catatan | karin KARINA m
POLITISI Wanda Hamidah secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari Partai Golkar pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Dalam pernyataannya, ia turut menyampaikan “Peringatan Darurat” dan membagikan simbol Garuda berwarna biru.
Ketika ditanya alasan pengunduran dirinya, Wanda secara tegas menyebut bahwa situasi politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah tidak dapat ia terima.
“Jokowi membabi buta, itu yang saya lihat,” ujarnya.
Wanda Hamidah, lulusan Fakultas Hukum Universitas Trisakti tahun 2000, memiliki latar belakang yang kuat dalam dunia politik, yang dipengaruhi oleh keluarganya yang juga aktif dalam pergerakan.
Sebagai aktivis mahasiswa pada tahun 1998, Wanda turut berperan dalam aksi menduduki Gedung Parlemen DPR RI yang berhasil menggulingkan rezim Orde Baru.
Jurubicara Tragedi Trisakti
Dalam perjuangannya, Wanda dikenal lantang menentang rezim otoriter dan tak segan mengkritik penculikan aktivis, pembatasan kebebasan berpendapat, serta pelarangan buku oleh pemerintah pada masa itu.
“Para aktivis yang kritis pada masa itu banyak yang diculik, disiksa, bahkan meninggal dunia. Situasi itu sangat mencekam dan mengerikan,” kenangnya.
Usai tragedi Trisakti pada 12 Mei 1997, Wanda dipercaya sebagai juru bicara Tim Penuntasan Tragedi Berdarah Trisakti.
Karier politiknya dimulai ketika ia bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN) yang dipimpin oleh Amien Rais, dan sejak akhir 1998, ia aktif menjadi juru kampanye partai tersebut.
Wanda juga pernah menjabat sebagai Bendahara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN pada periode 2006-2010, dan pada 2009, ia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta, duduk di Komisi E yang membawahi kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan.
Namun, Wanda dikeluarkan dari PAN setelah menyatakan dukungannya untuk pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Pilpres 2014, yang saat itu berseberangan dengan PAN yang dipimpin oleh Hatta Rajasa, pendamping Prabowo Subianto dalam Pilpres tersebut.
Ia kemudian beralih ke Partai Nasional Demokrat (NasDem) dan dipercaya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) pada 2017.
Pada Pemilu 2019, Wanda mencoba maju sebagai calon anggota DPR RI, namun gagal. Dua tahun kemudian, tepatnya pada Oktober 2022, ia bergabung dengan Partai Golkar.
Namun, tak sampai dua tahun berada di Golkar, Wanda memutuskan untuk hengkang. Ia menyatakan tidak ingin berada di sisi sejarah yang salah.
Akankah ke PDI Perjuangan
Dalam unggahannya, Wanda menegaskan keputusannya untuk keluar dari Golkar didasari oleh kecintaannya yang besar kepada Tanah Air.
“I’m out from Golkar. I don’t wanna be in a wrong side of history. I love my country too much. (Saya keluar dari Golkar. Saya tidak ingin berada di sisi sejarah yang salah. Saya sangat mencintai negara saya),” tulisnya.
Kini, muncul pertanyaan apakah Wanda Hamidah, seorang politisi yang dikenal berintegritas, akan pindah ke PDI Perjuangan dan diterima oleh Megawati Soekarnoputri.
Hal ini masih menjadi spekulasi di kalangan publik. BRAVO Wanda Hamidah hengkang dari Golkar.
Penulis, karin KARINA m, berdomisili di Kota Medan