BANGUN MANURUNG SPd MM, sudah 3 tahun Kepala SMP Negeri 11 Jalan Manunggal Karya, Kecamatan Siantar Marihat, Kota Pematang Siantar.
Sabtu, 05 Nopember 2022, Bangun Manurung menyampaikan, ketika hari pertama menjalankan amanah memimpin sekolah tersebut, yang dirasakan adalah keprihatinan melihat kondisi sekolah.
Tidak terawat. Gersang. Ruang laboratorium rusak dan rumah penjaga sekolah yang memprihatinkan. Ditambah lagi, masalah yang lebih krusial adalah transportasi (angkutan orang), boleh dikatakan tidak ada.
Dua hal tersebut, kondisi sekolah dan transportasi pun, dijadikan Bangun Manurung sebagai skala prioritas untuk dicarikan solusi, agar anak didik dan para guru merasa nyaman di sekolah itu.
Baca juga :
LBH Gerak Indonesia buka perwakilan di Samosir, Jusniar Endah Siahaan: “Bukan sekadar menangani perkara komersial”
Membuat asri dan nyaman
Bangun Manurung pun, mulai memikirkan bagaimana menjadikan sekolah yang dipimpinnya kelihatan asri dan nyaman.
Menurut Bangun Manurung, dia terus aktif mencari informasi kucuran anggaran yang dapat dialokasikan untuk pembangunan pagar, ruang laboratorium, dan rumah penjaga sekolah.
Atas perjuangannya bersama tim guru, berdirilah pagar, ruang laboratorium dan terperbaikinya rumah penjaga sekolah.
Ada pelataran parkir sepedamotor guru dan siswa mau pun bagi tamu, yang direncanakan Bangun Manurung, lokasi perparkiran akan menjadi Pojok Literasi.
Ketika segaris.co ke sekolah itu, Bangun Manurung menunjukkan adanya pembangunan tembok penahan longsor di sekolahnya.
Baca juga :
HEBOH BSU Radiapoh Hasiholan Sinaga, BPJS Ketenagakerjaan SAMPAIKAN PENJELASAN BEGINI
“Ini juga karena rajin melihat alokasi anggaran. Saya lihat di Dinas Penanggulangan Bencana ada alokasi anggaran membangun tembok penahan longsor, artinya khusus pencegahan bencana longsor,” kata Bangun Manurung.
Sembari menggolkan program keamanan sekolah dengan berdirinya pagar dan lainnya, Bangun Manurung bersama para guru, melakukan penataan setiap ruang terbuka hijau, ditanami pepohonan rindang dan berbagai jenis bunga-bungaan.
Hasilnya, Bu Wali Kota Pematang Siantar, Hj Susanti Deawayani, sudah berkunjung ke SMP Negeri 11 yang berada di pinggiran kota tersebut.
“Sekolah ini, menurut saya sekolah paling nyaman dan asri, mengecap pendidikan terasa nyaman karena berdiri di ketinggian, kita dapat menatap hamparan padi sawah, dan bebukitan yang berbaris. Udaranya sejuk. Keamanan cukup terjaga, anak didik tidak akan pernah bolos atau lari dari sekolah, karena tempat ini sangat jauh dari keramaian,” kata Bangun Manurung.
Baca juga :
9 bulan usia RTP Pantai Bebas Parapat, Ringkas Tarigan: KONDISINYA MEMPRIHATINKAN
Subsidi transportasi
Jarak sekolah dari simpang Jalan Melanthon Siregar ke sekolah, lumayan jauh jaraknya. Setidaknya, anak didik harus dua kali nyambung angkutan agar sampai ke sekolah.
Masalah transportasi (angkutan), sangat menentukan jumlah anak didik untuk mengecap pendidikan di SMP Negeri 11. Tentu saja, orangtua tidak merelakan anaknya masuk di SMP Negeri 11 jika angkutan tidak tersedia.
Bangun Manurung pun mengumpulkan seluruh guru bersama staf yang jumlahnya 20 orang, untuk gelar rapat membicarakan masalah ketersediaan angkutan bagi anak didik.
“Kalau tidak ada angkutan tersedia, jangan-jangan sekolah ini tidak akan ada lagi siswanya,” kata Bangun Manurung.
Dari hasil rapat tersebut, dihasilkan satu kesepakatan bersama, sebagai solusinya, sekolah memberikan subsidi kepada dua angkutan.
Baca juga :
DGP Purbalingga, Barjarnegara dan Kebumen gelar konsolidasi, bumingkan Ganjar Pranowo penerus Jokowi
Nah ketemulah dengan dua pengemudi angkutan yang bersedia pada jam tertentu, menunggu di persimpangan masuk di Jalan Melanthon Siregar menuju sekolah. Dan pada jam kepulangan, kedua angkutan tersebut, menunggu di depan sekolah, jumlah siswa pun dapat terjaga.
“Subsidi itu hanya mampu kami jalankan selama dua tahun saja. Dampaknya cukup baik, orangtua siswa berkenan memasukkan anak mereka ke sekolah,” kata Bangun Manurung yang menjelaskan bahwa supir angkutan tetap menarik ongkos sesuai ketentuan, yang disubsidi itu adalah terhadap ketersediaan membawa anak sekolah, sebagai tips “terimakasih”.
Tahun ketiga, sekolah sudah tidak punya kesanggupan lagi untuk mensubsidi angkutan, karena keterbatasan anggaran.
Dampaknya,10 ruang belajar yang tersedia, tidak dapat terisi, karena masalah tidak adanya transportasi. Kini, sekolah itu hanya memiliki 95 siswa dengan rincian 1 kelas VII dengan siswa 19 orang, sisanya dua kelas VIII, dan 2 kelas IX. Hanya 5 kelas yang terisi, 5 sisanya kosong.
Butuh perhatian khusus dan ekstra
Menurut Bangun Manurug yang pada tahun 2023 akan memasuki masa persiapan pensiun, keberadaan SMP Negeri 11 sangat membutuhkan perhatian khusus dan ekstra.
“SMP Negeri 11 ini harus mendapatkan perhatian special, karena sekolah-sekolah lainnya berada di tengah kota dan tidak sulit ketersediaan angkutan,” kata Bangun Manurung.
Permasalahan angkutan tersebut, menurut Bangun Manurung, sudah disampaikan kepada Bu Wali Kota ketika berkunjung ke sekolah tersebut.
Pengharapannya, Bu Wali Kota dapat merealisasi pembukaan trayek transportasi yang melintasi sekolah hingga keluar ke Jalan Gereja (jalan lintas Sumatera).
“Jika dibuka trayek transportasi, maka SMP Negeri 11 akan dapat bertahan, tetapi jika tidak, kemungkinan besar bisa tutup,” kata Bangun Manurung.
Menyongsong tahun ajaran baru, Bangun Manurung berpengharapan Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar, sudah merealisasikan pembukaan trayek lintas SMP Negeri 11.
“Kalau trayek itu dibuka, kami dapat segera sosialisasi tentang SMP Negeri 11,” kata Bangun Manurung yang menyebutkan bahwa sekolah yang dipimpinannya dapat mandiri jika mampu merekrut setidaknya 350 anak didik.
Ya. Semoga Bu Wali Kota memberikan respon terhadap kelangsungan proses belajar mengajar di SMP Negeri 11 Kota Pematang Siantar. (Ingot Simangunsong/Samsudin Harahap/***)