Oleh | Sabar Mangadoe
SEPERTI dugaan Saya dulu, kini sudah semakin terbukti. Semuanya masih sesuai dengan yang Saya tuliskan di halaman fesbuk Saya pada akhir bulan Juni 2019 lalu. Bahwa saat itu telah terbentuk #DwiTunggalMegaPRO, yaitu Megawati dan Prabowo sebagai Queen And King Maker menuju Pilpres 2024 nanti.
Dan kini, telah disempurnakan dengan tambah faktor baru, kita sebut saja sebagai #TriumviratPancasila, yaitu Megawati sebagai Ketum PDIP, Prabowo sebagai Ketum Gerindra dan kini ditambah dengan LBP (Luhut Binsar Panjaitan) sebagai Petinggi Partai Golkar. Mereka bertiga-lah yang akan membangun Koalisi Partai untuk mengajukan Paslon Capres/Cawapres. Sebut saja POROS KESATU.
POROS KESATU yang dimaksud, katakanlah dinamakan Poros Pancasila, merupakan Koalisi Partai yang terdiri dari partai yaitu PDI Perjuangan, GERINDRA ditambah dengan partai Golkar dan PPP.
Sedangkan sebagai POROS KEDUA adalah Koalisi Partai yang terdiri dari partai Demokrat dan PKS.
Namun harus dicatat bahwa POROS KEDUA ini memiliki jumlah kursi DPR-RI hasil Pileg 2019 masih kurang dari 20% ( kurang dari 115 anggota DPR-RI). Jadi POROS KEDUA ini masih butuh minimal satu partai lagi. Misalnya tambah dengan partai Nasdem dan/atau PAN dan/atau PKB.
Dan mungkinkah akan terbentuk POROS KETIGA? Yaitu Koalisi Partai yang terdiri dari PAN, PKB dan Nasdem. Hampir dipastikan tidak akan.
POROS KESATU Berpeluang besar menang
Akan terjadi kemungkinan kejadian sebagai berikut:
- Bila POROS KESATU terima PKB dan atau PAN bergabung, maka maksimal hanya mungkin terjadi 2 Poros saja, alias hanya terdapat 2 Paslon Capres/Cawapres. Karena kalau POROS KESATU terima PAN dan PKB bergabung, maka pilihan pertama bagi Nasdem adalah bergabung POROS KEDUA. Karena Nasdem hampir dipastikan akan ditolak bergabung POROS KESATU oleh Megawati. Maka terjadilah 2 Poros, alias 2 Paslon Capres/Cawapres dimaksud. POROS KEDUA Koalisi Partai ini akan terdiri dari Demokrat, PKS dan Nasdem.
- Namun bila Nasdem memilih netral, maka hanya 1 buah Poros saja!! Wah.. wah.. ini akan menjadi masalah ya. Karena jumlah kursi DPR-RI Poros Kedua Koalisi Partai Demokrat, (54 kursi) dan PKS, (50 kursi) dengan total 104 kursi. Jadi masih dibawah 20% atau kurang dari 115 Kursi DPR-RI sebagai syarat mengajukan Paslon Capres/Cawapres. Poros Kedua masih kurang 11 kursi lagi !!
Akibatnya, hanya POROS KESATU yang berhak ajukan Paslon Capres/Cawapres. Sehingga terjadilah Paslon Tunggal Capres/Cawapres. Namun untuk kejadian Paslon Tunggal ini ternyata belum diatur dalam UU Pemilu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa Pemilihan harus dilakukan dengan minimal 2 Paslon Capres/Cawapres.
Tapi bila terjadi 2 buah Poros Koalisi Partai, alias terdapat 2 Paslon Capres/Cawapres sesuai yang Saya gambarkan di atas, maka Saya perkirakan dan yakin sekali bahwa Paslon Capres/Cawapres POROS KESATU, atau Poros Pancasila ini memiliki peluang besar untuk menang dibandingkan dengan Paslon Capres/Cawapres yang diajukan oleh POROS KEDUA.
Ganjar Penerus Jokowi, Presiden 2 periode tahun 2024-2034
Tentunya Saya sendiri sebagai salah satu pendiri, dan juga Penasehat Politik DPP Dulur Ganjar Pranowo, atau DGP juga ikut memperjuangkan agar Paslon Capres/Cawapres POROS KESATU-lah yang akan menang.
Sebagai informasi, DGP didirikan dan mulai bergerak di darat sejak bulan Desember 2020. Dan Kelompok Relawan Juang Politik DGP sendiri sengaja didesain untuk membangun pasukan tempur politik darat yang sebesar-besarnya, utamanya untuk menghadapi dan mengimbangi kekuatan pasukan tempur politik darat dari jaringan Kaum Radikal Agama TransNasional, seperti eks-HTI, eks-FPI dan banyak lagi jaringan mereka lainnya.
