SETIAP insan yang bergerak di dunia pendidikan, baik itu guru, pegawai, dan kepala sekolah, hendaklah tetap selalu mengupdate ilmu.
Hal tersebut disampaikan Kartini S.Pd, M.Pd, yang diwisuda S2 Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, konsentrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Simalungun dengan gelar Magister Pendidikan (M.Pd), hari ini Senin (31/07/2023).
“Pada dasarnya seorang tenaga kependidikan khususnya guru, adalah pembelajar sejati. Jika kita ingin menjadi pengajar, maka kita senantiasa belajar serta mengeksplor berbagai ilmu pengetahuan. Apa pun ilmu yang kita pelajari dan raih, akan bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat,” kata Kartini, yang istri Rahman Sahrul Panjaitan S.Pd, M.Si (Kepala SD Negeri 091522 Marubun, Kecamatan Tanah Jawa) itu, kepada segaris.co, Minggu (30/07/2023).
Berdiskusi bersama suami
Bagi Kartini – Kepala SD Negeri 091561 Afdeling A Pagar Jawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun sejak tahun 2020 hingga sekarang ini –
memutuskan untuk menjalani program study S2, setelah melalui berbagai pertimbangan dengan berdiskusi bersama suaminya, Sahrul Panjaitan.
“Untuk penyampaian maksud melanjutkan studi kepada suami, sebenarnya nggak begitu sulit karena komitmen dari awal juga suami pada tahun 2020 sudah menyelesaikan study S2-nya, dimana rencana awalnya kami lanjut studynya berbarengan,” kata Kartini yang pada waktu itu memilih dan menganjurkan agar supaya suami yang duluan menyelesaikan study.
“Nah, setelah suami selesai studi magisternya maka suami menawarkan dan sekaligus mendaftarkan saya ke Pascasrajana USI karena juga suami sudah tahu bahwasanya saya ingin melanjutkan studi di S2 ini,” kata Kartini.
Kemudian, “Banyak hal yang harus menjadi pertimbangan untuk mengantisipasi berlangsungnya proses perkuliahan. Terutama sekali, tentunya dari segi pembagian waktu serta penyelesain tugas tepat waktu,” kata Kartini yang kelahiran Aceh Tengah, 17 November 1979 tersebut.
Kartini menyadari betul, proses yang akan dijalaninya sangat menyita waktu, dan mengurangi waktu baginya untuk berkumpul bersama keluarga seperti biasanya.
“Kemudian, berkaitan juga dengan tugas utama sebagai kepala sekolah. Saat menjalaninya, memang terasa jadwalnya sangat padat, hingga setiap detik dan jam, harus saya pergunakan semaksimal mungkin,” kata Kartini yang merasa sangat bersyukur, karena proses tersebut berjalan dengan baik karena mendapat dukungan luar biasa dari suami, anak-anak, keluarga, para guru dan dosen.
Berkomunikasi yang efektif
Kemudian, Kartini memaparkan caranya menyiasati keadaan, adalah dengan berkomunikasi yang efektif kepada anak-anak.
“Saya bangun komunikasi lebih ke arah diskusi dengan anak-anak dan keluarga. Bagaimana memberikan pemahaman kepada keluarga agar dapat memaklumi posisi saya selama mengikuti study lanjutan, karena jika tidak ada pemahaman dan kerjasama, pengertian dan support dari keluarga maka saya yakin studi ini tidak akan berhasil,” kata Kartini yang memulai karir sebagai guru SD Negeri 091519 Hataran Jawa pada 2005–2019 itu.
“Dengan adanya kerja sama dan support system dari keluarga, serta anugerah dari Allah SWT, maka saya telah mampu menyelesaikan studi ini. Kerjasama dalam arti pemahaman saya, adalah ketika saya focus dalam mengerjakan tugas-tugas saya sebagai seorang mahasiswa, maka anak-anak dan suami, faham kondisi saya,” kata Kartini, ibu empat anak, yakni Rizki Syukriman Panjaitan, Lenzya Cantika Panjaitan, Gemma Parluhutan Panjaitan dan Rizal Ramadya Panjaitan itu.
Saat dirinya sedang focus, anak-anak dan suami mengambil alih tugas-tugasnya sebagai ibu rumahtangga.
Awal-awalnya cukup berat
“Membagi waktu antara ibu rumahtangga, mahasiswa dan pekerjaan di sekolah, jujur awal-awalnya cukup berat, bahkan sangat berat menurut saya,” kata Kartini.
Bahkan menurut pengakuannya, sampai pernah merenung dan bertanya pada diri sendiri, apakah mampu menyelesaikan semua ini?
“Ternyata Allah SWT memberikan saya kekuatan untuk itu, yang paling utama yang harus kita jaga adalah kesehatan, ketenangan fikiran dan tetap berdoa mendekatkan diri kepada SANG PENCIPTA sehingga kita diberi kekuatan untuk melakukan aktifitas kita sehari hari,” kata Kartini yang merupakan alumni Universitas Negeri Medan 2000–2003 dan Sekolah Tinggi OLahraga dan Kesehatan (STOK) Binaguna Medan 2008–2010 tersebut.
Kemauan kuat menghancurkan semua rintangan
Kemudian, Kartini pun menyampaikan pesan, bahwa apa pun yang sudah, sedang dan akan dikerjakan, maka jalani dengan ikhlas sepenuh hati, atur jadwal kegiatan, jangan menunda pekerjaan, kasih pemahaman kepada keluarga, tepat waktu istirahat, tepat waktu bekerja, dan kemauan kuat akan menghancurkan semua rintangan.
