JAKARTA — SEGARIS.CO — Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman merespons wacana pengalihan Perum Bulog menjadi badan otonom langsung di bawah Presiden Prabowo Subianto, menggantikan posisi sebelumnya di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Langkah ini disebut-sebut menyerupai peran Bulog pada era Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.
Amran menegaskan bahwa perubahan struktur tersebut tidak menjadi persoalan, mengingat seluruh lembaga dan kementerian tetap berada dalam satu garis koordinasi di bawah presiden.
Tim Advokasi MANTAP desak Kapolres dan Bawaslu Pematangsiantar tindak tegas praktik politik uang
“Pada dasarnya, kita semua berada di bawah presiden. Bulog, Kementan, semua dalam satu bendera. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana sektor pertanian terus berproduksi,” ujar Amran dalam pernyataannya di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Kolaborasi jadi kunci
Amran menyoroti pentingnya kolaborasi antar-kementerian dan lembaga dalam menghadapi berbagai tantangan sektor pangan.
Menurutnya, masing-masing pihak memiliki peran spesifik untuk mendukung ekosistem pangan nasional.
“Kementan fokus pada peningkatan produksi, Bulog sebagai offtaker utama hasil pertanian, sementara Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bertanggung jawab pada pembangunan dan pengelolaan infrastruktur irigasi,” jelas Amran.
Ia menambahkan, meskipun Bulog nantinya langsung berada di bawah presiden, fungsinya sebagai penyerap hasil pertanian tetap tidak berubah.
“Tugas Bulog tetap sebagai offtaker karena itulah peran utamanya. Kami semua akan saling mendukung dengan berkolaborasi,” tegasnya.
Prioritas: stabilisasi pangan nasional
Amran memastikan bahwa Kementerian Pertanian terus mendorong sinergi antarlembaga terkait untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan produksi pangan nasional.
“Sinergi dan kolaborasi adalah kunci utama. Semua lembaga tetap di bawah arahan presiden sebagai panglima tertinggi. Dengan pendekatan ini, kita harapkan sektor pertanian dan pangan semakin tangguh menghadapi tantangan global, termasuk perubahan iklim dan dinamika pasar internasional,” tuturnya.
Amran optimistis, melalui koordinasi yang solid, Indonesia mampu memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus menjawab tantangan global di masa depan. [RE/***]