Cerita Pendek, Karya | Mirakel Sitanggang
REZA adalah seorang explorer dan juga youtuber.
Suatu hari ia ditantang oleh viewersnya untuk pergi ke gerbong kereta yang angker, dan sering dibicarakan oleh masyarakat sekitar karena banyak memakan korban.
Reza kemudian pergi dan naik Gerbong Kereta tersebut, bersama dengan temannya yang bernama Daniel.
Saat mereka menaikinya tepat jam 7.30 p.m. Hari sudah gelap dan mereka baru naik kereta itu.
Dan saat itu lampu yang tiba-tiba mati yang seketika membuat ruangan menjadi gelap. Ruangan yang gelap dan seakan membuat mata tidak bisa melihat ditambah hawa yang memancing bulu kuduk untuk berdiri.
Hal itu juga membuat waktu seakan berhenti dan semuanya terasa lambat. Tiba-tiba Daniel kebelet dan pergi ke gerbang paling belakang. Saat langkah pertama, tiba-tiba terdengar bunyi Keras.
“Duar…”
Sontak Reza mengecek ke gerbong kereta paling belakang dan ia kaget bahwa Daniel yang sedang terbaring dan darah yang berceceran seakan dirinya sedang berada pada ruangan yang berwarna merah.
“Kenapa ini bisa terjadi”!!!!.
Reza bertanya dan tiba- tiba ada yang menarik tangan Reza dan mengangkatnya sehingga kepalanya terbentur ke tembok dengan keras.
“Apa…. Itu…… tadi!!!”
Reza berkata dan pingsan.
Tepat pada hari itu berita kematian Reza menggemparkan dunia maya. Karena kasus itu, dan sudah banyak korban seperti Reza yang hilang tanpa sebab.
Kasus tersebut ditutup, sehingga pengoperasian kereta tersebut dihentikan.
Cerita ini dimulai saat seorang usahawan pembuat kereta menampilkan kereta buatannya pada dunia melalui ajang konferensi pers.
Pada pemberangkatan perdana ada 20 orang yang naik. Pada saat itu kereta tersebut dijuluki ‘kereta otomatis’ karena kereta tersebut tanpa masinis dan hanya dapat diawasi dan dikontrol dari jauh.
Pada saat itu kereta menuju Ovkulen, Pematang Kenbiri.
Saat melewati terowongan, ada sebuah batu besar yang tidak diketahui asalnya dan menghalangi kereta pada kondisi terowongan yang gelap. Batu tersebut tertabrak dan lari dari jalur kereta sehingga menyebabkan kecelakaan.
Pada insiden tersebut 16 orang diantaranya meninggal dan sisanya luka ringan.
Orang yang tersisa disogok oleh si pembuat kereta untuk tutup mulut.
Tetapi semuanya hanya sebentar karena banyak juga korban yang lainnya maka berita tersebut semakin tersebar dan membanjiri dunia maya.
Karena itu semua awak dan pegawainya ditangkap.
Tujuh bulan berlalu, Aku, William dan Stevano pergi untuk menguak misteri pada gerbong kereta itu.
Kami pun mempersiapkan semuanya dan kemudian pergi jam 17.30 sore.
Kami sampai pada jam 18.45. Kereta tersebut disegel dan William kemudian mengoyak segel polisi itu dan kami pun memulai pencarian.
Kami mulai mencari ke semua seluk beluk kereta. Kami ke ruang kendali kereta. Tak sengaja William menarik tuas yang bertuliskan on/off.
Kereta pun bergetar dan sontak kami kaget.
“Apa yang terjadi William.” Aku bertanya dengan rasa was-was.
“Aku tidak sengaja menarik tuas ini,” kata William dengan nada suara bergetar. Karena William menekan semua tombol yang ada, kereta pun berjalan kencang.
“Coba injak pegas remnya!” kata Stevano kepada William
“Sudah kupijak!,” kata Wiliam. Kecepatan kereta kemudian mulai berkurang.
“Baik kita tunggu sampai keretanya berhenti,” kataku, sambil berusaha menenangkan hati kami.
