Oleh | Sutrisno Pangaribuan
PERNYATAAN sejumlah aktivis politik non Parpol yang bergabung dalam kelompok relawan Jokowi versi musra semakin tak tentu arah.
Sebelumnya, Panel Barus menyampaikan animo dan gegap gempita dari gerakan rakyat, partisipasi rakyat dalam merespon pengumuman Ganjar Pranowo sebagai Capres, gairahnya berbeda dengan Jokowi.
Panel Barus memberi perbandingan kuantitatif terkait pos relawan yang terbentuk di era Jokowi dan Ganjar.
Willy Sidauruk: “Bank Sumut TERKESAN TERBURU-BURU untuk melakukan PROSES LELANG ULANG”
Kemudian disahuti Budi Arie dengan menyatakan peluang Jokowi memberi arahan berbeda kepada projo dan PDI-P tentang Capres Ganjar Pranowo.
Bahkan Budi Arie mencoba memberi tafsir atas pertemuan Jokowi dengan Ketum Parpol koalisi pemerintah minus Nasdem tentang menjaga kekompakan.
Kedua pernyataan aktivis politik non parpol relawan Jokowi versi musra tersebut sebagai ekspresi kepanikan karena kehilangan momentum.
Mereka salah memperkirakan keputusan politik Megawati Soekarnoputri, Ketum PDI-P.
Di Samosir, RUMAH JANDA beranak empat diterjang BANJIR BANDANG, kerugian miliaran rupiah
Di saat mereka asyik berspekulasi terkait nama-nama Capres, melakukan manuver politik ke sejumlah tokoh dan parpol. Tiba- tiba, Ganjar Pranowo diumumkan sebagai Capres PDI-P, disaksikan Presiden Joko Widodo.
Sebagai relawan Jokowi, seharusnya kelompok musra fokus pada tugas utamanya mengawal Jokowi hingga akhir jabatan (20/10/2024).
Urusan regenerasi kepemimpinan urusan parpol. Kalau mau terlibat terkait Capres 2024 seharusnya kelompok musra bertransformasi menjadi parpol atau berubah menjadi relawan Capres 2024.
Publik tentu belum lupa ancaman Budi Arie tentang pembubaran Projo setelah Prabowo Subianto dirangkul Jokowi sebagai menteri pertahanan.
Namun Projo batal membubarkan diri setelah diberi jabatan wakil menteri oleh Presiden Jokowi. Manuver politik Projo ternyata berhasil.
Perubahan pola PDI-P dalam mempersiapkan dan mengumumkan Capres 2024 membuat banyak pihak terkecoh. Semua elit politik (parpol dan non parpol) dibuat kalang kabut.
Kebiasaan pengumuman Capres PDI-P di masa “injury time” membuat elit politik terlanjur menikmati berbagai atraksi dan manuver politik. Saat perubahan terjadi, sungguh mereka tidak siap, hingga akhirnya merengek “cari perhatian.”
Kehadiran Jokowi saat pengumuman Ganjar Pranowo sebagai Capres PDI-P 2024 tentu tidak perlu ditafsirkan lagi.
Proses regenerasi kepemimpinan politik berlangsung secara baik dan terbuka. Kepentingan bangsa melampaui kepentingan pribadi maupun keluarga.
Di hadapan putra dan putrinya, di hadapan cucu Proklamator Bung Karno, Megawati Soekarno Putri memberi tugas dan tanggung jawab baru kepada Ganjar Pranowo sebagai Capres PDI-P 2024.
Sebagai rekan juang politik Ganjar Pranowo, Kongres Rakyat Nasional (Kornas) mengajak kelompok relawan musra untuk bergabung.
“Namun jika tertarik mendukung Prabowo Subianto juga silahkan” dan “Kalau menginginkan Airlangga Hartarto, ya monggo.”
Penulis, Sutrisno Pangaribuan, Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas)