Catatan | Ingot Simangunsong
SEPERTI apa ya, suara emak – emak di hiruk-pikuknya reses para wakil rakyat. Karena, terbersit kabar miring, bahwa reses para wakil rakyat itu, hanya formalitas saja. Target yang hadir, untuk dapatkan uang duduk dan nasi kotak [untuk makan].
Ternyata tidaklah demikian adanya di acara, Dasa M Sinaga SE, anggota Fraksi Partai Golkar/Komisi D DPRD Sumatera Utara, yang menggelar Pelaksanaan Kegiatan Reses II Tahun Sidang I 2024 – 2025 di Daerah Pemilihan X Kota Pematangsiantar – Kabupaten Simalungun pada 4 Maret hingga 13 Maret 2025.
Emak-emak ternyata berkemampuan menyampaikan aspirasi dengan bahasa yang mumpuni. Pemikiran emak-emak, cukup oke. Pemikiran yang lebih jauh, menyikapi kondisi perekonomian saat ini.
Reses II Dasa Sinaga di Marihat Raja, warga cerita kalau musim hujan anak-anak tidak sekolah
T boru Silitonga: Mari kembali menjadi petani padi sawah
T boru Silitonga warga Huta II,
Nagori Bandar Rakyat, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, sangat memahami betapa semakin terpuruknya perekonomian warga di tempatnya, dikarenakan terjadi peralihan pola tanam padi sawah ke pola tanam palawija [jagung dan lainnya].
“Peralihan pola tanam ini, dikarenakan saluran irigasi yang tidak berfungsi dan ketidaktersediaan pupuk,” kata T boru Siltonga di hadapan Dasa Sinaga dan seluruh audiens reses.
Sebelum saluran irigasi rusak, dan warga masih bertanam padi sawah, perekonomian warga masih baik-baik saja.
“Sekarang ini… perekonomian kami sangat memprihatinkan Pak Dasa Sinaga. Kehadiran bapak, kiranya dapat memberikan perubahan terhadap perekonomian kami, dengan perbaikan saluran irigasi dan ketersediaan pupuk,” katanya.
Kemudian, T boru Silitonga dengan semangat menyampaikan himbauan, “Mari kita kembali sebagai petani padi sawah, agar kehidupan dan perekonomian kita, semakin membaik,” katanya.
M boru Saragih: bangkitkan semangat untuk desa mandiri
Di Nagori Parjalangan, Kecamatan Dolog Masagal, ada tokoh perempuan, M boru Saragih yang juga memiliki pemikiran luar biasa.
M boru Saragih juga, menyampaikan aspirasi bagai mana membangkitkan semangat berjuang untuk terciptanya nagori (desa) mandiri.
“Desa bisa mandiri jika infrastruktur jalannya baik, yang berdampak pada lancarnya distribusi hasil pertanian warga,” katanya.
M boru Saragih juga menyampaikan saran terhadap rencana pembentukan BUMDes [Badan Usaha Milik Desa] dan Koperasi Merah Putih, agar benar-benar di kelola dengan baik dan untuk kesejahteraan warga Nagori Parjalangan.
“Kehadiran Pak Dasa Sinaga, diharapkan benar-benar memberi manfaat bagi perubahan penghasilan warga dengan pembangunan jalan untuk lancarkan distrubusi hasil pertanian,” katanya.
Boru Tinambunan: “Kami tidak memilih Bapak”
Di Huta Paranginan, Nagori Janggarle,to, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, seorang ibu Boru Tinambunan, deng3an kejujurannya, menyampaikan, “Kami tidak memilih Bapak, tapi Bapak mau datang ke kampung kami.”
Kejujuran yang sangat luar biasa, dan tidak hanya ibu itu saja, seluruh warga di nagori tersebut, tidak memberikan satu suara pun diperuntukkan bagi Dasa Sinaga.
“Tidak itu lagi yang perlu diingat, karena sekarang ini, semua kita harus bersatu untuk membangun. Mari melupakan perbedaan selama Pileg dan Pilkada. Jika kita masih mempertahankan perbedaan, maka kita tidak akan mencapai apa yang kita inginkan. Mari kita perbedaan menjadi sebuah kekuatan,” kata Dasa Sinaga.
Boru Tinambunan pun menyampaikan aspirasi agar masalah jalan menjadi perhatian serius untuk Nagori Janggarleto.
Keseluruhan aspirasi emak-emak itu, disebut Dasa Sinaga, sudah dicatat dan akan dibawa ke rapat di DPRD Sumut.
“Mari kita bangun komunikasi, sinerjisitas dan kolaborasi yang baik, untuk mencapai aspirasi bersama ini. Dengan kerjasama yang baik, akan ada hasil yang diraih,” kata Dasa Sinaga. [****]