catatan | ingot simangunsong
PEMILIHAN kepala daerah [Pilkada] serentak [gubernur, bupati dan wali kota] 2024, sudah menampilkan agenda DEBAT PUBLIK.
Debat “dibentangkan” untuk melihat seberapa “kuat” para pasangan calon dalam menguasai, memahami, mengimplementasikan dan menginformasikan materi perdebatan.
Para audiens — yang diberi kesempatan melihat, mendengarkan dan menyerap langsung kemampuan bernarasi pasangan calon — adalah yang diharapkan menjadi duta sebaran informasi pasangan calon mana yang benar-benar layak DIPILIH.
Tentu sebaran informasi yang disampaikan, dengan narasi kejujuran dan keadaban tanpa “bumbu” hujatan, karena sudah menjadi kesepakatan bersama untuk menciptakan PILKADA DAMAI dan menggembirakan rakyat.
Erni Ariyanti Sitorus, politisi muda Golkar, siap pimpin DPRD Sumut 2024-2029
Jika DEBAT PUBLIK menjadi alat ukur keberBERKUALITASan pasangan calon kepala daerah, maka sudah terjawablah nomor urut berapa yang pantas sebagai PEMENANG.
*****
TETAPI, seberapa besarkah pengaruh hasil DEBAT PUBLIK pasangan calon, dapat mendulang suara pemilih di bilik suara pada hari H, 27 November 2024?
Tergantung kemampuan masyarakat dalam mencermati alur DEBAT PUBLIK. Karena, pengalaman sudah mencatat, bahwa pasangan calon berkualitas dan yang melawan KOTAK KOSONG pun, bisa kalah di TPS (Tempat Pemungutan Suara).
Dua item gerakan dalam merangkul para calon pemilih, yang tidak dapat dipungkiri, adalah (1) menancapkan tajamnya politik identitas dan (2) Nomore Piro Wani Piro (NPWP) yang bernuansa money politic.
Dua item gerakan ini — yang diupayakan dengan berbagai cara — untuk tidak digerakkan, tidak juga signifikan. Tetap saja digaungkan, dan diberi ruang dengan rangkaian upaya memenangkan pertarungan dalam memperebutkan KEKUASAAN.
*****
karena itu, KECERDASAN dan kemampuan menguasi bahan serta panggung perdebatan, juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan “menjinakkan” gerakan politik identitas mau pun NPWP.
Unggul di DEBAT PUBLIK, jangan jadi meMABOKkan, yang dapat meninabobok dan hanyutkan kesiagaan.
Karena gerakan sesenyap apa pun, akan menjadi narasumber dalam mematahkan langkah lawan.
Namun, yang patut menjadi atau sebagai catatan, KECERDASAN haruslah mengedepankan ADAB. Memenangkan pertarungan dengan elegan, adalah dengan kerendahan hati tanpa harus menghujat lawan politik.
[kalau sudah merasa di atas angin, jadilah PENYEJUK, bukan malah menjadi BADAI]
Salam PESTA DEMOKRASI dan GEMBIRAKAN RAKYAT.
Pematangsiantar, 2 November 2024
Penulis, Ingot Simangunsong, pimpinan redaksi Segaris.co