Catatan | Kh A Rajagukguk | Pak Imam
DALAM semangat mempererat silaturahmi dan menghormati perjuangan para ulama Nusantara, Tuan Guru Batak Syekh Dr Ahmad Sabban Elramaniy Rajagukguk, MA memimpin rombongan 17 orang dalam kegiatan Silaturahmi, Ziarah Makam Wali Nusantara, dan Wisata Agama.
Dimulai Senin 02 – 09 Desember 2024, perjalanan ini dilaksanakan dengan tujuan mengenang jasa besar para wali Allah, menginspirasi generasi penerus, dan memperkuat spiritualitas umat.
Rangkaian Perjalanan Kegiatan yang berlangsung selama seminggu ini, selain ziarah, wisata religi, fokus utama silaturrahim dan menjelajahi beberapa lokasi makam ulama besar di Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Verifikasi PLN Gunungsitoli LEMAH: mantan Kepala Desa DIPOLISIKAN Ina Alfa
Makam Syekh Mahmud al-Barusi Papan Tinggi– Tapanuli Tengah, Sumatera Utara
Ziarah pertama kali dilakukan di makam Syekh Mahmud al-Barusi, seorang ulama besar yang berjasa menyebarkan Islam di kawasan pesisir Tapanuli.
Beliau juga dikenal sebagai Sahabat Nabi, mujahid dakwah, penyebar tauhid dan tokoh pembawa nilai-nilai spiritual, perdamaian dalam kehidupan masyarakat Barus.
Kegiatan: Doa bersama dipimpin langsung oleh Tuan Guru Batak, Tahlil dan membaca sejarah perjuangan Syekh Mahmud al-Barusi, dan Diskusi singkat tentang peran Barus sebagai pusat peradaban Islam awal di Nusantara.
Makam Syekh Abdul Manan Siregar – Padang Sidempuan, Sumatera Utara
Perjalanan dilanjutkan ke makam Syekh Abdul Manan Siregar, seorang ulama kharismatik dari Tanah Tapanuli Selatan yang dikenal sebagai penjaga akidah umat dan pejuang pendidikan Islam di wilayah Sumatera Utara dan Penganut Tarekat Naqsyabandiyah
Kegiatan: Pembacaan dzikir dan doa untuk mengenang perjuangan beliau, Refleksi sejarah tentang peran dakwah Islam di Mandailing, dan Penekanan pentingnya pendidikan Islam sebagai warisan Syekh Abdul Manan.
Makam Syekh Ibrahim Al Kholidi – Kumpulan, Pasaman, Sumatera Barat
Makam di Sumbar yang dikunjungi adalah Makam Syekh Ibrahim Al Kholidi, ulama sufi yang memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan ajaran tasawuf di Pasaman dan sekitarnya.
Beliau dikenal sebagai tokoh yang membawa pencerahan spiritual di wilayah Sumatera Barat dan Penganut Tarekat Naqsyabandiyah
Kegiatan: Dzikir dan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Diskusi tentang pentingnya tasawuf dalam memperbaiki akhlak umat dan Penyerahan simbolis penghormatan dari rombongan kepada penjaga makam.
Makam Syekh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi atau dikenal sebagai Syekh Bayang (1864-1923).
Tahun 1903, Syekh Bayang berhaji ke Mekah dan, sebagaimana tradisi ulama masa itu, ia lanjut belajar kepada Syekh Jabal Qubis dan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi.
Ia seangkatan antara lain dengan Syekh Muhammad Saad Mungka dan Syekh Khatib Ali.
Mereka ini digolongkan sebagai “ulamo tuo” (tradisional) Minangkabau, pengamal teguh ajaran tarekat.
Syekh Bayang sendiri adalah mursyid tarekat Naqsabandiyah.
Pesan penting dari Tuan Guru Batak dalam tausiyahnya selama perjalanan, menyampaikan: “Ziarah ke Makam para wali bukan hanya mengenang mereka, namun juga menjadi momen penting untuk muhasabah, introspeksi diri. Para wali Allah telah memberikan teladan ketulusan, ilmu, dan kerja keras dalam dakwah Islam. Kita wajib menjaga warisan ini dan meneruskan perjuangan mereka di tengah umat.”
Setiap makam yang rombongan kunjungi memberikan pelajaran berbeda, tentang keikhlasan, kesabaran, dan perjuangan para wali dalam berdakwah serta membangun kedamaian.
Rombongan yang semula hanya berdasarkan kebersamaan sederhana, kini diperkaya oleh persahabatan – nilai spiritual yang mendalam.
Ketika akhirnya team kembali ke kampung masing masing, ada sesuatu yang berubah. Kami bukan hanya murid, sahabat, tetapi juga keluarga spiritual yang saling mendukung.
Semangat gotong royong selama perjalanan itu menjadi pesan kuat bagi team bahwa kehidupan ini adalah perjalanan, dan bersama-sama, setiap rintangan dapat dilalui dengan baik.
Untuk kami selalu diingatkan Tuan Guru Batak pada 2 nilai utama, yakni tauhid dan kebermanfaatan.
Ziarah itu mengajarkan kami rombongan, bahwa persahabatan sejati adalah ketika kita saling menguatkan, menginspirasi, dan membawa kebaikan—seperti teladan para wali yang mereka ziarahi. Pada akhirnya, kita semua akan meninggalkan kenangan, maka lakukanlah sebanyak mungkin kebaikan yang kelak akan menjadi kenangan² yang baik.