MELAWAN di DARAT. Sangat tak cukup melalui pertempuran politik di udara,… turunlah segera, dirikan Posko dan Gardu Gotong Royong di lingkungan dan komunitas kita masing-masing di sekitaran 820 ribuan TPS di seluruh pelosok Nusantara!! Sesederhana itu aja, kok, karena kita semua ini bukan Perek Politik !!! Bukan Gerombolan Perek Politik seperti yang dikatakan dengan lantang dan lugas oleh Gus Islah Bahrawi baru-baru ini.
Hal tersebut disampaikan Penasehat Politik DPP Dulur Ganjar Pranowo (DGP) Sabar Mangadoe untuk merespon pernyataan Gus Islah Bahrawi, melalui keterangan tertulis yang disampaikan ke redaksi Segaris.co di Kota Pematang Siantar, Selasa (26/12/2023).
Dilanjutkan Sabar Mangadoe, #KitaSemuaMUAK, hanya ada satu kata, LAWAN!! Lawan Dinasti PoliTikTok OWI | OWO BEO Neo-ORBA [DPO|OBENO].
“Diam bukan pilihan. Segera kita dirikan POSKO dan GARDU gotong-royong dimana-mana. Dimana-mana, kita dirikan POSKO dan GARDU Gotong Royong!!,” kata Sabar Mangadoe.
Sabar juga menyebutkan, bahwa gerakan rakyat atau _’people movement’_ mendirikan POSKO dan GARDU Gotong Royong dimana-mana dimaksud sebagai bukti kongkrit yang terstruktur, sistematis dan masif serta terukur, #TSMT. Bahwa sebuah gerakan rakyat semesta telah dan sedang bangkit dan bergerak serta bergulir seperti bola salju, _’snowball effect’_ melawan mereka semua, melawan [DPO OBENO]. Alias sebagai bukti kongkrit bahwa kini memang sedang bergulir Reformasi Jilid-2, setelah 25 tahun waktu berlalu sejak Reformasi 1998 lalu.
Gus Islah Bahrawi: Banyak Elite Politik Berpura-pura Buta
Sementara itu, Gus Islah Bahrawi tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Madura, dalam tulisannya menyebutkan, bahwa Negara ini diwariskan bagi seluruh anak keturunan bangsa Indonesia, bukan hanya bagi keluarga “Baginda Berhala” itu saja. Tapi apa lacur, hari ini banyak elite politik berpura-pura buta atas segala penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh “Sang Paduka”.
“Para politisi itu menjilat rata — mulai dari tumit hingga sekitar lubang duburnya — hanya demi jabatan, kekuasaan atau jargon ‘kepentingan nasional’. Ada yang pura-pura buta karena terjebak dalam lingkaran ‘kejahatan yang disandera oleh kejahatan’.
Bahkan ada juga beberapa Partai Gurem yang mendadak buta karena terbuai janji: “dijamin lolos ke Senayan,” tulis Islah Bahrawi.
Disebutkannya, ada teman mengingatkannya: “Cak, jangan terlalu kencang mengkritik penguasa, nanti dukungan Capresmu kalah dan kelak kamu ditandai!”
Gus Islah Bahrawi, malah menjawab lebih kencang lagi: “Bodo amat! Jika kita memilih diam atas segala kezaliman ini, lalu untuk apa Tuhan memberi kita otak, mulut dan mata?”
Ini bukan soal kalah atau menang, ini tentang perjuangan mencegah komplotan psikopat berkuasa!
Kita ini “orang-orang kecil” yang dikacangin “orang-orang besar” setiap hari, dan hanya terlihat seksi setiap lima tahun sekali. Padahal hidup mereka belum tentu berpengaruh bagi hidup kita. Bahagia mereka, belum tentu membuat kita gembira. Duka kita, tidak akan membuat mereka banjir air mata. Iya, kan?
“We’re just ordinary people who refuse to be political motherfucker!”, teriak Mark Twain suatu ketika.
“Buktikan bahwa kita bukan bagian dari penggadai harga diri: yang meski bajunya dijambak tapi lidahnya masih berusaha menjilat. Buktikan meski kita bukan siapa-siapa tapi setidaknya kita menolak untuk menjadi “Perek Politik”, tulis Gus Islah Bahrawi. (Rilis/***)