SAMOSIR — SEGARIS.CO — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir, bekerja sama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung dari Kementerian ESDM, melakukan survei pergerakan tanah yang terjadi di Desa Parlondut, Kecamatan Pangururan, pada Rabu 30 Oktober 2024.
Survei ini merupakan langkah awal untuk mempercepat penanggulangan bencana di wilayah tersebut.
Asisten II Kabupaten Samosir, Hotraja Sitanggang, didampingi Kepala Pelaksana BPBD Sarimpol Simanihuruk, bersama tim ahli PVMBG yang dipimpin Kibar Muhammad Suryadana, turun langsung ke lokasi untuk melakukan peninjauan dan kajian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab pergerakan tanah yang menyebabkan retakan di beberapa rumah warga dan lahan pertanian.
BPK Bidik Defisit APBD Kota Gunungsitoli Tahun 2023, INI tanggapan Damili R Gea
Hasil survei ini akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil langkah pemulihan infrastruktur yang terdampak.
Kibar Muhammad Suryadana menjelaskan bahwa pergerakan tanah yang terjadi di Desa Parlondut merupakan tipe lambat atau rayapan.
Menurutnya, kondisi ini biasa terjadi pada daerah dengan litologi batuan vulkanik yang terbentuk dari erupsi gunung api di sekitar area tersebut.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah morfologi daerah yang berupa cekungan atau lembah, di mana intensitas hujan yang tinggi menyebabkan tanah menjadi jenuh dan memicu pergerakan.
Selama survei, tim PVMBG menggunakan metode fotogrametri untuk memetakan kondisi permukaan tanah dan mengambil foto udara.
Hasil dari pemetaan ini akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Samosir sebagai acuan dalam penanganan lebih lanjut.
“Dari hitungan sementara, sekitar 10-12 hektare lahan berpotensi mengalami pergerakan kembali. Hasil kajian ini akan kami susun dalam bentuk peta laporan gerakan tanah, yang akan menjadi rekomendasi dasar bagi Pemkab Samosir,” jelas Kibar.
Ia menambahkan bahwa area yang telah terdampak, baik infrastruktur jalan maupun pemukiman, sebaiknya direlokasi karena risiko pergerakan tanah yang masih tinggi.
Namun, lahan tersebut tetap dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan jenis tanaman keras, bukan tanaman basah seperti padi, yang justru akan mempercepat pergerakan tanah.
“Masyarakat masih bisa mengusahakan lahan tersebut dengan tanaman keras untuk memperlambat pergerakan tanah,” katanya.
Sementara itu, Hotraja Sitanggang mengungkapkan bahwa setelah hasil kajian PVMBG diterima, Pemkab Samosir akan segera mengambil langkah-langkah penanganan.
Untuk sementara, upaya dilakukan agar akses jalan yang terputus bisa dilalui kembali.
“Berdasarkan hasil survei sementara, area yang mengalami retakan tidak cocok untuk pemukiman dan akan direncanakan sebagai kawasan pertanian,” kata Hotraja.
Di sisi lain, Hotraja juga mengimbau warga untuk tetap waspada, mengutamakan keselamatan, dan sementara waktu mencari tempat yang lebih aman.
“Kami sudah menyampaikan kepada masyarakat untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman sementara ini. Rekomendasi dari tim ahli akan menjadi dasar langkah konkret pemerintah daerah ke depan,” katanya. [Hatoguan Sitanggang/***]