Catatan | Ingot Simangunsong
ANDAIKAN tahun 2023, belumlah memasuki aura PESTA DEMOKRASI (Pemilihan Presiden, Pemilihan Legislatif RI/Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Pemilihan Kepala Daerah 2024), maka Pemilihan Kepala Desa (PilKaDes), hanyalah menjadi agenda biasa-biasa saja.
Paling hanya sebatas, para calon kepala desa bersama tim pemenangannya yang “berjibaku” untuk meraih kemenangan.
Tetapi, kali ini, PilKaDes menjadi sangat sexy, dikarenakan para politisi mau pun partai politik, demikian seriusnya “melirik” gawean itu.
PilKaDes, menjadi tidak hanya urusan calon kepala desa. Di perjalanan tahapannya, sudah dirasakan, dan bahkan dengan nyata-nyata, ada politisi atau partai politik yang memberikan dukungan terhadap seorang calon kepala desa.
Lebih menarik lagi, politisi itu dengan terang benderang memasang “poster” calon kepala desa, dengan tagline promosi di akun media sosial.
Baca juga :
SUARA RAKYAT adalah SUARA TUHAN
Barometer kekuatan
Melihat gerakan para politisi atau partai politik yang turut serta dalam gelanggang tarung calon kepala desa, adalah menjadi barometer kekuatan politisi atau partai politik, pra PESTA DEMOKRASI 2024.
Kemudian, PilKaDes akan menjadi uji kekuatan dalam menentukan peta wilayah kantong suara bagi para politisi atau partai politik.
Dengan terlibatnya para politisi atau partai politik di kesexyan PilKaDes, akan memperjelas peta kekuatan kantong suara. Setidaknya, hasil capaian, berapa calon kepala desa yang berhasil dimenangkan dengan “campur tangan” politisi atau partai politik, akan menjadi “referensi” memperbaiki formasi tahapan menuju kemenangan di PESTA DEMOKRASI 2024.
Kata lainnya adalah, PilKaDes menjadi “gerbong kecil” serunya persiapan para politisi atau partai politik dalam mengukur jumlah kursi yang akan mereka raih di tingkat desa.
Capaian naluri politik para politisi dan partai politik, adalah memenangkan sebanyak-banyaknya kepala desa.
Baca juga :
(PERENUNGAN) Pers BERMARTABAT
Mari gembirakan rakyat
Kesexyan PilKaDes, jika termenangkannya calon, juga akan melahirkan sebutan atau penggelaran peta politik, sebagai Desa Politisi si anu atau Desa Partai Politik anu.
Gerakan-gerakan ini, tidak ada yang salah. Sejauh semua pihak dapat menahan diri dan tetap dalam koridor peraturan atau aturan yang sudah ditetapkan.
Kemudian, yang tetap diharapkan, bahwa para politisi atau partai politik, dalam upaya menggolkan niat-niat politik, tetap berasas pada peranan mencerdaskan masyarakat dalam berpolitik.
PilKaDes menjadi sexy, tetapi tidaklah harus membuat para politisi atau partai politik jadi “naikkan birahi politik” dengan tingkat tinggi.
Cantik main saja di “kesexyan PilKaDes”, karena rakyat di pedesaan memiliki rasa kedekatan yang demikian “familiar” satu sama lainnya.
Jangan bak kata pepatah, “gara-gara setitik nila, rusak susu sebelangah.”
Mari menyajikan “birahi politik” yang terkendalikan, dengan menghormati hak kedemokrasian. Pesta demokrasi, pestanya rakyat. Mari GEMBIRAKAN RAKYAT di PilKaDes.
Penulis, Ingot Simangunsong, Pimpinan Redaksi mediaonline segaris.co, inisiator #PenaJokowiCentreConnection, motivator #GerakanDaulatDesa Sumatera Utara dan relawan #DulurGanjarPranowo