catatan | ingot simangunsong
JURNALIS dan sampah.
Dua kata ini jika berdiri sendiri – sendiri, tidak memiliki hubunggan apa – apa. Jurnalis ya jurnalis. Sampah ya sampah.
Jurnalis—yang kerap disebut juga wartawan—merupakan individu yang menjalankan tugas – tugas jurnalistik, mencakup kegiatan menulis, menganalisis, serta menyampaikan laporan berbagai peristiwa kepada publik melalui media massa secara rutin.
Sementara sampah merupakan material padat yang dihasilkan dari aktivitas harian manusia maupun proses alam, yang tidak lagi memiliki nilai guna dan dibuang oleh pemiliknya. Jenis sampah sangat beragam, mulai dari sisa makanan, kertas, hingga limbah plastik dan bahan-bahan lainnya yang tidak terpakai.
Kedua kata itu, tidak punya kaitan apa pun, berdiri dengan makna dan masalahnya sendiri – sendiri.
*****
TETAPI ketika kedua kata itu, disatupadukan seorang teman menjadi JURNALIS SAMPAH, menimbulkan tafsir yang berbeda. Kemudian melahirkan komentar yang bermacam – macam.
Ada yang dilupakan, bahwa jika kedua kata itu dikawinkan, maka kata SAMPAH berubah fungsi sebagai kata kiasan bagi kata JURNALIS.
Teman yang menyatukan dua kata tersebut, tentu punya alasan kenapa harus mempersatukannya.
Bisa jadi, teman itu sedang berhadapan dengan seorang jurnalis [individu], yang melaksanakan tugasnya, telah melakukan sesuatu yang mengakibatkan ketersinggungan. Sehingga terlontarlah kata, JURNALIS SAMPAH.
Sifatnya sangat pribadi sekali dan apa yang disampaikan kawan itu, adalah kata yang diperuntukkan pada dirinya sebagai ungkapan rasa kekesalannya terhadap tindakan seorang jurnalis. Arahnya lebih ke individu, bukan terhadap satu lembaga sebagai wadah tempat berkumpulnya para jurnalis.
Jadi, tidak ada yang patut ditanggapi dengan tafsir beraneka warna, yang seakan – akan kiasan itu menjeneralisasi seluruh JURNALIS. Artinya, jangan jadi ikut – ikutan gerah dan merasa terhina karena kata kiasan tersebut.
*****
KATA KIASAN memegang peranan penting dalam memperkaya ekspresi bahasa. Tak sekadar menjadi hiasan dalam ujaran atau tulisan, kata kiasan mampu menghadirkan nuansa, membangun suasana, dan memikat perhatian audiens melalui gaya penyampaian yang kreatif.
Menurut para ahli bahasa, penggunaan kata kiasan memiliki tiga fungsi utama. Pertama, memperkaya bahasa. Dengan memilih ungkapan kiasan yang tepat, bahasa menjadi lebih hidup, ekspresif, dan mudah diingat.
Kedua, menciptakan efek tertentu. Dalam berbagai konteks komunikasi, kata kiasan dapat membangkitkan humor, ketegangan, hingga emosi mendalam.
Ketiga, menarik perhatian. Penggunaan kata kiasan yang unik dan kreatif dapat menjadi daya tarik tersendiri, baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan.
Para ahli bahasa sepakat bahwa kata kiasan merupakan elemen penting dalam komunikasi yang memperkuat daya ungkap suatu pesan.
Berbeda dari makna harfiah, kata kiasan mengandung makna tersirat yang digunakan untuk menambah kedalaman dan daya tarik bahasa.
Dalam praktiknya, kata kiasan kerap memanfaatkan bentuk perbandingan, metafora, atau personifikasi. Melalui pendekatan tersebut, pesan yang disampaikan menjadi lebih ekspresif dan imajinatif, sekaligus membangkitkan ketertarikan audiens secara emosional maupun intelektual.
Penggunaan kata kiasan tidak hanya memperindah bahasa, tetapi juga memainkan peran strategis dalam memperkuat daya sugesti komunikasi, baik dalam sastra, media, maupun percakapan sehari-hari.
*****
INDIVIDU dapat menyikapi kata kiasan dengan beragam cara, tergantung pada latar belakang pendidikan, konteks komunikasi, dan tingkat pemahaman bahasa.
Berikut beberapa sikap yang umum ditemui:
Mengapresiasi sebagai seni bahasa
Banyak orang menganggap kata kiasan sebagai bentuk kreativitas yang memperindah bahasa. Mereka menikmati kehalusan makna dan efek emosional yang ditimbulkan.
Menganalisis makna secara mendalam
Bagi kalangan terdidik atau yang terbiasa dengan teks sastra dan komunikasi tinggi, kata kiasan dipahami secara kontekstual. Mereka cenderung menafsirkan secara kritis untuk menemukan pesan tersembunyi.
Kesulitan memahami
Sebagian individu, terutama yang belum terbiasa dengan gaya bahasa tidak langsung, bisa merasa bingung atau salah menangkap maksud jika tidak memahami konteks atau makna kiasan yang digunakan.
Menyesuaikan penggunaan dalam komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari, individu akan menyesuaikan penggunaan kata kiasan tergantung lawan bicara. Dalam situasi informal atau kreatif, penggunaan kiasan mungkin lebih bebas, sementara dalam konteks formal, pemilihan kata cenderung lebih hati-hati.
Penulis, ingot simangunsong, pimpinan redaksi Segaris.co