LAILA ALI – anak perempuan petinju legendaris Muhamad Ali – menguatkan pepatah yang mengatakan “Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya,” telah mengantarkannya menjadi seorang petinju wanita yang mencatatkan rekor belum terkalahkan sejak mulai menjadi petinju profesional hingga pensiun.
Laila bertarung di arena tinju profesional sejak 1999 hingga 2007. Ia sukses mengalungkan sabuk kelas menengah WBC, IBA, WIBA dan IWBF.
Kehebatan Laila Ali mungkin adalah turunan yang mengalir dari ayahnya yang menjadi seorang legenda tinju kelas berat, Muhammad Ali.
Laila merupakan anak Muhammad Ali yang lahir dari istri ketiganya Veronoca Porche Ali dan merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara.
Baca juga:
Pemko Pematang Siantar klarifikasi penertiban IMLEK FAIR 2023, HARUS MELENGKAPI PERSYARATAN SESUAI KETENTUAN
Laila memulai tinju sejak usia 18 tahun. Namun Muhammad Ali, awalnya tak senang mengetahui anaknya itu akan mengikuti jejaknya.
Pasalnya, Muhammad Ali yang sudah memahami bagaimana kejamnya arena tinju tak ingin anaknya masuk ke ring berbahaya itu. Tetapi Laila tetap bulat dengan tekadnya menjadi petinju wanita profesional.
Pertarungan pertamanya terjadi 8 Oktober 1999 melawan April Fowler di Turing Stone Resort & Casino di Verona, New York. Ia sukses memenangkan pertarungan tersebut.
Baca juga :
PEMBELIAN Medan Club, JAUH DARI KEBUTUHAN RAKYAT
Salah satu pertarungan terhebatnya terjadi pada 8 Juni 2001 ketika bertemu dengan putri mantan rival ayahnya George Foreman, Joe Frazier.
Laila juga mengikuti jejak Muhammad Ali yang memenangkan pertarungan.
Ia sempat istirahat selama satu tahun, ia kembali bertarung pada 7 Juni 2002 dan mengalahkan Shirville Williams.
Laila memenangkan gelar IBA pada saat mengalahkan Suzette Taylor pada 17 Agustus 2002 di Las Vegas.
Baca juga :
DITUNTUT SEUMUR HIDUP, Ferdy Sambo akan sampaikan PLEDOI PRIBADI
Di luar ring tinju, Laila juga mewarisi warisan ayahnya yang peduli kepada isu-isu sosial dan diskriminasi.
Pada acara penghargaan Yayasan Olahraga Wanita, ia mengapresiasi para atlet yang bersuara lantang tentang isu-isu sosial.
“Saya pikir semua orang harus mengambil sikap. Apakah mereka seorang atlet atau bukan atau selebriti atau bukan. Suara kita, secara kolektif, adalah apa yang akan membuat perbedaan,” kata Laila kepada AP. (***)