Siapa Capres yang diperjuangkan oleh DGP? Target tertinggi dari Kelompok Relawan Juang Politik DGP adalah Ganjar Pranowo yang akan diajukan oleh POROS KESATU sebagai Capres 2024.
Dan selanjutnya Ganjar Capres 2024 ini yang akan menang terpilih sebagai Presiden periode 2024-2029 dan lanjut periode 2029-2034.
Atau dengan kata lain, Presiden Ganjar Pranowo 2 Periode tahun 2024-2034 bertugas sebagai Penerus dari Presiden Jokowi 2 periode tahun 2014-2024.
DGP percaya dan meyakini bahwa Presiden Ganjar Pranowo inilah yang paling layak untuk melanjutkan dan menyempurnakan hasil kerja dari Presiden Jokowi sang pemimpin Rejim Arus Perubahan untuk meraih cita-cita Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh dan Indonesia Maju. Dimana kita berharap sejak tahun 2035 nanti, Negara Indonesia sudah setara dengan negara Jepang, Korea Selatan, Jerman, China dan beberapa negara lainnya.
POROS KEDUA Masih Kurang Satu Partai
Namun harus dicatat pula bahwa POROS KEDUA ini baru memiliki jumlah kursi DPR-RI hasil Pileg 2019 yang masih kurang dari 20% ( kurang dari 115 anggota DPR-RI). Karena Demokrat 54 kursi tambah PKS 50 kursi, total 104 Kursi.
Jadi POROS KEDUA ini masih butuh minimal satu partai lagi. Misalnya tambah dengan partai Nasdem, dan/atau PAN, dan/atau PKB. Kesimpulannya, POROS KEDUA masih kurang satu partai lagi.
Dan kemudian mungkinkah akan terbentuk POROS KETIGA? Yaitu Koalisi Partai yang terdiri dari PAN, PKB dan Nasdem. Hampir dipastikan tidak akan.
Tiba-tiba Prabowo ke Berlin, Jerman. Ngapa’in Sih?
Mari kita tengok ke belakang sejenak. Disinyalir kuat semuanya ini bermula saat Prabowo tiba-tiba pergi ke Berlin, Jerman pada tanggal 21 Juni 2019. Padahal seminggu lagi, gugatan Prabowo ke MK akan diumumkan. Disana, terjadilah pertemuan dan negosiasi politik rahasia yang menghasilkan, sebut saja sebagai Dwi Tunggal Megawati dan Prabowo, atau tagar #DwiTunggalMegaPRO 2019 seperti yang telah Saya tuliskan di halaman Fesbuk Saya.
Dan ternyata Prabowo beserta rombongan-nya pun baru kembali tiba di tanah air, sehari sebelum pengumuman MK. Lalu gugatan Prabowo dinyatakan kalah oleh MK, dan Capres Jokowi-pun sah terpilih sebagai Presiden Indonesia 2019-2024. Tentunya terdapat beberapa poin perjanjian politik rahasia antara PDI Perjuangan dan Gerindra dalam menuju Pemilu 2024 nanti. Apa saja poin-poin pernjanjian politik-nya??
Pentas drama Politik 3 babak
Selanjutnya, yang kita ketahui bersama bahwa publik disuguhi oleh tontonan pentas drama politik 3 babak. Drama Politik Babak Pertama, Jokowi yang sudah dinyatakan sah terpilih sebagai Presiden 2014-2019 oleh MK, di-skenariokan berjumpa dengan Prabowo Subianto di kereta MRT, Jakarta.
Babak Kedua, kemudian Prabowo berkunjung ke rumah Megawati di jalan Teuku Umar, Jakarta, dan menikmati nasi goreng dan Mpek-Mpek bikinan Mega sendiri. Nikmaaat, kata Prabowo kepada Pers.
Dan pamungkas-nya, dalam drama politik babak ketiga Prabowo diundang dan hadir dalam Kongres V PDI Perjuangan di Bali yang pelaksanaannya dipercepat menjadi tahun 2019, dari yang seharusnya tahun 2020.
Terlihat dengan jelas bahwa kehadiran Prabowo di Kongres kelima PDI Perjuangan ini terasa sekali sengaja di-istimewa-kan oleh Megawati dibandingkan dengan Ketum-Ketum Koalisi Partai lainnya. Padahal Capres Prabowo khan tadinya adalah lawan Capres Jokowi saat Pilpres 2014.
Hal ini bisa kita simak dengan seksama melalui isi pidato politik Megawati selama 2 jam lebih tanpa teks. Saat itu, Prabowo Subianto sengaja dipuja-puji oleh Megawati.
