Catatan | Hatoguan Sitanggang
BANYAK faktor menarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, untuk mengunjungi Samosir.
Selain keindahan Danau Toba yang tak tertandingi di dunia, yang terbentuk dari letusan gunung Toba purba sekitar 770.000 tahun yang lalu, pemerintah pusat juga telah serius dalam upaya pembangunan dengan memoles struktur keras di daerah ini.
Bukti keseriusan tersebut terlihat dari terbentuknya Badan Otorita Danau Toba (BODT) dan pengakuan daerah ini sebagai Daerah Pembangunan Strategis Nasional.
Para pemangku kepentingan di daerah ini harus bersyukur atas keajaiban alam Samosir yang sering disebut sebagai “kepingan Sorga”.
Pasar Tradisional “Onan” Tarutung terbakar, Ompui Ephorus HKBP kunjungi pasca kejadian
Pembangunan infrastruktur seperti Jalan Lingkar dalam dan luar Samosir sudah dimulai, sehingga dampak positifnya sudah terlihat bagi wisatawan yang berkunjung melalui Medan, Sidikalang, Tele Pangururan, Medan, Siantar, Simanindo, Ambarita, atau Tomok.
Kehadiran wisatawan harus disambut dengan baik, tetap memperhatikan adat istiadat Batak yang mengatakan “Tamu adalah Raja”, yang harus dihargai dengan baik.
Keamanan dan kenyamanan wisatawan harus dijamin selama berlibur di Samosir.
Namun, masih ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan, seperti keluhan wisatawan lokal mengenai harga makanan dan minuman yang kadang tidak stabil, yang membuat mereka merasa tidak senang.
Selain itu, tarif masuk ke Objek Wisata Patung Yesus di Sibea-bea juga mengalami kenaikan yang signifikan.
Kemudian tarif homestay mencapai Rp300.000 per malam, dengan fasilitas tidak memadai, menjadi sorotan para wisatawan.
Pemerintah Kabupaten Samosir perlu menertibkan hal ini agar ke depannya para wisatawan tidak ragu untuk kembali berkunjung, serta menjaga agar Samosir tetap menjadi tempat yang nyaman bagi wisatawan dan pelaku wisata.
Penulis, Hatoguan Sitanggang, kepala perwakilan Segaris.co di Samosir