PAK Kamin (70) sudah 36 tahun mengabdi sebagai penjaga sekolah di SMP Negeri 1 Ujung Padang, Kabupaten Simalungun.
Pengabdiannya, dimulai akhir 1985 dengan gaji Rp200.000. Silih berganti kepala sekolah, Pak Kamin menerima gaji Rp700.000 hingga Rp800.000.
Tiga bulan silam, Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun, menetapkan Plt Kepala SMP Negeri 1 Ujung Padang, Kartoyo.
“Setelah Pak Kartoyo kepala sekolah, baru saya nikmati gaji Rp1.000.000 per bulan. Saya terima sekali 3 bulan,” kata Pak Kamin suami dari almarhumah Arnaniaty, ayah 4 anak dan kakek 9 cucu tersebut.
Berikut ini cerita Pak Kamin tentang SMP Negeri 1 Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara kepada segaris.co, Selasa (02/06/2022).
Tetap bertahan dengan berbagai keahlian
Dengan gaji awal Rp200.000, bagaimana Pak Kamin bisa bertahan mengabdi hingga 36 tahun?
Pak Kamin menyebutkan, kiatnya ya menerima apa adanya pekerjaan penjaga sekolah yang harus diemban.
“Rezeki kita, kan yang atur Tuhan. Jadi, saya serahkan saja semuanya kepada sang pencipta kita,” kata Pak Kamin.
Untuk menambah penghasilan, Pak Kamin membuka usaha tempel ban, memperbaiki listrik dan alat-alat elektronik.
“Kalau dipanggil untuk membersihkan ladang pun, ya saya kerjakan. Jika dirata-ratakan, penghasilan saya bisa mencapai Rp150.000 per hari. Itulah untuk biaya hidup harian,” kata Pak Kamin.
Baca juga : Serahkaan 465 SK P3K, Bupati yakin para guru bisa merubah wajah Simalungun
Dibangun tahun 1985
Pak Kamin menjelaskan, bahwa sekolah tersebut dibangun di atas lahan seluas 2 hektar dengan masa kerja 100 hari, dan pemborongnya Gadoar Silalahi, warga Kota Pematangsiantar.
“Saya juga terlibat dalam membangun sekolah ini. Tugas saya menjaga keamanan material bangunan. Kerjanya siang malam untuk mengejar target 100 hari,” kata Pak Kamin yang menjelaskan, ketika itu yang dibangun ruang kelas, ruang laboratorium, dan ruang genset.
“Saat itu, belum ada listrik, jadi penerangan menggunakan genset,” kata Pak Kamin.
Baca juga : Ratnawati RHS boru Sidabutar: “UMKM salah satu penyanggah utama pemulihan ekonomi”
Guru lajang
Setelah Gedung selesai, kata Pak Kamin, dimulailah menerima murid dan berdatangan para guru perempuan dan laki-laki.
“Mereka masih muda-muda, lajang. Karena mereka pendatang, dan saya kelahiran Ujung Padang, tentu saya berkewajiban untuk melindungi mereka. Saya sampaikan kepada mereka, agar tidak merasa takut untuk kemana saja, dan jika ada keraguan, agar disebutkan saja nama saya. Maka amanlah mereka,” kenang Pak Kamin yang arek Suroboyo itu dan teman sepermainan dengan Ater Siahaan, Amrik Lubis dan Tambunan di Kawasan Beringin, Kecamatan Tapian Dolok.
Pak Kamin pun menyebut nama Rohani Gultom yang sejak awal mengajar di sekolah tersebut dan sudah pensiun, ada Pak Napitulu, ibu boru Rumapea, Pak Tobing, ibu boru Siburian, Pak Herickson Opusunggu, ibu Henny Damanik, Pak Hadiaman Purba, dan ibu Ida Lupina Tampubolon.
Sekolah pertemuan jodoh
Pak Kamin juga punya cerita menarik, yaitu tentang sejumlah guru, yang justru ketemu jodohnya di sekolah tersebut.
Pak Kamin menyebutkan nama pasangan yang menjadi pasangan suami-istri karena dipertemukan di sekolah itu, yakni Pak Napitulu bersama ibu guru boru Rumapea, Pak Tobing bersama ibu guru boru Siburian, Herickson Opusunggu (saat ini Korwil Pendidikan Kecamatan Panei Tongah) bersama ibu Henny Damanik, dan Hadiaman Purba berpasangan dengan ibu Ida Lupina Tampubolon.
“Mereka itu pada takut dengan saya. Setiap malam, saya menjadi juru kunci bagi guru laki-laki yang lajang tersebut. Karena ruang laboratorium di tahun ketiga sudah tidak berfungsi lagi, maka sebagian ruangan, dimanfaatkan para guru laki-laki sebagai tempat kos-kosan. Jadi setiap malam, saya harus memastikan bahwa mereka sudah ada di dalam atau tidak,” kata Pak Kamin.
Terima bingkisan dari alumni
Pak Kamin juga merasakan kebahagiaan tersendiri, dari pengabdian 36 tahun yang dijalaninya.
Bagaimana tidak? Tentu sudah tidak terhitung berapa banyak jumlah siswa yang disaksikan Pak Kamin menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Ujung Padang.
“Banyak sekali dan saya tidak banyak mengenal mereka. Hanya ada beberapa nama siswa yang demikian melekat dalam pikiran saya,” kata Pak Kamin yang juga sudah mendampingi 25 kepala sekolah selama 36 tahun mengabdi.
Tentang almuni, Pak Kamin menyebut nama Hendra Sianturi, yang menjadi pengusaha di Bandung, dan pengacara Syarifudin
“Saya mendapatkan kiriman sepatu, jaket tali dan pinggang, setiap singgah ke sekolah, karena orangtuanya kan berasal dari Tinjoan. Adakalanya saya diberikan uang,” kata Pak Kamin yang juga menjelaskan bahwa dirinya sudah berulangkali diminta untuk datang ke Bandung.
Menurut Pak Kamin, dorongan kekuatan dalam mewujudkan sesuatu yang ingin dicapai adalah menjaga pikiran dan memperkuat ibadah.
Namun, Pak Kamin berpengharapan, dirinya mendapatkan perhatian dari Bupati Kabupaten Simalungun, Radiapoh Hasiholan Sinaga. (Ingot Simangunsong)