catatan | INGOT siMANGUNsong
NARASI politik itu, tampil dengan berbagai irama [ritme], dan yang paling keras dentumannya, adalah para pengGEMBIRA berSUMBU PENDEK yang gampang tersulut hanya dengan api kecil.
Para SUMBU PENDEK ini, suka-sukanya melontarkan kata atau merangkai kalimat. Mulai dari yang santun hingga yang jorok.
Mereka diPELIHARA dengan narasi nasi bungkus, sebungkus rokok dan secangkir kopi, maka berGEMURUHlah mereka dalam satu komunitas, pasukan alap-alap.
*****
PARA sumbu pendek ini, hanya melihat sebuah TAMPILAN, tak peduli bagaimana prosesnya.
Misalnya JAGOANnya dicubit hingga memar, maka para sumbu pendek, hanya berimajinasi pada memarnya.
Mereka tidak mau tahu, bagaimana PROSES terjadinya memar yang dialami JAGOANnya.
Yang jelas si JAGOAN terluka, dan yang menyebabkan memar itu, harus menerima balasan. Apakah hasilnya sama-sama memar, atau melebihi dari memar
Para sumbu pendek ini, akan terhenti ketika kran akomodasi ditutup. Jika kelamaan atau telat kran dibuka, mereka dapat menyerang balik layaknya senjata BOOMERANG.
Kemudian bisa saja, pindah ke lain hati, walau tetap di posisi sumbu pendek, yang kemudian dikenal sebagai sebutan TIM HORE-HORE tanpa rasa dan perasaan.
Karena itu tadi, mereka tidak mau peduli sebuah proses, dan lebih galak dengan yang disebut TAMPILAN.
Penulis, INGOT siMANGUNsong, pimpinan redaksi Segaris.co