SAMOSIR – SEGARIS.CO – Pemerintah Kabupaten Samosir menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam upaya merawat dan melestarikan lingkungan, khususnya di kawasan Danau Toba.
Pernyataan ini disampaikan Wakil Bupati Samosir, Ariston Tua Sidauruk, saat menghadiri “Doa Bersama Merawat Alam Kawasan Danau Toba” yang dipimpin Ephorus HKBP, Victor Tinambunan, di Sopo Bolon HKBP Pangururan, Samosir, pada Selasa (01/04/2025).
Selain turut serta dalam kegiatan penanaman pohon di kompleks Sopo Bolon, Pemkab Samosir juga menyalurkan bantuan kepada perwakilan gereja sebagai bentuk dukungan konkret terhadap upaya pelestarian lingkungan.
Acara ini dihadiri ribuan jemaat dari berbagai denominasi gereja di Kabupaten Samosir.
Dalam khotbahnya, Ephorus HKBP Victor Tinambunan mengangkat ayat Kejadian 1:1 dan 31, mengajak jemaat untuk menanamkan kepedulian dalam menjaga lingkungan.
Ia menegaskan bahwa tanggung jawab merawat alam harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari serta diaplikasikan dalam tindakan nyata.
Komitmen pemerintah dan masyarakat
Wakil Bupati Samosir, Ariston Tua Sidauruk, mengapresiasi pelaksanaan doa bersama tersebut.
Menurutnya, inisiatif HKBP memiliki makna luas dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai warisan bagi generasi mendatang.
“Saya mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bersatu melawan perusakan lingkungan. Hal sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik dan tidak menebang pohon sembarangan dapat memberikan dampak besar bagi ekosistem kita,” ujar Ariston.
Ia menekankan bahwa upaya pelestarian lingkungan memerlukan kerja sama lintas sektor, termasuk kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba.
“Diperlukan keterlibatan aktif dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah kabupaten/kota di kawasan Danau Toba, untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan,” tambahnya.
Peran Gereja dalam pelestarian lingkungan
Ephorus HKBP Victor Tinambunan menegaskan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua elemen masyarakat, termasuk gereja dan dunia usaha.
Ia mendorong jemaat untuk memulai dari diri sendiri dalam menerapkan kebiasaan yang mendukung kelestarian alam.
Terkait regulasi yang mengatur pengelolaan hutan, Victor mendorong evaluasi terhadap izin yang diberikan kepada perusahaan agar tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
“Kita ingin memastikan bahwa aturan yang ada benar-benar mendukung pelestarian lingkungan. Jika ada regulasi yang justru memungkinkan eksploitasi berlebihan, maka perlu ada revisi kebijakan,” tegasnya.
Sinergi DPRD dan Pemkab Samosir
Ketua DPRD Samosir, Nasip Simbolon, berharap acara doa bersama ini menjadi momentum untuk membangun semangat kolektif dalam menjaga kelestarian Danau Toba.
Ia menekankan perlunya sinergi antara berbagai pihak dalam menanggulangi tantangan lingkungan, termasuk mengendalikan aktivitas galian C yang dapat merusak ekosistem.
“Kewenangan dalam pengelolaan sumber daya hutan perlu ditinjau kembali, mengingat dampak lingkungan yang ditimbulkan. DPRD bersama Pemkab Samosir telah melakukan upaya nyata, seperti penertiban Keramba Jaring Apung (KJA) guna mengurangi pencemaran perairan Danau Toba,” ujar Nasip.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk tidak hanya berdoa, tetapi juga melakukan aksi nyata.
“Kami siap bekerja sama dan mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bibit pohon yang akan didistribusikan melalui gereja-gereja sebagai bagian dari gerakan penghijauan,” tambahnya.
Dampak kerusakan lingkungan
Alusdin Sihotang, perwakilan HKBP Sihotang, turut menyampaikan keprihatinan atas bencana banjir bandang yang melanda Kenegerian Sihotang pada tahun 2023.
Bencana tersebut mengakibatkan kerusakan delapan rumah dan menelan satu korban jiwa. Berdasarkan hasil penelusuran, penyebab utama banjir diduga akibat aktivitas penebangan pohon liar di kawasan perbukitan.
“Kami menggunakan drone untuk menelusuri penyebab banjir dan menemukan banyak area yang telah ditebangi secara ilegal. Ini menunjukkan bahwa bencana tidak sepenuhnya alami, tetapi juga akibat ulah manusia,” ungkap Alusdin.
Ia mengapresiasi respons cepat Pemkab Samosir dalam menangani bencana dan berharap pemerintah daerah serta HKBP dapat terus menyuarakan permasalahan lingkungan ini ke tingkat pusat.
“Kami masih merasa waswas setiap kali hujan deras turun. Oleh karena itu, kami mendukung penuh gerakan doa bersama dan langkah konkret dalam menjaga lingkungan,” pungkasnya.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, gereja, dan masyarakat, diharapkan kawasan Danau Toba dapat kembali terjaga kelestariannya demi keberlangsungan hidup generasi mendatang. [Hatoguan Sitanggang/***]