Goresan | ingot simangunsong
MALAM ini hujan lagi. Namun tidak sederas kemarin, yang dibarengi gelegar petir keras dan hembusan angin kencang.
Kang Romijan, masih terkulai lemas, duduk di kamar, seorang diri. Lamunannya, belum juga berujung. Itu karena seorang diri, tidak ada teman yang mengingatkan.
Kata Wak Sangkot, hidup ini harus ada temannya, biar ada yang ngingatin kalau salah apa saja.
Itu kata Wang Sangkot. Lain hal pula, yang saat ini menjadi masalah bagi Kang Romijan. Yang membuatnya harus panjang sekali ruang lamunannya.
PRESTASI GEMILANG: 34 siswa SMA Negeri 2 Pematangsiantar lulus PTN Favorit melalui SNBP
Kang Romijan, baru saja dihantam musibah yang sangat luar biasa, yaitu; istrinya yang selama ini dianggapnya akan menjadi teman sepanjang hayat di badan, ternyata memilih jalan lain, lari ke pelukan lelaki lain.
Alasannya, karena Kang Romijan sudah semakin tidak memiliki kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan duniawinya.
Tante Yuni — begitu para tetangga — memanggil istri Kang Romijan. Bunga desa, cantik, dan tubuhnya ramping. Kang Romijan yang dulunya manejer kilang papan ilegal, harus jadi pengangguran, karena kilang digerebek aparat dan disegel.
Artinya, Kang Romijan yang sudah 5 tahun hidup bersama Tante Yuni dan belum punya anak itu, sudah tidak mentereng lagi. Daya beli sudah semakin merosot, sementara permintaan Tante Yuni semakin meninggi, tidak hanya dari kuantitas, juga dari segi kualitasnya.
Itu yang tidak habis-habisnya dari lamunan Kang Romijan, kenapa segampang itu, hati Tante Yuni berubah haluan. Tidak kuat menghadapi gelombang cobaan yang datang, dan secepatnya mencari tempat sandaran baru.
Om Darsono, coba masuk ke dalam ruang lamunan Kang Romijan, dengan satu kalimat pembuka, yakni; “biarkan saja Tante Yuni pergi.”
Namun, kalimat itu pun, tak punya kekuatan untuk mengingatkan Kang Romijan untuk secepatnya move on.
“Kan bukan kamu yang merasakannya Darsono. Tidak segampang membalikkan telapak tangan. Agak butuh waktu panjang, menafsir keputusan Tante Yuni itu, Darsono,” kata Kang Romijan.
Om Darsono langsung nyambar, “hal perselingkuhan itu, tidak membutuhkan tafsir, karena sudah itulah asli prilakunya, memang sudah punya bakat selingkuh dan cepat pindah ke hati yang lain.”
Om Darsono menendang kaki Kang Romijan, sembari bangkit dan bergerak keluar dari kamar.
“Aku pamit Jan… aku tak mau ikut larut dalam lamunanmu yang tidak tahu dimana ujungnya dan kapan diakhiri. Pesanku, jangan kamu jadi senget, sedeng dan gila, karena seorang Tante Yuni yang gatal itu. Ingat, biarkan saja Tante Yuni itu pergi dan lembaran kehidupan lainnya masih menunggumu.”
Om Darsono melangkah ke luar dari kamar.
Kang Romijan pun seorang diri, tanpa ada yang menemani.
Kalimat terakhir yang disampaikan Tante Yuni, seakan menggelegar di daun telinga Kang Romijan, “aku tidak sanggup hidup dengan serba kekurangan ini, aku putuskan kita bercerai saja.”
Duhhhh … Kang Romijan, kenapa kisah sedih ini yang singgah di kehidupanmu ya. Sudahlah Kang Romijan, turuti saja apa yang disampaikan Om Darsono, “biarkan saja Tante Yuni pergi bersama napsu birahi duniawinya.”
Pematangsiantar, 18 April 2024
Penulis goresan, Ingot Simangunsong, pimpinan redaksi Segaris.co