oleh | ingot simangunsong
SUHU politik pemilihan kepala.daerah (Pilkada) serentak 2024, semakin memanas. Itu kata mereka-mereka yang sangat bersentuhan dan punya kepentingan atas perhelatan pesta demokrasi tersebut.
Punya kepentingan, karena mereka-mereka, sudah masuk dalam lingkaran salah satu calon kepala daerah atau petahana, yang akan bertarung di Pilkada serentak yang akan digelar pada 27 November 2024.
Para pencatat politik. Para pencacat politik. Keduanya menjadi bagian yang terkoneksi dalam mewarnai hadirnya para petarung, terkhusus yang akan berhadapan dengan petahana.
Keduanya bekerja dalam ruang yang terorganisir mau pun kerja-kerja senyap (paham melakukan sesuatu, walau tidak dapat arahan), bahkan ada yang bergerak hanya dengan menata citarasa bahasa tubuh si calon penguasa atau petahana.
Raih Penghargaan CNN Indonesia Awards, Asri Ludin Tambunan layak menjadi Bupati Deliserdang
Jika ditetapkan pertarungan calon dengan head to head, maka gelora kerja para pencatat politik dan para pencacat politik, semakin meninggi frekuensinya.
Yang membedakan dua komponen itu (pencatat politik dan pencacat politik), adalah adab dan kedewasaan (kematangan) berpolitik.
Bisa saja adab, dikesampingkan, karena birahi politik yang liar, dengan satu target menjatuhkan telak (knock out) lawan, atas informasi hoaks (tanpa data). Atau mendongkel-dongkel hal sekecil apa pun (dari petahana atau lawan politik), yang dianggap sebagai sebuah kesalahan (kealpaan).
Tujuannya, bagaimana lawan terpuruk, elektabilitas melorot dan hilangnya kepercayaan para konstituen. Kasarnya, gerombolan suara, dapat bergeser dan mengalihkan dukungan ke lain hati.
*****
Para PENCATAT politik dan para PENCACAT politik, bergerak-gerak dalam berbagai bentuk tampilan, dengan sebaran narasi digitlisasi, yang disebut dengan menanamkan rekam jejak (faktual mau pun hoaks).
Jika serangan datang, tentu penghadangan sebagai benteng, akan dipertontonkan, sebelum serangan balik dilepaskan oleh calon penguasa mau pun petahana.
Yang sangat ditargetkan dan difokuskan bagi para PENCATAT politik dan PENCACAT politik, adalah memasukkan gelombang pemecah ombak di tengah-tengah pendukung atau penyumbang suara fanatik kepada calon penguasa mau pun petahana.
Jejak digital, hanyalah konsumsi para penikmat dunia maya yang berada di ruang lingkup terbatas dan sangat jarang dapat atau mampu berkomunikasi ala kopi darat.
Para PENCATAT politik dan PENCACAT politik calon penguasa dan petahana, akan memperkuat jaringan “serangan” darat, yang sebenarnya wilayah fakta dari para pendukung dan pendulangan suara.
Tentu, bermain di situasi kopi darat, tidak terlepas dari seberapa besar amunisi yang tersediakan, dan seberapa bebas dapat memanfaatkan koneksi atau sistem serta jaringan antar lingkungan, desa, kelurahan dan kecamatan.
Para PENCATAT politik dan PENCACAT politik di posisi calon penguasa dan petahana, sudah sangat, sangat dan sangat memahaminya.
Para PENCATAT politik dan para PENCACAT politik, sama-sama paham, bahwa apa yang sedang mereka lakukan seperti permainan catur, kadang-kadang harus membiarkan lawan bergerak lebih dulu agar bisa menang.
Winston Churchill mengatakan begini, “Dalam perang, Anda hanya bisa terbunuh sekali, tapi dalam politik Anda bisa mati berkali-kali.”
Pematangsiantar, 10.Agustus 2024
Penulis, Ingot Simangunsong, pimpinan redaksi Segaris.co