“Ingat, orang sukses adalah orang yang mampu memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dengan hal-hal yang positif dan konsisten, sebagaimana kita beribadah kepada Tuhan sang pencipta dengan konsisten dan berkelanjutan,” kata Kartini.
Tetapi, hal yang paling mendasar sebenarnya, kata Kartini, melanjutkan pendidikan S2 tersebut, lebih ke meningkatkan kompetensi sebagai kepala sekolah.
“Ke depannya, kita tidak tahu jika peraturan berubah-ubah dan juga sebagai motivasi juga bagi anak-anak untuk tetap semangat belajar dan mengejar cita-cita, tergantung dan terlepas dari minat dan bakat apa yang akan disenangi si anak tersebut,” kata Kartini.
Selanjutnya, kata Kartini, zaman semakin ke sini semakin berubah, apalagi ini kan zaman milenial, sebagai insan pendidik tentunya harus terus mengikuti perkembangan zaman dan nggak mau ketinggalan dari generasi melineal.
Terinspirasi dengan RA Kartini dan ibu yang juga guru
Dengan melekatnya nama Kartini, maka sosok Raden Ajeng (RA) Kartini adalah tokoh yang sangat menginspirasi baginya.
Ketika segaris.co mengajukan pertanyaan tersebut, Kartini pun menjawabnya begini, “Sebenarnya menjawab pertanyan ini sangat membuat saya terharu, karena mengingatkan saya kepada seorang ibu yang sangat menyayangi saya, yang mana sosok ibu saya dulu juga seorang guru sekolah dasar di Kecamatan Bukit, Kabupaten Aceh Tengah.”
“Beliau seorang guru yang pintar, baik, penyabar dan tidak pernah marah. Saya sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana wajah ibu saya ketika marah, sangking gak pernahnya marah, pada saat saya menduduki bangku kelas 2 SMU, ya pada masa itu ibu saya meninggal dunia, saya sangat kehilangan sosok ibu yang saya sayangi. Sampai detik ini juga saya masih ingat saat kepergian ibu saya,” kenang Kartini.
Menurut Kartini, sebelum ibunya berpulang, saat santai, ibunya bercerita kepadanya bahwa makna di balik nama saya tersirat keinginan orangtua agar anaknya menjadi seorang guru meneruskan cita-citanya.
“Masa itu masih kuat pemikiran, bahwa seorang anak perempuan tidak perlu sekolah terlalu tinggi yang mesti sekolah tinggi adalah anak laki-laki saja. Harapan dan impian almarhumah ibu saya untuk anak perempuannya, agar dapat sekolah dan mengejar cita-citanya. Almarhumah ibunda saya berpesan: jadilah wanita yang tangguh, penyabar, rendah hati, jangan banyak mengeluh dan pintar mengatur waktu dan jangan lupa beribadah 5 waktu mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, capailah cita-citamu setinggi langit tapi jangan lupa memijakkan kaki di bumi,” kata Kartini.
Gebyar sekolah sehat, Wali Kota: “Meningkatkan SDM dan kualitas anak bangsa”
Bersyukur, menjadi tugas berat dan pesan kepada kaum perempuan
“Tentunya, saya sangat bersyukur, akhirnya mampu menyelesaikan kegiatan atau pun tugas-tugas yang harus saya selesaikan tepat waktu dalam study lanjutan, yaitu S2 (M.Pd) dan dengan ijin Allah SWT,” kata Kartini.
Ke depannya, kata Kartini, ini menjadi tugas berat dengan menyandang gelar S2, harus berkontribusi bagi dunia pendidikan.
“Saya akan berkelanjutan mengupdate ilmu dengan mulai menulis jurnal/makalah dan lainnya, sebagai sumbangsih pemikiran tentang pendidikan dan lebih menggali lagi tentang perubahan peraturan pendidikan berikut informasi tentang pendidikan,” kata Kartini.
Kepada para kaum perempuan, saya berpesan, janganlah berhenti bermimpi karena dengan kita berani bermimpi maka kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menggapainya.
Sebagai seorang perempuan, kita punya hak yang sama dalam meraih mimpi dan cita-cita dengan tidak melupakan kodrat kita sebagai seorang ibu, istri dan wanita sejati, kata Kartini.
Untuk para guru, mari kita tingkatkan semangat kita dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang telah diamanahkan kepada kita dan jangan berpuas diri dengan pencapaian sekarang, tetap update ilmu kita, agar tidak tergilas zaman.
Pesan terkait pentingnya pendidikan bagi peserta didik, bahwa pendidikan merupakan bekal untuk meniti kehidupan di masa depan. Dengan pendidikan, generasi penerus bangsa akan mempunyai tempat dan andil dalam mengisi kemerdekaan.
“Dengan pendidikan, peserta didik dapat membentuk karakter dirinya. Jadilah seperti pohon kelapa, dimana semua bagian dari pohon itu memiliki manfaat dalam kehidupan, mulai dari batang, daun, buah, dan pelepah, sehingga kita menjadi manusia yang bahagia, dan merdeka. Negara kita maju, yang mana kita mulai dari diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat, bangsa dan dunia,” kata Kartini. (Ingot Simangunsong/***)