“GENDERANG UNIVERSITAS INDONESIA BERTALU KEMBALI”
JAKARTA – SEGARIS.CO – SETELAH Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta mengeluarkan Petisi Bulaksumur dan mencatat adanya penyimpangan demokrasi, hari ini, Jumat 2 Februari 2024, civitas akademika Universitas Indonesia (UI) mengumumkan Seruan Kebangsaan dari Kampus Perjuangan untuk memulihkan demokrasi yang terancam.
Dalam momen perayaan Dies Natalis ke-74 UI, civitas akademika UI yang diwakili oleh Prof. Dr. Harkristuti Harkrisnowo menyampaikan pesan kebangsaan yang mengingatkan akan sejarah panjang kampus tersebut dalam perjuangan untuk keadilan dan demokrasi.
JS tersangka galian C ilegal saudara Bupati Samosir periode 2016-2021
Berikut isi pesan kebangsaan akademika UI;
KAMPUS kami adalah kampus perjuangan, yang telah melahirkan para petarung yang berdiri paling depan dalam menghadapi berbagai peristiwa berat bangsa ini.
Para pendahulu kami, bahkan telah menumpahkan darahnya: Arif Rahman (1965), Yun Hap (1998), dan tak
terbilang yang dipenjara tanpa pengadilan tahun 1974 dan 1978 karena menolak penguasa otoritarian.
Sungguhpun nampak diam, tenggelam dalam kerja-kerja akademik di ruang kelas, ruang seminar, laboratorium, berdiam diri dalam tumpukan buku, atau menulis gagasan di ujung pena; tetapi kami tetap mewaspadai hidupnya demokrasi dan mewaspadai kedaulatan tetap di tangan rakyat.
Lima tahun terakhir, utamanya menjelang Pemilu 2024, kami kembali terpanggil untuk menabuh genderang, membangkitkan asa, dan memulihkan demokrasi negeri yang terkoyak.
Negeri kami nampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa, nihil etika, menggerus keluhuran budaya serta kesejatian bangsa.
Kami, Warga dan Alumni Universitas Indonesia prihatin atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi. Hilangnya etika bernegara dan bermasyarakat, terutama korupsi, kolusi, dan nepotisme telah menghancurkan kemanusiaan, serta merampas akses keadilan kelompok miskin terhadap hak pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan berbagai kelayakan hidup.
Keserakahan atas nama pembangunan tanpa naskah akademik berbasis data, tanpa kewarasan akal budi dan kendali nafsu keserakahan, telah menyebabkan semakin punahnya sumberdaya alam hutan, air, kekayaan di bawah tanah dan laut, memusnahkan keanekaragaman hayati, dan hampir semua kekayaan bangsa kita.
Mereka lupa bahwa di dalam hutan, di pinggir sungai, danau dan pantai, ada orang-orang, flora dan fauna, dan keberlangsungan kebudayaan masyarakat adat, bangsa kita.
Kami resah dan geram atas sikap dan tindak laku para pejabat, elit politik dan hukum yang mengingkari sumpah jabatan mereka untuk menumpuk harta pribadi, dan membiarkan negara tanpa tatakelola dan digerus korupsi, yang memuncak menjelang Pemilu.
Kami cemas kegentingan saat ini akan bisa menghancurkan masa depan bangsa dan ke-Indonesiaan.
Mr. Soepomo, salah seorang perumus Konstitusi, UUD 45, Rektor UI tahun 1951-1954, pernah berpesan agar sivitas akademika Universiteit van Indonesia dengan otonomi atau kebebasan akademik yang melekat, dapat merebut kembali jaman keemasan Sriwijaya yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.
Maka, berdasarkan ruh kebebasan akademik yang kami punya, kami berdiri di sini mengajak warga dan alumni Universitas Indonesia, untuk segera merapatkan barisan, guna:
1. Mengutuk segala bentuk tindakan yang menindas kebebasan berekspresi.
2. Menuntut hak pilih rakyat dalam pemilu dapat dijalankan tanpa intimidasi dan ketakutan, berlangsung jujur dan adil.
3. Menuntut agar semua ASN, Pejabat Pemerintah, TNI dan Polri dibebaskan dari paksaan untuk memenangkan salah satu pasion.
4. Menyerukan agar semua perguruan tinggi di seluruh tanah air mengawasi dan mengawal secara ketat pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di wilayah masing-masing.
Mari kita jaga bersama demokrasi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai dan banggakan.
Depok, 2 Februari 2024
Warga dan Alumni Universitas Indonesia.