SMP Negeri 1 Gunung Malela menjadi tuan rumah pelaksanaan Hari Guru Nasional dan HUT Ke-78 PGRI Kabupaten Simalungun.
56 guru dan staf pegawai dan seluruh siswa berbenah dan berlatih Paduan Suara, dan pengibar bendera anggota pramuka dan berlatih, serta pihak Dinas Pendidikan menyempurnakan persiapan.
Pada acara tersebut, SMP Negeri 1 Gunung Malela menerima 2 predikat terbaik, yaitu Terbaik Adminstrasi dan Terbaik Sapta Pesona.
Berikut ini, redaksi Segaris.co menyajikan profil Donna Pandiangan, Kepala SMP Negeri 1 Gunung Malela dan gebrakannya dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
DONNA Pandiangan – Kepala SMP Negeri 1 Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara – sudah terobsesi untuk memajukan sekolah tersebut, dengan mengutamakan penguatan etika dan akhlak di lingkungan sekolah yang dipimpinnya.
Baginya, masalah etika dan akhlak tidak hanya diterapkan bagi anak didik saja, juga di kalangan guru, pegawai dan para tenaga honor.
“Dua hal itu, etika dan akhlak, penguatan muatan yang saya terapkan di sekolah ini,” kata Donna Pandiangan di ruang kerjanya kepada segaris.co, Rabu (20/12/2023).
Menurut Donna Pandiangan, etika dan akhlak menjadi sangat penting diterapkan, agar terkhusus para anak didik dalam menyerap ilmu pengetahuan, juga mampu mengimplementasikannya dengan kekuatan etika dan akhlak.
“Ya, kalau mereka nantinya menjadi apa pun, jadilah sesuatu yang beretika dan berakhlak. Pemahaman itu, yang kita terapkan di sekolah ini,” kata Donna Pandiangan.
Nah, untuk lingkungan SMP Negeri 1 Gunung Malela, para anak didik, ya harus jadi anak didik yang beretika dan berakhlak. Demikian juga guru, pegawai mau pun yang honor, dari pimpinan hingga tukang kebun.
“Itu yang ingin saya wujudkan selama memimpin di sekolah ini,” kata Donna Pandiangan.
Terinspirasi joglo literasi
Kemudian, Donna Pandiangan merasa betapa pentingnya untuk meningkatkan pengayaan literasi bagi anak didik di sekolah tersebut.
Di tengah-tengah halaman sekolah, ada joglo dan di tempat lain ada perpustakaan sekolah.
Donna Pandiangan pun, terinspirasi hendak mengombinasikan joglo dengan perpustakaan.
Disampaikannya, bahwa di perpustakaan banyak buku bacaan, yang dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan anak didik. Buku-buku pilihan itu, dari berbagai ilmu pengetahuan.
“Saya akan padukan keduanya, menjadi joglo literasi. Bentuk joglo dipoles gaya milenial dengan tata letak buku yang menarik. Konsepnya, petugas joglo literasi dalam satu minggu, diwajibkan menawarkan 50 buku bacaan kepada anak didik. Kemudian anak didik dapat baca buku di joglo literasi dengan bentuk lesehan,” kata Donna Pandiangan.
Aktifkan mading
Kelanjutan dari joglo literasi, Donna Pandiangan akan mengaktifkan pengadaan majalah dinding (mading).
“Siswa yang aktif meminjam dan membaca buku, kita siapkan wadah untuk berkreasi dalam bentuk aktifitas menulis artikel, puisi, cerita pendek atau fotografi. Karya mereka kita publikasikan di majalah dinding,” kata Donna Pandiangan.
Menurut Donna Pandiangan, anak didik perlu juga diberikan bimbingan dalam bertutur yang baik dan benar melalui karya tulis mau pun lisan.
“Mau jadi apa pun mereka kelak, kemampuan bertutur secara lisan mau pun tulisan, perlu mereka pelajari. Agar apa yang ingin mereka sampaikan, dapat dipahami orang lain,” kata Donna Pandiangan.
Memberikan reward
Kesemua yang diwujudkan Donna Pandiangan itu, tidak hanya sebatas program biasa-biasa saja.
Terhadap pencapaian etika ahlak, literasi dan pengisian aktif di mading, Donna Pandiangan sudah mempersiapkan reward (penghargaan).
“Saya lakukan penilaian terhadap anak didik, guru, pegawai mau pun tenaga honor hingga tukang kebun, dan sebagai imbal baliknya saya siapkan reward, penghargaan,” kata Donna Pandiangan. (Ingot Simangunsong/***/bersambung)