BARANGKALI kalau orde baru tidak tumbang, reformasi tidak terjadi, maka tidak akan ada pemilukada yang membuat kita mengenal sosok Jokowi dan Ganjar Pranowo.
Wong Solo, Jokowi, pengusaha meubel, kemudian “masuk panggung politik”; hingga terpilih menjadi Wali Kota Solo dua periode.
Ganjar Pranowo,Anggota DPR RI “biasa”; dua periode, lalu kemudian terpilih menjadi Gubernur Jawa Tengah dua periode.
Bu Mega, putri Sang Proklamator menjadi saksi, korban, sekaligus aktor sejarah perjalanan bangsa
Indonesia. Bu Mega, memikul beban sejarah yang pahit, pernah “tidak dapat melanjutkan kuliah”; padahal beliau anak presiden pertama. Namun, Bu Mega tidak pernah dendam, meskipun banyak elit menuduhnya.
Bu Mega menunjukkan cinta kasih yang tak terbatas kepada bangsa ini, sebagaimana ditunjukkan bapaknya, Putra Sang Fajar.
Pengalaman sejarah Bu Mega, membuat beliau matang dalam memahami denyut nadi bangsa ini.
Beliau menunjukkan kemauan dan kemampuan “live in” dengan rakyat. Ekspresi beliau lahir dari pengalaman “menangis dan tertawa bersama rakyat.”
Pengenalan atas kehendak rakyatlah kemudian yang mendorong Bu Mega secara yakin menandatangani rekomendasi kepada Jokowi dan Ganjar Pranowo, baik sebagai kepala daerah, maupun sebagai presiden.
Warga Jawa Tengah (termasuk Solo) pun menyambut baik “rekomendasi Bu Mega”. Pilkada periode pertama Jokowi sebagai wali kota Solo disambut 36,62% suara warga, dan periode kedua 90,09% suara.
Ganjar Pranowo disambut 48,82% di periode pertama dan periode kedua 58,78%. Jokowi disambut 66,65% suara di Pilpres periode pertama dan disambut 77,29% Pilpres periode kedua di Jawa Tengah.
Bahkan kemenangan Jokowi dalam dua putaran di Pilkada DKI Jakarta 2012, tidak terlepas dari peran “Warga Jawa Tengah.”
Berdasarkan fakta sejarah tersebut, bangsa ini harus berterimakasih kepada Bu Mega dan Warga Jawa Tengah. Tanpa direkomendasi Bu Mega, keduanya tak akan pernah maju jadi kepala daerah di Jawa Tengah.
Tanpa rakyat Jawa Tengah yang memilih dan memenangkan Jokowi dan Ganjar Pranowo di Pilkada, bangsa ini juga tidak akan pernah mengenali keduanya sebagai kepala daerah yang memberi harapan baru.
Pilihan Bu Mega dan pilihan warga Jawa Tengah menyatu dalam diri Joko Widodo dan Ganjar Pranowo, sehingga bangsa ini memiliki kesempatan untuk mendapatkan pemimpin berkualitas. Kedua, “Wong Jateng”; itu kini menjadi milik Indonesia. Keduanya diterima sebagai pemimpin yang diyakini membuat Indonesia lebih baik.
Sebagai bakal calon presiden dengan elektabilitas tertinggi di semua Lembaga survey, Ganjar Pranowo kita yakini akan memenangi Pilpres 2024.
Gerakan rekan juang politik, relawan dan simpatisan akan melengkapi kerja-kerja partai politik yang akan mengusung dan mendukung Ganjar Pranowo.
KoRaN juga akan mengarahkan seluruh potensi, kekuatan untuk ikut memenangkan partai politik pengusung dan pendukung Ganjar Pranowo.
Partai politik yang akan mengusung dan mendukung Ganjar Pranowo pun diminta untuk tidak menempatkan kami sebagai kompetitor apalagi lawan politik. Kami akan bergotong royong dengan partai politik untuk memenangkan Ganjar Pranowo dan Pileg 2024.
Dalam kesadaran itu untuk memenangkan Pemilu 2024, Presidium Kongres Rakyat Nasional (KoRaN) akan terus bergerak memperkenalkan Ganjar Pranowo ke seluruh penjuru negeri sebagai calon presiden.
KoRaN juga yakin bahwa Bu Mega masih tetap menyatu dengan warga Jawa Tengah bahkan dengan seluruh rakyat Indonesia.
Pada saat yang tepat, dan tidak terlalu lama lagi, Bu Mega juga akan menyerahkan tugas yang lebih berat kepada Ganjar Pranowo, melanjutkan kepemimpinan Jokowi.
Bergerak untuk membujuk rakyat, agar berjuang bersama memenangkan Pemilu 2024. Bergotong royong untuk mewujudkan Indonesia yang akan pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.
Sutrisno Pangaribuan, Presidium Kongres Rakyat Nasional (KoRaN)