Cerita pendek karya | Oki Elzamora Siregar
[Cerita berdasarkan dari kisah nyata]
MEMBERSIHKAN rumah di hari Minggu adalah sudah kebiasaan di keluarga kami. Saling berbagi tugas rumah. Pagi ini, Zane sudah selesai membersihkan rumahnya.
Zane pun duduk santai sambil memainkan Hp dengan segelas es teh di sampingnya.
“Tok tok tok.” Ada seseorang yang mengetuk pintu, dan Zane pun membuka pintu tersebut.
Dia seorang wanita. Ya.. seperti ibu-ibu sosialita pada umumnya.
“Ada mama de?” Kata Ibu itu dengan senyum ramah.
“Oh, ada Bu… tunggu bentar ya bu,” sahut Zane dengan ramah.
Zane pun menuju ke belakang memanggil ibunya. “Ma ada yang nyariin mama tu.”
“Siapa?” Sahut Bu Lena.
“Ga tau,” ucap Zane sambil mengangkat bahunya.
“Ada apa Stel ?” Kata Mama Lena
“Eh ini Kak. Kakak tau Bu Sarah ada dimana? Soalnya sebulan ini ga ada terlihat batang hidungnya,” kata Bu Stella dengan penuh penasaran.
“Oalahhh kakak pun ga tau Stel, kakak juga ga pernah nampak akhir-akhir Minggu ini,” sahut Bu Lena lembut.
“Okelah, ada yang saya mau tanya ni kak,” kata Bu Stella dengan wajah serius.
“Kakak ada utang gak sama saya?” ucap Bu Stella dengan serius.
“Gak ada, kenapa?” tanya Mama Lena dengan serius.
“Ohh kalau kakak gak utang berarti Bu Sarah nii,” kata Bu Stella berpikir dengan keras.
“Bu Sarah mengutang sama saya dengan mengatas namakan kakak,” ucap Bu Stella dengan penuh tekanan.
Deg, bagaikan dada dipukul palu berkali-kali. Bagaimana tidak kaget mendengar info seperti itu.
“Ha? Gila, yang bener aja.” Monolog Zane yang menguping, karena jarak tempatnya duduk sangat dekat dengan teras rumah. Jadi ya, mustahil jika Zane tidak menguping.
******
“Oh, iya…iya Buk waalaikumsalam.” Telepon terputus.
“Kenapa ma?” tanyaku dengan penasaran.
“Mama mau ke rumah Tante Sarah, mau mindahkan barang di rumahnya,” ucap Mama Lena dengan nada lesu.
“Maksudnya pindah rumah gitu? Tapi kan Tante Sarah gak disini?” tanya Zena dengan penuh penasaran.
“Iya dek, bisa dibilang masa kontraknya dah habis tapi belum ada dibayar. Justru itu kita sebagai satu satunya keluarganya yang disini, mau gak mau tanggung jawab kita juga,” jelas Mama Lena.
“Lah kok gitu!? Kenapa kita jadi menanggung? Kalau gitu aku ikut ya ma?” Tawarku dengan nada maksa.
“Jangan, adek gak boleh ikut, masih kecil.” Sahut Bang Kai yang melintas di depan kami.
“Apa sih,” ucap Zena dengan julid.
“Udah udah, sana ganti bajunya kalau mau ikut,” kata Mama Lena.
*****
Wow bisa dilihat barangnya tinggal diletakkan ke dalam mobil. Semua sudah dipacking.
Tapi… Zane sadar banyak ibu-ibu yang sedang melihat kami sembari berbisik-bisik.
“Miris ya, udah ga bayar utang, malah menghilang ditelan bumi…”
“Untung masih ada saudaranya disini yakan bu…”
“Kok gak malu yaa…”
Begitulah kira-kira bisikan ibu-ibu sekitar.
“Ma, kok orang-orang pada ngeliatin ya?” tanya Zane
“Udah, biarin aja..” sahut Mama Lena.
Hari mulai gelap, sesudah memindahkan barang-barang tersebut, ibu, ayah, dan abangnya Zane bergegas ke rumah mereka.
Kini mereka makan malam bersama di ruang tamu.
“Ma, sebenarnya tante Sarah kemana sih? Terus ada masalah apa? Kok jadi mama yang terlibat?” tanya Zane yang amat penasaran.
“Ga ada, ceritanya panjang dek” jawab Mama Lena.
“Tante Sarah tu minjam duit ke orang tapi mengatas namakan mama, terus pergi entah kemana..” jelas Kai.
