DI POJOK Coffee Café “NABALAU”, Amani Ronggur dan Amani Padotdot, duduk berdua saja. Keduanya, memilih meja yang pas untuk dua orang saja.
Artinya, keduanya tidak membuka ruang, bagi yang lain untuk nimbrung ngopi dan berdialog APA SAJA.
Kenapa? Karena keduanya takut dan wanti-wanti, agar apa yang mereka perbincangkan, tidak menjadi komoditi LIAR dan NAKAL, dikarenakan, adanya penambah-nambahan dan pengurang-pengurangan kata.
“Sudahlah, kita berdua saja, karena orang ketiga, akan bisa menjadi ‘duri’ dalam daging,” kata Amani Ronggur.
“Bah, ketahuan kali kau ikuti sidang penembakan itu, ya. Kau adopsi kalimat yang disampaikan si KUAT, ‘duri’ dalam keluarga,” kata Amani Padotdot.
“Koqqq… kau katakan begitu. Duri dalam daging itu, pribahasa yang dulu kita pelajari dalam Bahasa Indonesia. Tak ada hubungannya dengan si KUAT. Pernyataanku itu, berdiri sendiri, tidak ditopang yang lainnya,” kata Amani Ronggur.
Amani Padotdot menyeruput kopi di depannya. Amani Ronggur menerima telepon.
“Haaaaaahhhhh… Ada apa Mak Ronggur,” Amani Ronggur berbicara dengan istrinya.
“Akh, yang capek kali lah kau, Mak Ronggur, memikirkan apa yang sedang dilakukan orang-orang politik itu. Biarkan sajalah, mereka dengan dunia mereka. Masih ingatnya kau, penyanyi Achmad Albar, yang lagunya PANGGUNG SANDIWARA itu….. Nahhhhhh, itulah yang sebenarnya, SANDIWARA nya itu, Mak Ronggur,” kata Amani Ronggur yang kemudian mematikan perteleponannya dengan Mak Ronggur.
*****
Masyarakat Haranggaol berdoa, berangkatkan dan akan menangkan Dasa Sinaga menuju DPRD Sumatera Utara
“Koqqqqq, kau sebut SANDIWARA….,” kata Amani Padotdot.
“Akhhhhh, kau pun pura-pura telat mikir. Sandiwara itu, dimulai dengan adegan ELEKTABILITAS, dikaitkan dengan kata MENAIKKAN. Nahhh, dikata MENAIKKAN itu lah, lahir lakon-lakon serasa diperlakukan tidak adil, serasa mendapat dukungan. Kemudian, dapat kerjalah para pemilik pengetahuan pengumpulan data (survey),” kata Amani Ronggur.
“Maksudnya, kau mau mengatakan, ada pengumpulan data pesanan untuk menaikkan elektabilitas,” kata Amani Padotdot.
“Tidak ada kukatakan begitu… Itu katamu. Tapi, sudahlah, jadi kita ikuti pula alur pikirnya Mak Ronggur,” kata Amani Ronggur.
Kita seruput habislah kopi kita ini, kata Amani Ronggur, karena tidak ada yang gratis BICARA di Coffee Café “NABALAU”.
#SalamPeduliSesama
Pematang Siantar, 14 Desember 2023
Penulis, Ingot Simangunsong Anaxi Murlan boru Silitonga, pimpinan redaksi segaris.co