KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekf) telah menetapkan Desa Wisata Terbaik versi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021, dan dari Sumatera Utara yang terpilih adalah Desa Wisata Huta Tinggi, Kabupaten Samosir dan Desa Wisata Tipang, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Kabupaten Simalungun – melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan – setidaknya termotivasi untuk mengikuti jejak “saudaranya” Kabupaten Samosir dan Humbang Hasundutan dalam mempersiapkan desa wisata-desa wisata potensial, agar dapat “berbicara” di tingkat provinsi, nasional mau pun internasional.
Informasi yang disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Simalungun, Fikri Fanani Damanik, sudah ada 13 desa wisata yang mendapatkan SK dan 5 desa wisata lainnya sedang dalam proses.
Empat Kategori Desa Wisata
Namun, belum tersampaikan informasi, ke-13 desa wisata yang sudah mendapatkan SK tersebut masuk dalam kategori desa wisata yang bagaimana? Karena, ada 4 kategori desa wisata yang ada di Indonesia, yakni KATEGORI PERTAMA, adalah Desa Wisata Rintisan yang merupakan desa wisata yang masih berupa potensi sebagai desa wisata.
Sarana prasarana desa wisata rintisan terbilang terbatas, belum atau masih sedikit dikunjungi dari wisatawan. Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata belum sepenuhnya tumbuh. Sehingga sangat diperlukan pendampingan dari pihak terkait dalam penggembangannya.
KATEGORI KEDUA, adalah Desa Wisata Berkembang yang merupakan desa wisata yang sudah ada kunjungan dari wisatawan dari luar daerah. Sarana prasarana dan fasilitas juga sudah berkembang, sehingga mulai tercipta lapangan kerja bagi penduduk daerah.
Selain itu juga didukung akan kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata tumbuh. Tetap diperlukan, adanya pendampingan secara berkala dari pihak terkait.
KATEGORI KETIGA, adalah Desa Wisata Maju, dimana masyarakatnya sadar akan potensi wisata yang ada di daerahnya, banyak kunjungan wisatawan baik dalam negeri mau pun mancanegara. Kemudian, masyarakatnya mampu mengelola usaha pariwisata melalui pokdarwis mau pun kelompok kerja lokal.
Desa Wisata Maju, dapat dikategorikan sebagai desa wisata yang mampu memanfaatkan dana desa untuk pengembangan desa wisata.
KATEGORI KEEMPAT, adalah Desa Wisata Mandiri yang memiliki inovasi dalam pengembangan potensi desa menjadi unit kewirausahaan mandiri. Sehingga, desa ini banyak dikenal wisatawan mancanegara dan menerapkan konsep berkelanjutan (sustainability) yang diakui dunia. Sarana dan prasarana menerapkan standar internasional, minimal ASEAN serta pengolahannya secara kolaboratif pentahelix.
Desa Wisata Mandiri memanfaatkan dana desa menjadi bagian dalam inovasi wisata, dan digitalisasi menjadi bentuk promosi mandiri dalam mempromosikan wisata di desa tersebut.
Di kategori yang manakah, saat ini ke-13 desa wisata yang sudah mendapatkan SK tersebut? Bagaimana pula dengan 5 desa wisata lainnya yang sedang menunggu SK?
Jika melihat dan mengamati keempat kategori tersebut, boleh dikatakan desa wisata-desa wisata yang sudah di-SK-kan, masih dalam kategori desa wisata rintisan. Artinya, masih banyak yang perlu dibenahi dalam mempersiapkan desa wisata di Kabupaten Simalungun, agar status 13 desa wisata yang sudah di-SK-kan tersebut, dan 5 desa wisata yang sedang dipersiapkan, dapat naik kelas.
244 Desa Wisata Tahun 2024
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2024 memiliki agenda untuk mewujudkan 244 Desa Wisata.
Agenda tersebut, patut diapresiasi dan diimplementasikan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Simalungun, agar masuk dalam 244 desa wisata.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Simalungun, tentu harus lebih gencar dan gerak cepat mensosialisasikan seberapa besar manfaat desa wisata dalam memberikan perubahan bagi seluruh elemen yang terakomodir atau terlibatkan dalam proses terbentuknya desa wisata-desa wisata di setiap desa (nagori) yang ada di Kabupaten Simalungun.
Memang, untuk pencapaian tersebut, tidaklah sepenuhnya kerja sendiri Dinas Pariwisata dan Kebudayaan saja. Seluruh elemen yang ada di Kabupaten Simalungun diharapkan dapat berperan dalam kolaborasi pencapaian lahirnya desa wisata-desa wisata berdasarkan 4 kategori yang disebutkan di atas.
Filosofi “marharoan bolon” sangat dibutuhkan semelekat mungkin dalam mewujudkan desa wisata-desa wisata mandiri yang memiliki inovasi dalam pengembangan potensi desa menjadi unit kewirausahaan mandiri. Sehingga, desa wisata tersebut banyak dikenal wisatawan mancanegara dan menerapkan konsep berkelanjutan (sustainability) yang diakui dunia.
Setidaknya, ada tiga desa wisata maju dan mandiri di Kabupaten Simalungun, yang sudah dapat ditampilkan di dalam barisan 244 desa wisata di tahun 2024. Dan paling tidak, mampu menjadi Desa Wisata Terbaik untuk mendapatkan penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) di tahun 2022 dan 2023.
Kata kuncinya, kolaborasi, konsolidasi dan terintegrasi, dalam pencapaian target desa wisata menjadi pintu gerbang pemulihan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan yang menambah pendapatan asli daerah Kabupaten Simalungun.
Penulis: Ingot Simangunsong