PEMATANGSIANTAR – SEGARIS.CO – Dalam beberapa tahun terakhir, survei mengenai perilaku infidelitas atau perselingkuhan di Indonesia menunjukkan hasil yang mengejutkan.
Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh lembaga survei independen, ditemukan bahwa tingkat perselingkuhan di kalangan perempuan Indonesia ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
Survei ini melibatkan 1.500 responden yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.
Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dan kuesioner online, yang dirancang untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang pola perilaku perselingkuhan di antara laki-laki dan perempuan.
Temuan Utama
Prevalensi perselingkuhan
Dari hasil survei, tercatat bahwa sekitar 32% perempuan yang telah menikah mengaku pernah berselingkuh setidaknya sekali selama pernikahan mereka.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan 24% pria yang mengaku melakukan hal yang sama.
Motivasi di balik perselingkuhan
Alasan utama perempuan berselingkuh adalah ketidakpuasan emosional dan kebutuhan akan perhatian yang tidak mereka dapatkan dari pasangan.
Sebaliknya, motivasi utama pria cenderung lebih didorong oleh keinginan fisik dan variasi seksual.
Pengaruh media sosial
Survei juga menunjukkan bahwa media sosial memainkan peran signifikan dalam meningkatkan angka perselingkuhan.
Banyak perempuan mengaku bahwa mereka pertama kali terhubung dengan pasangan selingkuh melalui platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan aplikasi kencan online.
Dampak perselingkuhan
Perselingkuhan tidak hanya berdampak pada hubungan pernikahan, tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu yang terlibat.
Perempuan yang berselingkuh cenderung mengalami tingkat stres dan rasa bersalah yang lebih tinggi dibandingkan pria.
Analisis dan interpretasi
Para ahli sosiologi dan psikologi memberikan beberapa penjelasan mengapa tingkat perselingkuhan di kalangan perempuan meningkat.
Salah satu faktor yang disebutkan adalah perubahan dinamika sosial dan ekonomi di mana perempuan semakin mandiri secara finansial dan lebih terbuka dalam mengekspresikan kebutuhan dan keinginan mereka.
Selain itu, keterbukaan akses informasi dan kemudahan berkomunikasi melalui teknologi juga memberikan lebih banyak peluang untuk menjalin hubungan di luar pernikahan.
Meski demikian, hasil survei ini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Infidelitas adalah isu yang kompleks dan seringkali sensitif, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk nilai-nilai budaya, agama, dan personal.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dengan lebih mendalam tentang fenomena ini dan bagaimana cara terbaik untuk mengatasi dampak negatifnya.
Survei yang menunjukkan bahwa perempuan Indonesia lebih banyak berselingkuh dibandingkan pria menantang beberapa asumsi tradisional tentang kesetiaan dalam pernikahan.
Temuan ini menyoroti perlunya komunikasi yang lebih baik dan pemahaman yang lebih mendalam antara pasangan suami istri untuk menjaga keutuhan dan kebahagiaan dalam pernikahan. [Ingot Simangunsong/***]