PEMATANGSIANTAR – SEGARIS.CO – GLAUKOMA adalah kelompok penyakit mata yang merusak saraf optik, yang merupakan bagian penting dari penglihatan yang jernih. Kerusakan ini sering kali disebabkan oleh tekanan tinggi di dalam mata (tekanan intraokular).
Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan pada orang yang berusia di atas 60 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia berapa pun.
Tanpa perawatan yang tepat, glaukoma dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen.
Komedian Abdul Latief, yang lebih dikenal dengan nama Adul, diterpa isu yang menyebut dirinya mengidap glaukoma hingga mengalami kebutaan. Dalam pernyataannya, Adul menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar.
“Enggak ada apa-apa, enggak ada glaukoma apalagi sampai buta. Kalau pagi pakai kacamata, itu karena saya enggak tahan silaunya matahari saja. Selebihnya, Alhamdulillah aman,” ujar Adul saat ditemui di studio Pagi Pagi Ambyar, Transmedia, Jakarta Selatan, Kamis (20/06/2024).
Adul mengaku terkejut ketika mendengar rumor tentang kebutaannya. Meski begitu, ia berusaha tetap tenang menanggapi isu tersebut.
Walau informasi tentang Adul, merupakan kabar hoaks, namun redaksi Segaris.co menyajikan tulisan khusus terkait penyakit Glaukoma, yang dapat mengakibatkan kebutaan permanen.
Penyebab Glaukoma
Tekanan Intraokular Tinggi: Glaukoma biasanya terjadi ketika tekanan di dalam mata meningkat. Tekanan ini bisa merusak saraf optik yang mengirimkan gambar dari mata ke otak.
Pada mata yang sehat, cairan dalam mata (aqueous humor) mengalir keluar melalui saluran yang disebut trabecular meshwork.
Ketika saluran ini tersumbat atau cairan diproduksi secara berlebihan, tekanan intraokular meningkat, menyebabkan glaukoma.
Faktor Genetik: Glaukoma cenderung menurun dalam keluarga. Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan glaukoma, mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini.
Usia: Risiko glaukoma meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 60 tahun.
Masalah Kesehatan Lain: Kondisi kesehatan lain, seperti diabetes, hipertensi, dan masalah kardiovaskular, dapat meningkatkan risiko glaukoma.
Trauma Mata: Cedera pada mata atau trauma fisik dapat menyebabkan tekanan intraokular meningkat, yang dapat menyebabkan glaukoma.
Penggunaan Obat Kortikosteroid: Penggunaan jangka panjang obat kortikosteroid, baik oral maupun tetes mata, dapat meningkatkan risiko mengembangkan glaukoma sekunder.
Gejala dan Tanda-tanda Glaukoma
Pada banyak kasus, glaukoma berkembang tanpa gejala yang jelas pada awalnya.
Berikut beberapa gejala yang mungkin terjadi seiring perkembangan penyakit: Kehilangan penglihatan di sisi (perifer) yang biasanya terjadi secara bertahap, Penglihatan terowongan pada stadium lanjut, Rasa nyeri pada mata, Mata merah, Penglihatan kabur atau bintik-bintik gelap di penglihatan, serta Mual dan muntah (pada kasus glaukoma akut).
Diagnosa dan Pengobatan Glaukoma
Glaukoma dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif, termasuk pengukuran tekanan intraokular, pemeriksaan saraf optik, dan pengujian lapangan visual.
Perawatan glaukoma bertujuan untuk mengurangi tekanan intraokular guna mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf optik.
Metode pengobatan meliputi:
Tetes Mata: Obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular.
Obat Oral: Digunakan jika tetes mata tidak cukup efektif.
Operasi Laser: Untuk meningkatkan aliran cairan keluar dari mata.
Operasi Konvensional: Diperlukan jika metode lain tidak berhasil.
Kebutaan akibat Glaukoma
Jika tidak diobati, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Kerusakan saraf optik akibat glaukoma tidak dapat dipulihkan, sehingga penting untuk mendeteksi dan mengelola kondisi ini sedini mungkin.
Pemeriksaan mata secara rutin sangat penting, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi, agar dapat mencegah perkembangan glaukoma menjadi lebih parah.
Dengan perawatan yang tepat dan deteksi dini, banyak orang dengan glaukoma dapat mempertahankan penglihatan mereka dan menjalani hidup yang aktif dan produktif. [Ingot Simangunsong/***]