Kata INTOLERANSI sangat jauh sekali jika dikaitkan dengan Bu Wali Kota, Hj Susanti Dewayani, hanya dikarenakan terjadinya penghentian dengan “paksa” sebuah kegiatan yang disebut bazar IMLEK FAIR.
“Pernyataan intoleransi, sangat tidak tepat dan salah, jika dikaitkan dengan terjadinya penghentian sebuah kegiatan yang disebut bazar IMLEK FAIR, dan dikaitkan dengan kepemimpinan Bu Susanti Dewani sebagai Wali Kota,” kata Sekretaris DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Kota Pematang Siantar, Chandra Yau dalam wawancara khusus dengan segaris.co, Rabu (11/01/2023) malam.
Chandra Yau menggambarkan, bahwa sebelum Hj Susanti Dewayani menjadi Wali Kota Pematang Siantar, bersama suaminya H Kusma Erizal Ginting, sudah menunjukkan sikap toleransi terhadap masyarakat etnis Tionghoa secara umum, dan khususnya keluarga besar Walubi Kota Pematang Siantar.
Baca juga :
KOMENTAR OW Herry Dermawan tentang IMLEK FAIR dan INTOLERANSI
“Pak Erizal misalnya, sering silaturahmi mengunjungi kita di Vihara, bahkan membawa tamu untuk memperkenalkan bagaimana rasa toleransi terbangun baik di Kota Pematang Siantar,” kata Chandra Yau, yang juga menyebutkan bagaimana Erizal Ginting membawa Gus Solah ke Vihara untuk menunjukkan sebegitu kuatnya rasa toleransi keberagamaan.
Baru di kepemimpinan Hj Susanti Dewayani
Chandra Yau menggambarkan, rasa toleransi antar umat beragama itu, sangat mendapatkan tempat di hati Wali Kota Pematang Siantar, Hj Susanti Dewayani.
“Ketika Bu Hj Susanti Dewayani dilantik sebagai Wali Kota, seluruh tokoh agama yang mewakili Lembaga masing-masing, diundang pada acara syukurannya. Kita berkomunikasi dengan baik dan kekeluargaan, dan Bu Wali ketika itu menyampaikan pesan, bagaimana kita secara bahu membahu dapat menjaga ketoleransian,” kata Chandra Yau.
Menurut, Chandra Yau, baru dikepemimpinan Hj Susanti Dewayani, kunjungan rutin dilakukan dalam bentuk silaturahmi ke tempat-tempat ibadah keagaamaan yang ada di Kota Pematang Siantar.
Baca juga :
Dukung PERAYAAN IMLEK, INI HARAPAN Hj Susanti Dewayani bagi Kota Pematang Siantar
“Ketika menghadiri kegiatan di Vihara, Bu Wali mengingatkan kita, agar tetap mengundangnya dalam acara-acara keagamaan. Jika sama kita disampaikan demikian, saya yakin hal sama juga disampaikan kepada tokoh agama lainnya. Kenapa saya sebut demikian, karena melalui ekspos di media, kita lihat Bu Wali aktif menghadiri kegiatan keagamaan yang ada di Kota Pematang Siantar,” kata Chandra Yua.
Mari menjaga keutuhan toleransi
Chandra Yau pun merasa prihatin ketika ada pihak tertentu yang mengaitkan satu permasalahan menjadi bentuk intoleransi yang ditudingkan kepada Bu Wali Kota.
Baca juga :
Hj Susanti Dewayani: “Bisa menggunakan Lapangan H Adam Malik untuk kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya”
“Bagaimana Bu Wali Kota yang terus-menerus menyampaikan betapa pentingnya menguatkan rasa toleransi, dituding intoleransi. Kita tidak paham dengan alur pikir tersebut. Apalagi dikaitkan dengan hari raya Imlek,” kata Chandra Yau.
Kemudian, Chandra Yau menyebutkan, jika ada pun permasalahan yang muncul, tidaklah seharusnya dikait-kaitkan ke arah yang dapat mengganggu ketoleransian yang sudah terbangun sangat baik.
“Mari sama-sama kita jaga rasa toleransi yang sudah terbangun dalam kepemimpinan Bu Wali sekarang ini. Rasa toleransi antar sesama di Kota Pematang Siantar, sudah cukup baik, dan mari kita perjuangkan untuk ke arah yang lebih baik lagi,” kata Chandra Yau yang mengaku karena tudingan intoleransi Wali Kota Pematang Siantar, ditelepon dari pengurus FKUB Sumut menanyakan tentang kebenaran berita tersebut.
“Saya dengan tegas mengatakan itu berita HOAX. Wali Kota baik-baik saja dalam menjaga toleransi,” kata Chandra Yau. (Ingot Simangunsong/Samsudin Harahap/***)