“Ohh … terus Om Jefry kemana?” tanya Zane.
“Kepo yaaa?” sahut Kai “ck , seriuss” decak Zane.
” Om Jefry di kantor polisi, lebih tepatnya di penjara. karena pakai narkoba, Tante Sarah kekurangan uang makanya Tante Sarah minjam duit kesana kemari.”
Mendengar penjelasan dari Mama Lena, Zane emosi karena tau fakta yang terjadi tapi, untung Zane masih bisa mengontrolnya.
“Oh..” Zane ber oh-ria, tapi Zane ada yang merasa kurang di sini “Ayah, kok diam aja dari tadi? Ayah kenapa?” Tanya Zane
“Gak papa.” Sahut singkat ayah dan meninggalkan mereka.
Mama Lena, Abang Kai, Zane saling berhadapan dan bingung. Entahlah.. Pagi yang lumayan mendukung, banyak angin ke sana ke mari dan suasana yang sangat sejuk.
“Aduhhh kenyangnya perut ini,” kata Zane yang kekenyangan setelah sarapan pagi terlalu banyak.
“Hekkkk.” Zane bersendawa.
“Assalamualaikum” suara orang dari luar.
“Waalaikumsalam” sahut Ayah Rio.
Zane bergegas ke ruang tamu, ia sangat kepo siapa yang bertamu pagi-pagi ini.
Zane sangat kaget, setelah tahu siapa yang bertamu pagi ini .Yap dia tinggi, badannya agak lebih berisi, dan mamakai kupluk.
“Ma, Om Jefry datang” ucap Zane kepada mamanya.
“Dimana dek?” Tanya Mama Lena
“Itu di ruang tamu sama ayah” jawab Zane
“Oh” sahut Mama Lena, dan segera bergegas ke ruang tamu.
“Jadi udah pulang?” Batin Zane, sambil mengintip ke ruang tamu. Ya, om Jefry dan Tante Sarah sudah pulang, dan menanyakan hal tentang rumah.
“Len, kau ada liat amplop putih di atas lemari? yang dalamnya ada uang itu pasti ada kan?” Tanya Tante Sarah dengan tatapan intens ke Mama Lena.
“Ga ada kak, semalam tu ada kertas amplop tapi ga ada uangnya” jawab Mama Lena.
“Oh, kirain.” Sahut Tante Sarah yang sedikit berdecik.
“Astaga… Masih aja suudzon, Belum tobat ternyata” batin Zane yang melihat percakapan Tante Sarah dan mama Lena.
Sepulang Tante Sarah dan om Jefry dari rumah, Zane bernapas dengan lega. “Ma, mama gak capek diginiin mulu sama Tante Sarah?” Tanya Zane.
“Udahlah dek, biarin aja. Nanti ayahmu ngamuk kalo tau adek bahas ini,” jawab Mama Lena.
Ya, semenjak masalah dari Om Jefry ini keadaan ayah Rio disini serba salah, dia bingung. Karena Om Jefry adalah Abang kandung ayah Rio.
Om Jefry mencari nafkah untuk keluarganya dengan cara menggunakan narkoba.
Padahal seharusnya tidak perlu menggunakan narkoba agar mendapatkan uang. Ya, lebih tepatnya Om Jefry menjual sejenis narkoba. Dan sekarang sudah bebas dari penjara, sebab dibantu oleh keluarga untuk meringankan masa tahanan di LP.
“Ma, kalo semisalnya Tante Sarah sadar sama kelakuannya, mama maafin gak?” Tanya Zane.
“Pasti. Apa pun itu mama maafin. Kita gak boleh dendam sama orang” jawab Mama Lena sembari menyeruput teh manis.
Hmm, dari semua masalah Tante Sarah, dia belum ada sekali pun merasa bersalah atau meminta maaf. Muak lihatnya emang. Dan Mama Lena hanya bisa berdoa agar kejadian ini tidak terulang kembali.
Satu bulan kemudian Mama Lena sedang menyapu teras rumah. Tapi… Mama Lena seperti mendengar orang yang sedang berbincang di samping rumah.
Karena penasaran, Mama Lena mengintip ke arah tersebut. Dan…. Betapa terkejutnya apa yang Mama Lena lihat sekarang. Ya seorang pria dan kedua temannya sedang menggunakan sejenis narkoba. Siapakah itu?
Penulis, Oki Elzamora Siregar, siswi Kelas IX-1 SMP Negeri 2 Bandar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, hobi; membaca cerita fiksi dan menari, anak dari pasangan Sori Muda Ariara Siregar dan Farida Nasution.