KUTAI KARTANEGARA – SEGARIS.CO – LEGENDA yang melekat di Kutai Kartanegara tak lepas dari kehadiran Kerajaan Hindu tertua di Indonesia, yaitu Kutai Martadipura, yang berdiri sejak abad ke-4.
Penting untuk dicatat bahwa Kerajaan Kutai Martadipura berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara.
Peninggalan sejarah Kerajaan Kutai Martadipura dapat ditemukan di Museum Mulawarman. Terdapat sekitar 5.373 koleksi bersejarah di museum tersebut, termasuk singgasana, pakaian kebesaran, tempat peraduan, tombak dan keris, kalung, serta prasasti yupa.
Selain aspek menarik dari Kerajaan Hindu Tertua, legenda Kutai Kartanegara juga tak kalah menariknya, terutama legenda tentang lahirnya orang Basap.
Kisah ini bermula dari kejatuhan Kerajaan Kutai Martadipura pada abad ke-14 yang kemudian melahirkan kerajaan baru, Kerajaan Kutai Kartanegara di Tepian Batu atau Kutai Lapa. Raja pertamanya bernama Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Cerita tentang Storynomics tourism di Kutai Kartanegara ini dimulai dari kegemaran sang raja, Aji Batara Agung Dewa Sakti, dalam bermain sabung ayam.
Salah satu ayam jantannya yang terkenal adalah Perak Kemudi Besi. Konon, ayam ini memiliki kekuatan luar biasa dan mampu mengalahkan semua ayam dari para raja di Jawa, Brunei, hingga Tiongkok.
Seorang pangeran dari Tiongkok telah menantang nasibnya dalam pertarungan ayam di Kutai Kertanegara.
Pangeran tersebut tiba dengan membawa 15 ekor ayam jago dan bertaruh sejumlah 100 emas dan sebutir berlian untuk setiap ayam yang berhasil memenangkan pertarungan.
Meskipun pertarungan berlangsung sengit, namun ayam-ayam milik pangeran tersebut selalu kalah hingga tersisa hanya satu ekor.
Tetapi, bukannya menyerah, pangeran tersebut terus bertaruh, bahkan mempertaruhkan sebuah wangkang beserta seluruh isinya.
Namun, nasib berkata lain, ayam ke-15 milik pangeran Tiongkok juga tak mampu mengalahkan lawannya.
Kalah dalam pertarungan, pangeran tersebut akhirnya harus menyerahkan wangkang dan seluruh isinya kepada lawannya.
Merasa tidak siap kehilangan barang berharga tersebut, pangeran tersebut pun akhirnya memilih untuk melarikan diri dari Kutai Kertanegara.
Sebaliknya dari mengejar, Raja Kutai Kartanegara malah duduk tenang sambil mengucapkan mantra.
Hasilnya, angin puting beliung muncul dan membuat kapal milik pangeran Tiongkok terpaksa berhenti dan berlindung di sekitar Teluk Sangkulirang.
Kejadian ini membuat pangeran Tiongkok akhirnya memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut. Ia kemudian menikah dengan penduduk asli, yang akhirnya “menciptakan” orang Basap.
Orang Basap adalah keturunan dari perkawinan antara orang Tiongkok dan Suku Dayak Punan. [RE/***]