catatan | ingot simangunsong
SANG PENGUASA itu … sangat kampiun menyimpan BOROKnya selama bertahun – tahun. Setiap ada yang berusaha mencium borok itu, selalu saja terhalang jalan pengungkapannya.
Kenapa demikian ya! Karena, SANG PENGUASA masih mendapatkan perlindungan yang demikian kuat dari orang – orang pilihannya yang rela pasang badan.
Para pelindung itulah yang disebut sebagai anak asuhan atau sekaligus penjilat, yang senantiasa mencari dalil apa pun sebagai bentuk pembenaran atas setiap pelanggaran apa pun yang dilakukan SANG PENGUASA.
Rasa panas yang meradang
TETAPI, yang namanya borok [apalagi sejenis BISUL], akan berproses dalam kurun waktu tertentu. Borok itu — gumpalan darah kotor yang tersimpan rapi — berproses mengental sebagai nana, yang mengeluarkan rasa panas dan meradang.
Pemilik BOROK — sang penguasa — menahankan rasa sakit. Kemudian menutupi kulit luar agar tidak kelihatan warna merah karena panas nana di dalam daging.
Ketika BOROK akan mencari jalannya, dan harus MUNCRAT dengan menembus kulit tubuh, maka rasa sakit memaksa si PENGUASA untuk mengerang.
Tidak berapa lama lagi — tinggal hitungan hari saja — KEKUASAAN yang selama ini dijadikannya sebagai perisai, akan DITANGGALKAN oleh konstitusi.
Ketika taring KEKUASAAN itu, dicopot atau terpatahkan, maka aumannya sudah tidak menggetarkan. Suara aumannya terasa hampah, tidak memantulkan suara dengungan, walau sehalus apa pun.
Tabur tuai dan post power syndrom
LIHATLAH wajah PENGUASA — yang salah kaprah itu — sudah dipenuhi plek – plek hitam. PENGUASA itu sudah sering berjalan sendiri, dan sudah tidak dianggap. Kalau pun serasa berada di keramaian, suasana itu suasana setingan yang dipersiapkan.
Pepatah tabur TUAI, akan dirasakannya. Ketika ditaburnya ANGIN, maka akan dituainya BADAI. Post power syndrom, akan melilit akal dan pikirannya yang selama ini “dikerangkeng”-nya.
Denyut jantungnya — begitu KEKUASAANnya dicabut — akan berdegub kencang dan tidak teratur. Karena, dia paham betul, bahwa kehebatan anak dan menantunya, tidaklah sehebat dirinya. Dia sangat was – was jika kerapuhan kemampuan anak menantunya, akan dirobek – robek dan dicampakkan.
Terdeteksi senter LED
SENTER LED [light emitting diode] dengan energy yang tinggi dan menghasilkan cahaya yang terang, akan diarahkan kepadanya, anak-anaknya dan kroninya. Itu juga bagian dari yang diwanti – wantinya, agar kebobrokan dan boroknya tidak terdeteksi cahaya LED.
Lihat saja, gerakan mahasiswa yang sudah mendesak KPK untuk mengusut tuntas dan memeriksa berbagai dugaan kasus korupsi, “Blok Medan” yang terungkap di persidangan kasus dugaan korupsi mantan gubernur.
Kemudian, masalah keabsahan ijazah, mulai “diengkol – engkol”. Soal ribuan bahkan jutaan hektar hutan yang dibabat untuk program pembangunan dan ketahanan pangan yang dinilai merusak ekosistem lingkungan, mulai dicongkel.
Setidaknya rasa “kemanusiawian” yang sebenarnya ada pada dirinya, akan semakin tertekan karena buah hasil tuaian atas perbuatannya.
Memang tidak ada gading yang tidak retak [nah… jika hanya sebatas ini, NO PROBLEM]. Ini.. gading tidak hanya sebatas retak, namun gading sudah hancur menyerupai DEBU.
Ada dua hal yang didapat.dari apa yang disebut tabur tuai, yakni mendapatkan hukuman buatan manusia atas pelanggaran yang dilakukan dan atau menerima ganjaran dari kuasa sang pencipta.
Yang pasti… BUAH BUSUK, tidak perlu repot – repot membersihkannya karena akan jatuh dengan sendirinya.
KEBUSUKAN itu akan menyeruak aromanya, dimulai dari rontoknya sebuah KEKUASAAN.
Penulis, INGOT SIMANGUNSONG, pimpinan redaksi Segaris.co