati harga jahe pada kisaran Rp15.000 ke Rp20.000/Kg.
Begitu pun, Guntur Simanjuntak masih menggantungkan harapan, “Mudah-mudahan ke depan harga jahe naik lagi, sehingga bisa menutupi kerugian modal tahap pertama.”
Baca juga :
Heboh di Kantor Bupati Toba, mobil VW parkir bertuliskan “Bupati dimohon MUNDUR”
Ketika diwawancarai segaris.co, Guntur Simanjuntak baru saja menjual jahe ke toke dan menyampaikan keluhan sembari menghitung uang hasil penjualan yang diterima dari toke.
Sementara itu, Kadis Koperindag Kabupaten Toba, Salomo Simanjuntak saat dikonfirmasi melalui telepon selular mengatakan, “Itu harga tergantung pasar, bukan kita yang menentukan harga pasar.”
Baca juga :
Hj Susanti Dewayani: “Penyaluran BLT subsidi BBM dua tahap”
Namun demikian, para petani jahe mengharapkan Pemerintah Kabupaten Toba menunjukkan peran serta menyikapi keluhan anjloknya harga jahe, karena ada dugaan anjiloknya harga jahe, karena ada permainan dari para tengkulak, yang mengakibatkan para petani menjadi rugi.
“Karena harga sekarang, dibanding dengan biaya untuk mencabut (menggali), hasilnya sangat merugikan petani,” kata Guntur Simanjuntak. (Paber Simanjuntak/**