Perseteruan keras telah bersatu dalam kabinet pertama
Kemudian, setelah drama politik 3 babak itu usai, Presiden Jokowi dilantik oleh MPR sebagai Presiden pada tanggal 20 Oktober 2019. Dan besoknya Presiden Jokowi lansung mengumumkan Susunan Kabinet Pertama, dimana Prabowo bergabung sebagai Menteri Pertahanan ditambah Eddy Prabowo sebagai Menteri Kelautan.
Atau dengan kata lain PDI Perjuangan dan Gerindra, dari awalnya berseteru sangat keras dalam Pilpres 2019, kini telah bersatu dalam Kabinet. Perseteruan keras selama Pilpres 2019 yaitu tagar #Cebong, #Kampret dan #Kadrun yang bikin masyarakat kita terbelah dan terpecah dengan sangat keras, sejak itu secara berangsur mulai melunak dan berkurang. Akibatnya, ancaman terhadap persatuan dan Kebersatuan bangsa Indonesia kita-pun lebih dapat diatasi.
Inilah sebagai hasil kongkrit dari salah satu poin perjanjian politik antara Megawati dan Prabowo, atau #DwiTunggalMegaPRO 2019 di Berlin, pada bulan Juni 2019 yang lalu.
Maka poin perjanjian politik selanjutnya, dengan bersatunya PDI Perjuangan dan Gerindra ini, maka inilah yang menjadi modal dasar yang paling utama untuk membangun POROS KESATU Koalisi Partai dalam mengusung Paslon Capres/Cawapres menuju Pilpres 2024 nantinya.
Tentunya selain PDI Perjuangan dan Gerindra akan ditambah lagi dengan beberapa partai lainnya, yaitu PPP dan Golkar. Dan mungkin saja nanti akan ditambah lagi dengan PAN dan/atau PKB.
Baca juga : Undang-Undang Pemilihan Umum
Siapa Paslon Capres/Cawapres Poros Kesatu?
Jadi siapakah Paslon Capres/Cawapres yang akan diajukan oleh POROS KESATU Koalisi Partai ini? Nah, kita tunggu dan ikuti sajalah, karena politik selalu dinamis dan cair, meski pun kita dapat saja menerka-nerkanya dari dinamika politik yang sedang berkembang.
Karena tulisan Saya kali ini hanya fokus sebatas untuk membahas Poros Koalisi Partai saja terlebih dulu. Karena hal inilah yang amat sangat penting. Karena khan yang mengajukan Paslon Capres/Cawapres 2024 itu adalah Partai atau Koalisi Partai dengan syarat memiliki minimal jumlah kursi DPR-RI 2019-2024 sebanyak 20% atau minimal 115 anggota DPR-RI.
POROS KESATU Targetnya 2 Paslon Capres/Cawapres
Tentunya, target politik terukur yang pertama kali dan yang paling utama dari Megawati dan Prabowo, atau #DwiTunggalMegaPRO 2019 yaitu berusaha agar terbangun hanya 2 buah Poros Koalisi Partai saja. Yaitu POROS KESATU dan POROS KEDUA.
Karena bila sampai terbangun 3 buah Poros Koalisi Partai, alias terdapat 3 Paslon Capres/Cawapres, maka kemungkinan besar Paslon Capres/Cawapres dari POROS KESATU, yaitu Koalisi Partai PDI Perjuangan dan Gerindra ini akan dapat dikalahkan oleh Paslon Capres/Capres dari POROS KEDUA, yaitu Koalisi Partai Demokrat dan PKS.
Yaitu melalui modus kekalahan seperti yang telah terjadi pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 akan kembali berulang. Saat itu, Cagub AHOK kalah dari Cagub Anies Baswedan di putaran kedua. Hal ini disebabkan perolehan suara Cagub AHY di putaran pertama, dalam putaran kedua dilimpahkan ke Cagub Anies, sehingga Cagub Ahok kalah telak sampai 18%!!
Begitu juga nantinya Paslon Capres/Cawapres POROS KESATU Koalisi Partai PDI Perjuangan dan Gerindra, akan dapat dikalahkan dalam Pilpres 2024 minimal dalam putaran yang kedua oleh Paslon dari ‘Konspirasi’ POROS KEDUA dan POROS KETIGA Koalisi Partai.
Karena POROS KEDUA dan POROS KETIGA ini dipastikan akan bersatu untuk mengalahkan POROS KESATU pada Pilpres putaran yang kedua.
POROS KEDUA Bubar?
Kini yang perlu kita ketahui dan catat kembali, bahwa ternyata POROS KEDUA yang bermodalkan partai Demokrat dan PKS ini jumlah kursi DPR-RI hasil Pileg 2019 belum sampai 20% atau 115 kursi anggota DPR-RI 2019-2024.
