KONFLIK TERBARU antara Israel dengan kelompok pejuang Hamas telah mengundang reaksi dunia. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China, pun telah ikut memantau dan mengomentari ketegangan terbaru ini.
Sebelumnya, pada Sabtu (7/10/2023), serangan roket diluncurkan ke wilayah Israel dari Jalur Gaza oleh kelompok pejuang Hamas. Sinyal alarm berbunyi terus menerus di banyak wilayah di seluruh negeri, termasuk wilayah Tel Aviv dan sekitarnya.
Sebagai tanggapan, Tel Aviv memulai operasi militer yang dinamakan “Pedang Besi”. Beberapa media melaporkan Tentara Israel telah melancarkan serangan ke Jalur Gaza setelah tembakan roket besar-besaran dari daerah Palestina.
Sayap gerakan Palestina Hamas mengeluarkan pernyataan bahwa selama operasi di Israel mereka menangkap sekitar 35 tentara dan pemukim Israel.
Hamas mengungkapkan operasi serangan ini merupakan respons terhadap aktivitas agresif Israel terhadap salah satu situs paling suci Islam, Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.
Kondisi ini pun mengundang reaksi dari Washington, Moskow, dan Beijing. Berikut tanggapannya.
Lusiana S.Pd: “Sosialisasi SMPN 1 Bosar Maligas melalui kegiatan EKSTRAKURIKULER”
Amerika Serikat mendukung Israel
Presiden AS Joe Biden menegaskan AS mendukung Israel setelah terjadinya serangan. Ia menyebut komitmen Washington agar Tel Aviv mempunyai apa yang dibutuhkannya untuk menjaga rakyatnya, membela diri, dan meminta pertanggungjawaban Hamas.
Selain itu, Washington juga mengirimkan beberapa kapal dan pesawat militer lebih dekat ke Israel sebagai bentuk dukungan. Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Minggu (8/10/2023).
Austin dalam sebuah pernyataan memerintahkan pemindahan Kelompok Serangan Kapal Induk USS Gerald R. Ford ke Mediterania Timur yang lebih dekat ke Israel. Pasukan tersebut mencakup kapal induk, sebuah kapal penjelajah berpeluru kendali, dan empat kapal perusak berpeluru kendali.
Austin juga mengatakan Washington juga telah mengambil langkah-langkah untuk menambah skuadron pesawat tempur F-35, F-15, F-16, dan A-10 Angkatan Udara AS di wilayah tersebut. Ia mengatakan AS juga akan memberikan amunisi kepada Israel.
Kemajuan SMP Negeri 1 Ujung Padang, siswa bertambah, dan pembangunan SAPRAS meningkat
Rusia menganggap sebagai konsekuensi
Pemerintah Rusia buka suara soal pertempuran terbaru antara Israel dan kelompok Hamas di Gaza, Palestina. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, Maria Zakharova.
Menurut Zakharova, Rusia menganggap eskalasi konflik di wilayah itu sebagai konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Menurutnya, perlu ada cara-cara politik dan diplomatik.
“Ini (dapat diselesaikan) melalui pembentukan proses negosiasi penuh mengenai perjanjian internasional yang mengatur pembentukan negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, hidup damai dan aman dengan Israel,” katanya dikutip media resmi Rusia, TASS.
Rusia juga melihat eskalasi besar-besaran dalam konflik Palestina-Israel sebagai muara dari kesalahan Barat, yang diketahui selalu memblokir beberapa resolusi di PBB terkait Timur Tengah.
“Kami menganggap eskalasi situasi dalam skala besar saat ini sebagai manifestasi lain yang sangat berbahaya dari lingkaran setan kekerasan, yang merupakan konsekuensi langsung dari ketidakpatuhan sistemik terhadap resolusi relevan PBB dan Dewan Keamanannya serta pemblokiran oleh pihak Barat atas kerja kuartet mediator internasional Timur Tengah yang terdiri dari Rusia, AS, UE, dan PBB.”
Menggemakan pernyataan serupa, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Senin mengatakan Rusia melihat bahaya yang sangat besar bagi kawasan dalam konflik Israel-Hamas. Apalagi Rusia merujuk adanya keterlibatan pihak ketiga yang membuat situasi memanas.
Pertandingan Persahabatan Sepakbola APEKSI, INI Efek DOMINO bagi Kota Pematang Siantar
“Konflik yang terjadi saat ini antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas mewakili bahaya yang sangat besar bagi kawasan ini,” katanya.
“Risiko keterlibatan kekuatan ketiga dalam konflik ini tinggi. Sangat penting untuk menemukan cara sesegera mungkin untuk bergerak menuju semacam proses negosiasi,” tegasnya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada hari Senin juga dilaporkan mengadakan pembicaraan dengan Liga Negara-Negara Arab mengenai Palestina. Moskow juga telah menyerukan gencatan senjata.
Terbaru, Presiden Rusia Vladimir Putin menyuarakan keprihatinan atas “peningkatan bencana” dalam jumlah korban sipil di Israel dan Jalur Gaza, setelah empat hari pertempuran.
Selama percakapan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, “penekanan diberikan pada situasi yang memburuk secara tajam di zona konflik Israel-Palestina,” kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.
“Keprihatinan mendalam diungkapkan mengenai terus meningkatnya kekerasan dan meningkatnya jumlah korban sipil,” tambahnya.
Putin dan Erdogan telah menegaskan kembali perlunya “gencatan senjata segera” dan “dimulainya kembali proses negosiasi,” menurut Kremlin.
China merasa sedih
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan bahwa pihaknya merasa sedih dan prihatin serta mengutuk dengan keras tindakan yang telah merugikan warga sipil.
Ia mengatakan Beijing berharap pertempuran akan berhenti dan perdamaian akan segera kembali.
“Kami ingin sekali lagi menyerukan pihak-pihak terkait untuk segera menghentikan pertempuran, melindungi warga sipil dan menghindari memburuknya situasi,” tambahnya.
Dalam pernyataan lainnya, China juga memiliki pandangan yang mirip dengan Rusia. Beijing mengatakan solusi dari konflik keduanya adalah negara Palestina yang merdeka.
“Jalan keluar mendasar dari konflik ini terletak pada penerapan solusi dua negara dan pembentukan Negara Palestina yang merdeka,” kata Kementerian Luar Negeri China. (***)