MASIH ingat, bagaimana penjajah kumpeni/Belanda dulu memaki bangsa kita dengan teriakan: “Dasarrr Inlander!!!”
Inlander itu, sama dengan BUDAK!!!
Bagi seseorang atau pun masyarakat yang bermental budak, pastilah idolanya justru sang penjajah itu sendiri.
Mereka — para mentalis budak — justru mengidolakan yang menjajah dan menjarah dirinya. Misalnya bangga menjadi ke-Barat-barat-an dan ke-Arab-arab-an.
Para mentalis budak, justru malu untuk menjadi semakin Jawa, Tengger, Bali, Betawi, Manado, Batak Karo, Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak Angkola, Dayak Manyan, Sunda, Osing, Melayu Lampung, Melayu Bengkulu, Melayu Jambi, Aceh, Gayo Minang, Bugis, Palembang, Ambon, Papua, Dayak, Ternate, Sangir Talaud, Sumba, Rote, Sasak, Bima, Flores, Banten, Makasar, Bone, Nias, Mentawai, Toraja dan suku-suku Nusantara lainnya!!
Bahasa kerennya orang ataupun masyarakat yang bermental budak itu: adalah “penderita Inferior Complex Syndrome (ICS).”
Luar biasaaa…
Namun Para remaja Kota Jogya mau menjaga, membangkitkan, bahkan membangun budayanya sendiri, disaksikan oleh Sultan Hamengku Buwono X.
Mereka rame-rame menari di jalanan, bukan didalam gedung dengan gembira, penuh percaya diri serta bangga dan apa adanya. Apa yang mereka tampilkan ini, merupakan manifestasi sekaligus manifesto dari Gerakan Kebangkitan Budaya 714 Suku Nusantara yang merupakan musuh besar dari kaum penjajah dan penjarah Bangsa Indonesia.
Ini sungguh menggetarkan jiwa dan rasa kebangsaan dan Nasionalisme kita.. luar biasaaa…
Apa yang ditampilkan para remaja Kota Yogya yang menari rame-rame di jalanan tersebut, sebagai upaya untuk mematahkan adagium penjajahan dan penjarahan yang menyebutkan,
“Cara mudah untuk menjajah dan menjarah sebuah bangsa, bikin bangsa itu melupakan sejarah perjalanan bangsanya sendiri. Bikin kaum mudanya malu atas budaya bangsanya sendiri!!!”
Para remaja Kota Yogya dengan tariannya menyatakan sikap garis tegas bahwa mereka tidak mau merasa malu menjadi Indonesia 100%. Mereka tidaklah golongan inlander, manusia bermental budak milik para penjajah dan penjarah bangsa dan negara Indonesia. Luar Biasa!
Janganlah lagi kita salah menilai alias sesat pikir
Faktanya, aktifitas seni dan budaya itu sesungguhnya adalah kegiatan bisnis dan ekonomi.
Aktifitas budaya itu bukanlah wujud dari konsumerisme. Kalau konsumerisme itu mangsa empuk dari korporat kapitalis global.
Sedangkan kegiatan budaya itu malah membangkitkan ekonomi dan bisnis ala rakyat. Bisnis dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, alias ekonomi kerakyatan.
Faktanya, bisnis ala rakyat itu adalah musuh besar bagi korporat kapitalis global!!
Karena itu semakin.. menjadilah Jawa 100%, menjadilah Sunda 100%, menjadilah Melayu 100%, menjadilah Minang 100% dan menjadilah 714 suku Nusantara 100%.
Sehingga kita semua dimampukan untuk menjadi Bangsa Indonesia 100%, demi persatuan Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 100%.
Merdeka 100%!! Merdeka dari semua bentuk dan taktik penjajahan dan penjarahan korporat kapitalis global.
Jakarta, 20 Maret 2022
Penulis Sabar Mangadoe, Penasehat DPP Dulur Ganjar Pranowo (DGP)