oleh | Sutrisno Pangaribuan
MENANTU Presiden Jokowi, Calon Gubernur Sumatera Utara (Cagubsu) dari KIM Plus-plus, Walikota Medan, Bobby Nasution terlihat “curhat” di laman media sosial pribadinya.
Bobby mengunggah video yang menampilkan tulisan ‘Peringatan Darurat’ dengan latar berwarna biru di media sosial pribadinya.
Bobby merasa sedih dengan aksi perusakan fasilitas umum (fasum) di Medan.
Dalam unggahan, Rabu (18/9/2024), di bagian awal video terlihat tulisan peringatan darurat.
Setelah itu, sejumlah aksi warga mencuri besi yang merupakan fasilitas umum. Besi yang dicuri seperti yang terdapat di beton drainase, tiang provider, hingga jembatan.
Selain itu, dalam video tersebut terlihat juga pengendara sepeda motor melintas di atas trotoar yang seharusnya digunakan oleh pejalan kaki dan penyandang disabilitas.
“Sedih rasanya melihat fasilitas umum yang sudah diperbaiki tapi dirusak oleh orang- orang yang tidak bertanggung jawab,” tulis Bobby dalam unggahan tersebut.
Bobby menyebutkan fasilitas umum dan perbaikan infrastruktur dilakukan demi masyarakat Medan.
“Fasilitas umum dan perbaikan infrastruktur yang kami lakukan semuanya untuk masyarakat Kota Medan. Ayo kita jaga bersama dan jangan merusaknya,” ajakannya mengakhiri curhatnya.
Cagubsu yang gambar wajahnya garang di baliho yang tersebar di seluruh jalan- jalan protokol Sumut tersebut, curhat di media sosial.
Berharap dapat simpati publik jelang penetapan pasangan calon (Paslon) peserta Pilkada oleh KPU.
Alih-alih mendapatkan simpati publik, edisi curhat tersebut justru menunjukkan bahwa Bobby belum layak maju sebagai Cagubsu.
“Menghadapi pencuri besi, pemotor yang melintasi trotoar saja curhat di media sosial”.
Aksi “show of force” melalui proyek ambisius membuat kota Medan berantakan, mulai dari kemacetan hingga genangan air (banjir).
Ruas jalan yang semula dua arah, diubah menjadi satu arah. Berbagai fasilitas yang semula masih layak pakai, dibongkar dan dibangun dengan anggaran besar.
Akibatnya rakyat juga yang dibebani dengan pajak dan retribusi, dari iuran sampah hingga parkir berlangganan.
Bobby yang selalu menampilkan sosok yang berani, tegas, dan kuat tiba- tiba curhat.
Kerap marah di depan kamera, memarahi kepala dinas hingga tukang parkir. Membawa alat berat mau merubuhkan Center Point menjadi atraksi demi citra pemimpin yang berani.
Pemimpin yang sederhana, masuk parit dan genangan air, meski sesekali naik jet pribadi, baik yang dipinjam, maupun nebeng.
Edisi curhat Bobby yang kerap meninggalkan kota Medan, keliling Sumut menunjukkan bahwa mengurus kota Medan itu berat. Tidak mudah menjadi walikota Medan, apalagi menjadi Gubsu.
Mengurus kota Medan yang kecil dibandingkan Sumut yang besar dan luas saja sudah curhat di media sosial. “Mengurus kota Medan saja tidak sanggup, apalagi mengurus Sumut”.
Peringatan darurat yang diunggah justru menjadi isyarat bahwa kota Medan tidak diurus.
Peringatan darurat juga menjadi penting jelang Pilkada, agar warga hati- hati memilih walikota. Warga harus membuat kontrak politik dengan calon walikota untuk tidak grusa-grusu meninggalkan tugasnya naik ke jenjang berikut.
Peringatan darurat demokrasi penting agar walikota tidak buru- buru maju sebagai calon wakil presiden dan gubernur.
Penulis, Sutrisno Pangaribuan, Kader PDI Perjuangan, warga Kota Medan.