NENEK Ngatini (80) warga Huta I Nagori Bangun, Kecamatan Gunung Malela, tinggal sebatang kara di rumah gubuk di hamparan lahan milik Sahdan Batubara.
Segaris.co singgah di rumah gubuk Nenek Ngatini, menemani Pak Kartoyo, Kepala SMP Negeri 1 Ujung Padang yang senantiasa meluangkan waktu, singgah saat sepulang dari sekolah.
“Singgah sebentar Pak. Ada nenek sebatang kara yang mau saya jenguk,” kata Pak Kartoyo.
Mendengar seorang nenek sebatang kara, saya ikut turun. Pengen lihat, seperti apa kehidupan si nenek.
Tiga bulan ditinggal suami
Hidup sebatang kara, dijalani Nenek Ngatini, sejak 3 bulan lalu, suaminya almarhum Supardi meninggal dan 7 bulan sebelumnya cucunya meninggal juga.
Nenek Ngatini masih memiliki daya ingat dan penglihatan luar biasa. Masih mengenal Pak Kartoyo.
SMP Negeri 1 Bosar Maligas tanding persahabatan dengan SMP Negeri 1 Ujung Padang
“Sudah lama tidak kemari. Mana anakmu. Nanti bawa ya,” kata Nenek Ngatini saat bersalaman dengan Pak Kartoyo.
Tidak berapa lama, kami bercakap-cakap, Gamot Huta I Nagori Bangun, Pak Saleh, muncul.
Kemunculan Gamot, karena pemberitahuan istrinya bahwa Nenek Ngatini kedatangan tamu.
Setelah memperkenalkan diri, pembicaraan tentang Nenek Ngatini kami lanjutkan.
Menurur Gamot, Nenek Ngatini punya dua anak, yang kabarnya juga sudah menghadap Sang Khalik.
Pemprov Sumut sidak kilang padi untuk mencari penyebab harga beras naik
Orang-orang baik
Gamor Huta I membuka cerita bagaimana masyarakat di lingkungan Nenek Ngatini sangat memperhatikannya.
Misalnya, pemilik lahan yang merelakan sebagian tanahnya jadi tempat tinggal.Nenek Ngatini.
“Tidak tempat tinggal saja, Pak Sahdan Batubara, juga sudah mengamanahkan hasil panen kelapa di lahan tersebut, diperuntukkan untuk Nenek Ngatini. Sepanjang hayatlah,” kata Gamot.
Kemudian warga secara bergotong royong menyediakan asisten rumah tangga yang menemani Nenek Ngatini dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.
“Kita siapkan honor untuk ibu yang menjaga Nenek Ngatini. Kemudian masalah makan sehari-harinya, kami siapkan dari bantuan masyarakat,” kata Gamot.
Dengan bantuan dari masyarakat, dilakukan perbaikan rumah tinggal Nenek Ngatini.
“Tempat tinggal Nenek Ngatini direnovasi dengan swadaya masyarakat, sehingga menjadi layak tempat tinggal. Walau hanya ada tempat tidur dengan kamar mandi yang bersih. Sebelumnya tempat mondok ini sangat tidak layak, tidak ada perawatan dan ada ternak ayam,” kata Gamot yang menjelaskan bahwa Pangulu Nagori Bangun, Muhammad Azhar aktif memperhatikan perkembangan Nenek Ngatini.
Untuk soal kesehatan Nenek Ngatini, setiap terjadi hal yang harus ditangani masalah kesehatannya, sudah ada dokter yang berpartisipasi.
“Kalau tidak ada dokter, setidaknya perawatnya akan datang menjenguk Nenek Ngatini,” kata Gamot.
Yang sangat dibutuhkan
Saat ini, kendala yang dihadapi Nenek Ngatini, jika hendak ke kamar mandi, hanya mengandalkan pegangan pada jerigen.
Memegang jerigen, Nenek Ngatini harus berjalan dengan posisi membungkuk, tentu sulit karena tidak berjalan tegak.
Untuk itu Nenek Ngatini sangat membutuhkan bantuan tongkat penyanggah dua pegangan tangan, agar dapat berjalan tegak menuju kamar mandi. (Ingot Simangunsong/***)