Karena jumlah kursi Demokrat (54 kursi) ditambah PKS (50 kursi) barulah sebanyak 104 kursi DPR-RI. Jadi POROS KEDUA masih kurang minimal 11 kursi lagi untuk dapat mengajukan Paslon Capres/Cawapres.
Oleh karena itu, POROS KEDUA masih membutuhkan minimal satu partai untuk menambahkan minimal 11 kursi DPR-RI lagi itu. Sedangkan pilihan yang tersedia adalah menambahkannya dengan partai Nasdem (59 kursi), dan/atau PAN ( 44 kursi), dan/atau PKB (58 kursi).
Namun masalahnya, kalau saja ternyata nanti tidak ada satu-pun dari ketiga partai ini yang mau bergabung ke dalam POROS KEDUA, maka POROS KEDUA Koalisi Partai Demokrat dan PKS ini tidak berhak mengajukan Paslon Capres/Cawapres. Alias POROS KEDUA Koalisi Partai Demokrat dan PKS bubar. Waduh !!
Silaturahmi Prabowo ke Jokowi, Megawati dan PP Tebu Ireng lalu Kofifah
Mungkinkah akan dapat terbangun 3 buah Poros Koalisi Partai dimaksud?? Nah, justru hal inilah yang sedang sangat diperjuangkan oleh Megawati dan Prabowo selama ini. Pokoknya agar tidak terbangun 3 buah Poros Koalisi Partai!!
Kini, tengoklah dengan seksama dalam kacamata politik rentetan aktifitas Prabowo baru-baru ini. Prabowo bersilaturahmi atau ber-halal bihalal ke Presiden Jokowi di Yogyakarta, lalu besoknya ber-silaturahmi ke rumah Megawati. Dan selanjutnya ber-silaturami ke Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur Nyekar atau Ziarah ke makam Gus Dur. Dan kemudian lanjut bersilaturahmi ke Gubernur Jatim, Kofifah Indah Parawangsa di kota Surabaya, Jawa Timur.
Selain kedekatan hubungan pribadi Prabowo dengan alm. Gus Dur, juga kita ketahui bersama, bahwa Kofifah, mantan Menteri di era Presiden Gus Dur ini adalah salah satu kader ideologis Gus Dur. Dan kemudian setelah Gus Dur lengser, proses pengkaderan Kofifah ditambahkan dan dilanjutkan oleh Luhut Binsar Panjaitan, petinggi Partai Golkar saat ini.
Kesimpulannya, menyimak rentetan aktifitas silaturahmi Prabowo ini tentunya adalah bernilai sesuatu banget dalam kacamata politik. Berani Saya katakan bahwa rentetan aktifitas ini sebagai salah satu upaya Megawati dan Prabowo untuk menggagalkan terbangunnya Poros Ketiga Koalisi Partai dimaksud.
Pokoknya, bila berhasil hanya terjadi 2 buah Poros Koalisi Partai, atau 2 Paslon Capres/Cawapres, seperti yang Saya sudah sampaikan di atas bahwa Paslon yang diusung oleh POROS KESATU memiliki peluang besar untuk menang. Hanya saja, yang masih tersisa di benak dan pikiran Saya, bagaimana kalau sampai terjadi hanya 1 buah Poros Koalisi Partai saja, yaitu hanya POROS KESATU?? Argghh.. nantilah itu kita pikirkan.
Tersedia Empat Pilihan Bagi Kita Semua
Akankah segala upaya dari #DwiTunggalMegaPRO 2019, ataupun dari #TriumviratPancasila, yaitu Megawati, Prabowo dan LBP ini akan berhasil?? Biarkanlah ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kita semua, pada akhirnya jadinya 2 Paslon atau 3 Paslon??
Saat ini tersedia empat pilihan saja bagi kita semua untuk bersikap dan bertindak. Pilihan pertama mendukung segala upaya mereka bertiga, yaitu #TriumviratPancasila yang terdiri dari Megawati, Prabowo dan LBP agar hanya terbentuk 2 buah Poros Koalisi Partai. Yaitu POROS KESATU dan POROS KEDUA.
Atau pilihan kedua, melawan atau berusaha menggagalkan upaya mereka bertiga, ataupun pilihan ketiga cukup kita sebagai penonton saja..
Sedangkan untuk pilihan yang keempat, tidak perduli sama sekali !! Tapi sebaiknya tetaplah rame-rame pergi ke TPS pada tanggal 14 Februari 2024 nanti untuk mencoblos ya..
Marilah kita nikmati saja pesta demokrasi 5 tahunan sekali ini. Juga nanti pada tanggal 21 November 2024 di hari Pencoblosan Pilkada Serentak 2024. Pokoknya tidak menjadi Golput itu adalah tindakan yang lebih baik. (***)
Penulis, penasehat politik DPP DGP Dulur Ganjar Pranowo.