BANDUNG – SEGARIS.CO – I Nyoman Nuarta, seorang seniman pematung kelahiran 14 November 1951, dikenal sebagai salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru pada tahun 1976.
Karya-karyanya yang paling mencolok antara lain Patung Fatmawati Soekarno, Patung Garuda Wisnu Kencana di Badung, Bali, Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya, dan Monumen Proklamasi Indonesia di Jakarta.
Nuarta saat ini menjadi arsitek untuk berbagai proyek pembangunan di IKN Nusantara, termasuk pembangunan Istana Presiden.
Tunggul Sinaga: Pembayaran Persil 5, telah sesuai penilaian TIM APPERSIAL INDEPENDEN
Gelar sarjana seni rupa diperolehnya dari Institut Teknologi Bandung, dan kini ia menetap di Bandung.
Sebagai anak keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra,
Nuarta dibesarkan di bawah pengawasan pamannya, Ketut Dharma Susila, seorang guru seni rupa.
Melalui akun Instagramnya, Nuarta membagikan proses pembangunan proyek Istana Kepresidenan atau Istana Garuda.
“Saya menerima kepercayaan dari Pemerintah RI, khususnya Bapak Presiden JKW, yang harus saya pertanggungjawabkan sebaik-baiknya. Saya sudah mulai pengerjaan sayap 120 m kiri dan kanan,” ungkapnya.
Istana Garuda dirancang sebagai “rumah” yang berasosiasi dengan burung Garuda, bukan hanya sebagai landmark sebuah kawasan, tetapi juga sebagai perwujudan sinergi antara seni, sains, dan teknologi.
“Desain Istana Garuda akan benar-benar ditransformasikan dan diwujudkan dalam sebentuk pola arsitektur dengan mempertimbangkan aspek-aspek estetik, nilai guna, serta manfaat bagi kemajuan dunia pariwisata Tanah Air,” kata Nuarta.
Istana Kepresidenan Nusantara dibangun di lahan seluas 55,7 Ha dengan luas tapak 334.200 meter persegi.
Presiden akan berkantor di Istana Garuda, seolah berada di garis depan untuk memimpin bangsa ini menggapai cita-cita, keadilan sosial, dan kemakmuran bersama.
Beberapa netizen menyambut baik pembangunan Istana Garuda ini karena dianggap sangat megah, terutama karena patung tersebut dibuat oleh seorang anak bangsa. [RE/***]