TOGU Simorangkir bersama Tim-11 menagih janji Presiden Joko Widodo memperbaiki kerusakan lingkungan dan penyelesaian sengketa tanah adat di Kawasan Danau Toba.
Janji yang saat itu disampaikan Presiden Joko Widodo, adalah memperbaiki kerusakan lingkungan di Kawasan Danau Toba ditambah penyelesaian sengketa tanah di 15 lahan tanah adat.
“Karena janji yang disampaikan Presiden tidak ditepati maka hari ini melalui konferensi pers Tim-11 menagih janji yang sudah disampaikan sebab masyarakat adat sudah menunggu kehadiran Presiden dan mempersiapkan berbagai jenis bibit pohon untuk perbaikan kerusakan lingkungan hidup,” kata Togu Simorangkir saat konferensi pers di Aquino Cafe di Lumban Silintong, Balige, Senin (24/01/2022).
Diungkapkan Togu Simorangkir, pertemuan Tim-11 dengan Presiden Joko Widodo pada Agustus tahun lalu untuk menyelesaikan keluhan masyarakat di Kabupaten Toba hingga saat ini belum terealisasi secara tepat.
Menurut Togu Simorangkir, sengketa lahan adat di 15 titik lokasi semestinya secepatnya disikapi Presiden karena memiliki kekuatan sesuai tugas dan fungsi termasuk Polri dan menterinya.
“Intinya, tuntutan kami untuk menutup PT TPL harusnya dilakukan secepatnya karena sudah banyak melakukan kesalahan dan menyakiti masyarakat adat,” katanya.
Dijelaskan Togu Simorangkir, aksi jalan kaki dari Toba ke Istana dilakukan untuk menarik perhatian hanya demi menyelamatkan daerahnya dari tangan-tangan perampas hak masyarakat adat.
“Ada apa rencana kehadiran Presiden Joko Widodo ke Toba mendadak ditunda,” kata Togu Simorangkir.
Ketua LSM KSPPM, Delima Silalahi menyampaikan, pemerintah tidak serius menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di Kawasan Danau Toba.
“Presiden menyampaikan kepada Tim-11 untuk mempelajari tuntutan yang disampaikan diantaranya menyelesaikan kerusakan LH dan menutup PT TPL. Kalau pun ada kendala harusnya membuka secara transparan kepada publik sehingga masyarakat adat tidak beropini tidak percaya kepada pemerintah,” katanya.
Tampak hadir dalam Konfrensi Pers yang tergabung dari Tim-11, Ketua Masyarakat Adat di kawasan Tapanuli, Benget Sibuea, Komunitas Masyarakat Adat Napinggir, Sahala Pasaribu, Roganda Simajuntak, Walsa Tampubolon, sebagai moderator dipimpin oleh Roky Pasaribu.
Sebelum mengakhiri pertemuan, masyarakat adat melakukan ritual layaknya permohonan kepada roh-roh leluhur dalam mempertahankan tanah adat mereka. (Sumber: Rilis, Foto: dok)