MEDAN – SEGARIS.CO — Dinamika politik di tubuh Partai Golkar Sumatera Utara (Sumut) terus berkembang menjelang Musyawarah Daerah (Musda) yang dijadwalkan pertengahan 2025. Sejumlah kader telah menyatakan kesiapan untuk bersaing dalam perebutan kursi Ketua DPD Partai Golkar Sumut.
Mantan Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Sumut Bidang Organisasi, Horas Sitompul, menyoroti pentingnya keterlibatan kader dalam kepemimpinan partai.
Ia menegaskan bahwa siapa pun yang ingin memimpin Golkar Sumut harus memiliki dedikasi, pemahaman organisasi, serta kesiapan dalam hal pendanaan.
“Setiap kader punya hak untuk maju, asalkan siap memberikan waktu, sumber daya, dan memiliki kemampuan dalam mengelola partai,” ujar Horas, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Depidar II SOKSI Sumut.
Akun palsu beredar, Dasa Sinaga: “Jika dihubungi, minta Video Call”
Sejarah dan dinamika internal Partai Golkar
Horas juga mengingatkan bahwa Partai Golkar telah melewati berbagai tantangan dalam sejarahnya.
Salah satu momen penting adalah ketika Golkar mendapat tekanan politik pada era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Namun, di bawah kepemimpinan Akbar Tanjung, Golkar mampu bertahan dengan mengadopsi sistem bottom-up dan paradigma baru dalam berorganisasi.
Ia juga mengenang masa kepemimpinan Brigjen (Purn) H. Mudyono di DPD Partai Golkar Sumut, yang menurutnya menjadi era kedisiplinan dalam pengelolaan iuran anggota.
Saat itu, seluruh instansi, termasuk BUMN di Sumatera Utara, diwajibkan menjadi anggota Golkar dan memberikan kontribusi finansial.
“Dulu, semua instansi wajib menjadi anggota Golkar. Saat itu, kader dan pengurus mendapatkan honor, dan organisasi berjalan dengan sangat bergairah serta penuh integritas,” ujar Horas.
Ia juga menyebut sejumlah kader Golkar Sumut yang berhasil menembus level nasional, seperti H. Bomer Pasaribu dan Pak Simajuntak, yang lama memimpin Kosgoro Sumut sebelum akhirnya menjadi anggota DPR RI.
Tradisi dan peta persaingan menuju Musda
Menurut Horas, dalam sejarah kepemimpinan DPD Partai Golkar Sumut, belum pernah ada ketua yang menjabat selama dua periode berturut-turut.
“Jangan terlalu berambisi untuk dua kali maju. Di Golkar, tidak ada yang benar-benar kuat. Selalu ada kepentingan dan dinamika di dalamnya. Bahkan, Pak Airlangga yang kuat secara organisasi pun bisa tersingkir,” tegasnya, mengingatkan pentingnya menjaga administrasi organisasi agar tidak menjadi celah bagi lawan politik.
Menjelang Musda 2025, sejumlah nama telah muncul sebagai kandidat potensial, antara lain Doli Sinombah Siregar, Irham Buana Nasution, dan Bupati Labuhanbatu Utara, Pak Sitorus.
Selain itu, nama H. Baharudin Siagian juga disebut-sebut, meski sebelumnya Golkar tidak merekomendasikannya dalam Pilkada, yang menurut Horas merupakan sebuah kesalahan dalam tata kelola organisasi.
Di sisi lain, Horas juga mendorong agar Bu Erni Sitorus, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Sumut, dipertimbangkan sebagai kandidat.
Ia berharap peserta Musda, termasuk pengurus kabupaten/kota serta organisasi yang memiliki hak suara seperti AMPG, KPPG, dan ormas pendiri maupun yang didirikan Golkar, dapat melihat rekam jejak dan kapasitas setiap calon secara objektif.
Profil singkat Horas Sitompul
Horas Sitompul memiliki rekam jejak panjang dalam dunia organisasi dan politik. Ia aktif di berbagai organisasi kepemudaan sejak era 1980-an, antara lain:
1982-1984: BPM/Senat Mahasiswa PAAP USU
1983-1985: BPC GMKI Medan
1985-1988, 1988-1991: DPD KNPI Sumut
1987: Pengurus DPD GAMKI Sumut
1986-1994: Wakil Ketua & Sekretaris Fokusmaker Sumut
1991-sekarang: Pengurus Depidar II SOKSI Sumut
1992-1997: Anggota DPRD Tapanuli Utara
2004-2022: Pengurus DPD Partai Golkar Sumut
Dengan pengalaman panjangnya di Golkar dan organisasi kepemudaan, Horas Sitompul tetap menjadi salah satu tokoh yang berpengaruh dalam dinamika politik Partai Golkar Sumut.
Menjelang Musda DPD Partai Golkar Sumut 2025, dinamika politik semakin memanas dengan munculnya berbagai kandidat potensial.
Sejarah dan tradisi organisasi akan memainkan peran penting dalam menentukan arah kepemimpinan ke depan. Dengan adanya berbagai kepentingan dan dinamika internal, persaingan menuju kursi Ketua DPD diprediksi akan berlangsung ketat. [Ingot Simangunsong/***]