Sesaat kemudian kereta berhenti dan menabrak sesuatu.
“Apa itu? Coba cek keluar,” sahutku dengan lantang.
Kami pun keluar dan mengeceknya. Kami melihat rumah dan pagar yang menghalangi jalan.
Rumahnya yang gelap seperti mengajak untuk masuk ke dalam. Dan hawa yang dingin seiring dengan lampu yang tiba-tiba hidup dan seperti cahaya yang menekan pupil mataku terasa kesakitan.
“Coba cek Wil ada orang!” Kata Stevano dengan nada ketakutan. Tetapi William memberitahu bahwa tidak ada orang disitu. Kami pun masuk ke rumah itu.
“Bau sekali rumah ini,” kataku sambil menutup hidung. Karena baunya yang menyengat seperti membuat hidung berhenti untuk bernafas.
Kami pun masuk ke dalam. Kami mulai berjalan dan menelusuri rumah itu.
“Apa ini banyak sekali tengkorak!!,” kata William terkejut.
“Ayo kita cek dan segera pergi dari sini!!,” kataku dengan perasaan yang panik.
“Cepat”!!
Kami pun segera mengecek dan banyak melihat senjata tajam dan aksesoris dari tubuh manusia. Kami pergi ke ruang refrigator dan banyak melihat daging manusia.
Sontak Wiliam langsung keluar karena tidak kuasa melihat semua itu
“William tunggu,“ sahutku.
Kami pun mengambil senjata dan aksesoris tersebut agar dapat jadi bukti. Aku pergi mengecek lebih jauh dan terdengar suara teriakan William yang meminta tolong kami pergi bergegas keluar dan Aku mencari Stevano untuk pergi dari tempat ini. Aku berhasil menemukan Stevano yang bersembunyi.
“Cepat sembunyi atau dia akan melihat kita.”
Mendengar itu Aku dengan cepat pergi bersembunyi. Kemudian Aku pun melihat orang yang kulitnya berantakan dan memakai topeng berwarna merah darah dan pembunuh itu kemudian pergi dan kami bergegas keluar.
Tetapi nahas kami melihat William, yang badannya terbelah dua dan darahnya yang berceceran.
Cepat kita harus bergegas keluar entah apa yang akan terjadi pada kita lagi. Kami pergi dan melihat sebuah kereta. Kami mencoba menghidupkannya dan ternyata kereta tersebut hidup dan kami langsung tancap gas dan melihat pembunuh tersebut berdiri dengan muka tersenyum lebar.
Keesokan harinya kami melapor ke pihak yang berwajib dan memberikan barang bukti yang kami bawa dari tempat itu dan polisi kemudian melindungi kami dan menindak lanjuti laporan kami.
Dua hari kemudian polisi datang dan menangkap pembunuh tersebut. Tetapi polisi menemukan pembunuh tersebut sudah tidak bernyawa dan polisi membawa mayatnya untuk diautopsi. Dari hasil autopsi tersebut, disimpulkan bahwa pembunuh tersebut ditikam oleh senjata tajam.
Dan polisi juga melaporkan bawahan si pembuat kereta mati bunuh diri di toilet dengan kepalanya pecah karena dibenturka ke tembok.
Insiden itu banyak menimbulkan pertanyaan di masyarakat dan meninggalkan misteri pada setiap orang dan karena berita tersebut kebanyakan orang berspekulasi bahwa ada oknum yang tidak ingin rahasianya terbongkar dan oknum tersebut memiliki banyak jaringan dan informasi.
Kemudian kasus tersebut ditutup dan ditinggalkan karena tidak ada bukti yang kuat.
Dan kami membuat berita tersebut sebagai misteri dan kami mencoba menelusuri kembali sembari kami pergi ke makam William di tanah orang tuanya di Ovkulen.
Tetapi kami tidak mendapatkan hasil apa pun. Sehingga kami meninggalkan misteri tersebut. [***]
Penulis: Mirakel Sitanggang, siswa kelas IX-1 SMP Negeri 2 Bandar, Kabupaten Simalungun, hobby: baca komik, dan prestasi: juara 3 kelas