FU Hao, meninggal sekitar tahun 1200 SM, salah satu istri Raja Wu Ding dari Dinasti Shang dan, jarang terjadi pada masa itu, karena bekerja sebagai jenderal militer dan imam besar.
Makamnya yang digali di Yinxu, utuh dengan harta bendanya seperti perunggu dan giok. Di dalam lubang itu, terdapat ruang kayu sepanjang 5 meter, 3.5 m lebar dan tinggi 1.3 m, mengandung peti mati kayu pernis yang telah hancur.
Tidak banyak yang diketahui dari kehidupan awal Fu Hao. Yang diketahui, Raja Wu Ding membina kesetiaan suku-suku tetangganya dengan menikahi seorang wanita dari masing-masing suku.
Fu Hao, merupakan salah satu dari 60 istri raja yang memasuki rumah tangga kerajaan melalui pernikahan seperti itu dan mengambil kesempatan dari masyarakat perbudakan semi-matriarkal yang naik derajatnya melalui beberapa tahap.
Fu Hao dikenal oleh beberapa sarjana modern terutama dari prasasti pada artifak tulang orakel Dinasti Shang yang digali di Yinxu.
Di dalam rasasti ini, Fu Hao terbukti telah melaksanakan berbagai kampanye militer. Keluarga Tu-Fang telah memerangi Shang selama beberapa generasi sampai mereka akhirnya dikalahkan oleh Fu Hao di dalam sebuah pertempuran tunggal yang menentukan.
Kampanye selanjutnya diikuti dengan melawan Yi, Qiang dan Ba; yang terakhir terutama dikenang sebagai catatan terawal dari penyergapan besar-besaran di dalam sejarah Cina.
Sampai dengan 13,000 pasukan dan jenderal penting Zhi dan Hou Gao sebagai bawahannya, Fu Hao merupakan seorang pemimpin militer yang paling berkuasa di masanya.
Status yang sangat tidak biasa ini dikonfirmasikan oleh banyaknya senjata, termasuk sumbu pertempuran besar, yang digali dari makamnya.
Meski pun Raja Shang memegang kendali penuh atas hal-hal ritual, yang merupakan kegiatan politik yang paling penting saat itu, prasasti tulang orakel menunjukkan bahwa Wu Ding berulang kali menginstruksikan Fu Hao untuk melakukan ritual khusus dan membakar kurban.
Ini sangat tidak biasa bagi seorang wanita pada waktu itu, dan menunjukkan bahwa raja harus memiliki keyakinan besar pada istrinya.
Bejana perunggu kurban dan kulit kura-kura yang tertulis “disiapkan oleh Fu Hao yang ditemukan di dalam makamnya menjadi bukti lanjut statusnya sebagai imam besar dan gelindingan orakel.
Ia juga menguasai wilayah kekuasaannya sendiri di perbatasan kerajaan, dan memiliki seorang putra yang bernama Pangeran Jie (prasasti tulang orakel menunjukkan kekhawatiran atas kesehatannya pada saat melahirkan).
Fu Hao meninggal sebelum Raja Wu Ding, dan ia membangun sebuah makam untuknya di ujung pemakaman kerajaan di ibu kotanya Yin.
Raja kemudian membuat banyak kurban di sana dengan harapan arwahnya dapat membantunya di dalam mengalahkan Gong, yang mengancam akan memusnahkan seluruh Shang.
Makam tersebut digali oleh para arkeolog pada tahun 1976 dan sekarang terbuka untuk umum.
Makam Fu Hao
Makam Fu Hao merupakan sebuah situs arkeologi di Yinxu, reruntuhan Dinasti Shang kuno ibu kota Yin, di dalam kota modern Anyang di Provinsi Henan, Cina.
Ditemukan pada tahun 1976 dan diidentifikasikan sebagai tempat peristirahatan terakhir ratu dan jenderal militer Fu Hao.
Tempat itu merupakan satu-satunya makam kerajaan Shang yang utuh dengan isinya dan digali oleh para arkeolog.
Penggalian dipimpin Tim Pekerja Anyang dari Institut Arkeologi Chinese Academy of Social Sciences, dan setelah restorasi besar makam tersebut dibuka untuk umum pada tahun 1999.
Pada tahun 1976 beberapa arkeolog menyelidiki sebuah daerah sekitar Yinxu dengan sekop yang panjang, yang disebut sekop Luoyang, yang berhasil mengambil beberapa sampel dari lacquer merah.
Sebuah pemakaman pit ditemukan dan secara resmi dinamai makam nomor 5, sebuah pit tunggal, 5.6 meter dan 4 m, di luar pemakaman utama kerajaan. Makam tersebut berasal dari sekitar tahun 1200 SM dan diidentifikasikan dari tulisan di perunggu ritual bahwa benda itu berasal dari Fu Hao.
Makamnya berukuran lebih kecil dan merupakan salah satu makam kerajaan Dinasti Shang yang terlestarikan dan merupakan makam satu-satunya yang tidak terjarah sebelum penggalian dilakukan.
Lantai bertingkat yang menampung mayat kerajaan dan sebagian besar peralatan dan benda-benda yang dikubur bersamanya. Artifak giok yang langka, seperti yang berada di Kebudayaan Liangzhu, tampaknya dikoleksi Fu Hao sebagai barang antik dan artifak perunggu yang kemungkinan digunakan olehnya dan rumah tangganya yang lainnya bertuliskan nama anumertanya Mu Xin yang tidak diragukan lagi berperan sebagai perabotan makam.
Artifak-artifak yang digali dari makam tersebut terdiri dari: 755 benda dari giok (termasuk Longshan, Liangzhu, Hongshan dan Shijiahe artifak kebudayaan), 564 benda dari tulang (termasuk 500 perhiasan rambut 20 tusuk rambut), 468 benda dari perunggu, termasuk lebih dari 200 bejana perunggu ritual, 130 senjata, 23 lonceng, 27 pisau, 4 kaca, dan 4 patung macan, 63 benda dari batu, 11 benda dari tembikar, 5 benda dari gading, 6,900 kerang-kerangan cowrie (yang digunakan sebagai mata uang selama Dinasti Shang).
Di bawah mayat terdapat sebuah lubang kecil yang memegang sisa-sisa enam anjing kurban, dan disepanjang tepi diletakkan kerangka dari enam belas budak, bukti pengurbanan manusia.
Juga dengan terdapatnya suatu tempat dari struktur yang dibangun diatas makam yang mungkin digunakan sebagai ruang leluhur untuk upacara peringatan; yang telah ada sejak dipulihkan. (Sumber: Wikipedia)