SEJAK tahun 2014, Tio Merly boru Sitinjak, diberi kepercayaan untuk melanjutkan kepemimpinan Forum Tani Sejahtera Indonesia (Futasi) yang beranggotakan 296 kepala keluarga di lahan yang berada di Kelurahan Gurilla, Kecamatan Siantar Sitalasari, Kota Pematang Siantar, Provinsi Sumatera Utara.
Kenapa ada kata SEJAHTERA untuk nama forum tersebut? Menurut Tio Merly boru Sitinjak, sejak 2004 mereka bertempat tinggal di lahan tersebut, dengan kerja keseharian sebagai petani, mereka mengalami perubahan dari kondisi awal.
Mereka yang menempati lahan per kepala keluarga, satu rante itu, yang latar belakang perekonomiannya boleh dikatakan pas-pasan, ada yang menjual roti dari bus ke bus di Pasar Parluasan, penjaga parkir, mulai mengalami perubahan penghasilan karena tambahan kerjaan menanam jagung, ubi kayu dan sere.
Baca juga :
POLISI TANGKAP tiga aktivis GJL Kalteng TERKAIT AKSI TUNTUTAN BATAS lahan Sawit PT Windu Nabatindo Lestari
Adanya perubahan yang dirasakan, mereka sudah mampu membangun rumah lebih baik, menata perkampungan dengan lebih rapi, bahkan ada rumah yang sudah berdiri permanen, arus listrik tersedia, dan lainnya.
Kurun waktu 27 tahun, menurut Tio Merly boru Sitinjak, tidak ada masalah yang mengganggu. Semuanya berjalan dengan baik, aman dan nyaman. Mereka diakui Pemerintah Kota Pematang Siantar dengan bukti dokumen kependudukan, yaitu Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).
Berdasarkan dokumen tersebut, anak-anak mereka yang bersekolah mendapatkan bantuan dana dari pemerintah, serta bantuan sosial lainnya. Tidak hanya itu, mereka juga terdaftar sebagai pemilih tetap pada 3 kali pemilihan kepala daerah, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pematang Siantar.
Baca juga :
KRIMINALISASI tiga aktivis GJL Kalteng, KAPOLRES KOTIM DIPROPAMKAN
OKNUM NGAKU dari BPN PUSAT
Masalah yang berkembang sekarang ini, kata Tio Merly boru Sitinjak, bermula dari kehadiran seorang oknum, berinsial RP, yang mengaku dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pusat, melakukan pendataan warga yang bertempat tinggal, dengan mengumpulkan KTP dan KK.
“Masyarakat pun memberikan fotocopy KTP dan KK. Ketika sampai di rumah saya, saya bertanya kepada mereka, mana surat tugas melakukan pendataan. Mereka tidak dapat menunjukkan surat tugas, dan mereka tidak berhasil mendapatkan KTP dan KK saya. Kemudian, pendataan tidak berlanjut,” kata Tio Merly boru Sitinjak kepada segaris.co, Jumat (25/11/2022).
Tetapi, 4 hari kemudian, Tio Merly boru Sitinjak mendapat informasi bahwa petugas yang mengaku dari BPN Pusat itu, sedang melakukan pendataan di dekat kantor Kelurahan Gurilla.
“Saya datangi mereka, dan mempertanyakan surat tugas pendataan. Yang mereka tunjukkan bukan surat tugas dari BPN Pusat seperti awal mereka datang, tetapi surat kuasa PTPN III,” kata Tio Merly boru Sitinjak.
Karena, ada pembohongan yang dirasakan kelompok Futasi, pengumpulan KTP dan KK tidak dilanjutkan.
“Tetapi sudah ada beberapa KTP dan KK yang mereka dapatkan,” kata Tio Merly boru Sintinjak.
Baca juga :
1.482 kasus PELANGGARAN TATA RUANG di kawasan Danau Toba, 5 KASUS di SIMALUNGUN
Uang “Tali Asih”
Setelah itu, menurut Tio Merly boru Sitinjak, tersebarlah informasi di tengah kelompok Futasi, tentang adanya uang “tali asih” bagi warga yang mau meninggalkan perkampungan tersebut.
Semula, informasi tersebut tidak “mempan” karena oknum RP sudah ketahuan bohongnya.
“Selanjutnya, sejumlah oknum mendirikan plang yang bunyinya menyatakan bahwa lahan yang menjadi tempat pemukiman kami ini, adalah HGU PTPN III,” kata Tio Merly boru Sitinjak.
Seterusnya, katanya, mulailah ada informasi yang disampaikan oknum tertentu bahwa kepala keluarga A sudah menerima uang “tali asih”. Namun, ketika ditanyakan, ternyata si A tidak ada menerimanya.
“Informasi tidak benar itulah, yang membuat suasana di kelompok Futasi mulai tidak nyaman,” kata Tio Merly boru Sintinjak, yang mengungkapkan, tidak berapa lama setelah informasi simpang siur tersebut menyebar, akhirnya diketahui bahwa sudah ada 12 kepala keluarga yang menerima uang “tali asih”.
Semakin ke depan, semakin banyaklah warga yang menerima uang “tali asih” tersebut.
Ingin berdialog terbuka
Tio Merly boru Sitinjak mengungkapkan, pihak kelompok Futasi, menginginkan adanya dialog langsung dengan pihak PTPN III, untuk mengetahui permasalahan sebenarnya, terutama soal penetapan uang “tali asih” tersebut.
“Kemudian, kami perlu mengetahui kebenaran tentang HGU itu. Apakah HGU itu masih aktif, atau tidak,” kata Tio Merly boru Sitinjak yang mengaku bahwa dialog yang mereka harapkan belum terwujud.
Tetapi, bagi sekitar 80 KK lebih anggota Futasi, yang dipimpin Tio Merly boru Sitinjak, permasalahan adanya uang “tali asih”, menjadi tidak menarik, dan mereka menyatakan NO!!!. Tulisan itu mereksa pampangkan di depan rumah bahkan di dinding rumah mereka.
“Kami akan tetap bertahan, karena kami tidak dapat lagi beralih profesi selain bertani,” katanya. (***)