catatan | Rudi Napitupulu
PERANG Batak adalah Perang terlama lawan Belanda. Perang Aceh dan Perang Padri memang lebih lama, namun berlangsung dalam 3 tahap.
Dalam perang-perang lainnya, Belanda berhadapan dengan pasukan kerajaan, yang artinya dipimpin seorang raja yang memiliki kerajaan.
Perang Batak dipimpin Raja Sisingamangaraja XII yang tidak punya kerajaan, karena dia bukan seorang Raja tetapi ditunjuk oleh para Raja.
Pilkada Simalungun, Ngatidjan Toha: “Tego larane neng ora tego patine”
Dalam kehidupan masyarakat ada filosofi yang menyebutkan bahwa ” Setiap orang Batak, perempuan/lelaki harus berkepribadian dan berkarakter Raja.”
LUMBAN dan Desa
Para Raja ini berkumpul dalam satu kesatuan wilayah hunian, disebut Lumban (saat ini setara disebut dengan dusun). Kumpulan Lumban ini menjadi satu kesatuan “pemerintahan terkecil” yang kini setara dengan desa.
Bila terjai perang, tentara dan biaya serta kebutuhan lainnya berasal atau disediakan oleh dan dari desa ini.
Jadi sekali lagi? Sisingamangaraja XII itu bukanlah Raja dalam arti Konvensional. Perang Batak dipimpin oleh Sisingamangaraja XII selama 29 tahun.
Perang rakyat semesta
Perang Batak melawan Belanda selama 29 tahun sesungguhnya adalah Perang Rakyat (Orang Batak Suku Toba) Semesta.
Maksudnya setiap orang Batak (Suku Toba, perempuan dan lelaki) terlibat aktif sesuai pengaturan peran, fungsi dan tugasnya dalam Perang.
Pada tahun 1907, dalam kondisi terkepung berat, Sisingamangaraja XII tidak mau menyerah, meski ditawarkan Belanda untuk menyerah tapi malah menyerang dan tewas.
Karena Sisingamangaraja XII memang tidak boleh menyerah, karena beliau ini bukanlah Raja dalam arti konvensional.
Jadi Sisingamangaraja XII adalah Pemimpin Orang Batak Suku Toba, ditunjuk oleh “Para Raja” untuk secara lansung memimpin Perang Batak!!
Horasss!!!
Balige, 08-09-2024
Penulis, @RudiNapitupulu, aktif di MSB Network Kabupaten Toba