Pemimpin serakah dan tidak peduli masyarakatnya akan dapat karma
Catatan | Nota Lase
Dalam era digital dan modern ini, tampaknya nilai-nilai kepemimpinan hampir berfokus pada pencitraan diri, teknologi atau etika kepribadian. Pencitraan diri seseorang seolah-olah menjadi kunci kesuksesan seorang pemimpin.
Pencitraan diri sering dibangun melalui media sosial, media elektronik dan media massa seakan menjadi penentu seorang pemimpin.
Asumsi di belakangnya ialah, semakin populernya seseorang, maka hal ini mengindikasikan bahwa dia berpengaruh dalam masyarakat.
Terkadang kepopuleran seseorang itu melebihi artis, jalan pintas pun dianggap pantas, yang penting populer dan terkenal di mata masyarakat.
Tidak memiliki pengaruh yang kuat
Namun saya berpendapat sebaliknya, justru seorang pemimpin kalau tidak memiliki karakter yang luhur dan juga attitude yang baik, dia tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap orang lain, maka dengan demikian kepopuleran seseorang tidak menjamin dia memiliki pengaruh.
Terkhususnya di Kota Gunungsitoli, yang sebentar lagi merayakan Pesta Demokrasi melalui Pemilihan Anggota Legislatif dan Pemilihan Kepala Daerah, maka masyarakat harus memilih pemimpin yang berpengaruh, pemimpin yang memiliki akhlak yang mulia serta memiliki keunggulan karakter yang membedakannya dengan orang lain.
GUNUNGSITOLI butuh PEMIMPIN BARU pembawa PERUBAHAN dan PEMBAHARUAN
Tetapi tidak dapat dipungkiri juga, jika banyak pemimpin yang mendapatkan apresiasi yang sebaliknya, mereka dihina, dibenci, dan direndahkan oleh masyarakat yang dinaunginnya.
Sehingga tidak perlu heran jika sosok pemimpin dijadikan sebagai indikator baik buruknya suatu wadah mau pun daerah yang dipimpinnya. Karena pemimpin mempunyai kewajiban mengayomi dan mensejahterakan rakyat yang ia pimpin.
Oleh sebab itu masyarakat dalam memilih pemimpin jangan sembarangan, karena kepemimpinan tersebut menyangkut kehidupan kita dan orang banyak.
Marilah berkaca pada sejarah
Dalam memilih pemimpin harus ditelaah terlebih dahulu, potensi apa yang ia miliki, sikap dan kepribadiannya sehari-hari serta aspek-aspek lainnya. Marilah kita berkaca pada sejarah sosok pemimpin seperti apa yang pantas menduduki kursi kepemimpinan.
Ada pun kepribadian sosok pemimpin yang dibutuhkan masyarakat Kota Gunungsitoli, adalah sosok pemimpin yang punya Iman.
Sebagaimana yang kita alami dan kita rasakan selama ini, pemimpin itu kebanyakan memiliki sifat yang angkuh, sombong dan merasa berkuasa. Maka disinilah letaknya iman itu berperan, sebagai alat pengontrol seseorang untuk sadar akan jabatan yang diembannya hanya titipan sementara.
Selain itu, harus juga memiliki sifat penakut atau perasaan takut dengan menyinkronkan pemanfaatannya secara beriringan pada keberanian yang dimiliki, sehingga saling mendukung satu sama lain.
Sudarno: “Tahun 2016 jalan utama dibeton, kemudian ditetapkan jadi jalan kabupaten”
Sifat dan ciri pemimpin yang diharapkan
Pemimpin yang ikhlas akan dekat di hati orang-orang yang dipimpinnya. la mendasari kepemimpinannya dengan rasa mencintai sesamanya serta sarana beribadah kepada Tuhan.
Keikhlasan hatinya membuat ia tegar terhadap segala ujian. la tidak mengharapkan pujian, mengabaikan cacian, tidak pernah dendam. la menjalankan kewajibannya yaitu melayani orang-orang yang dipimpinnya.
Kemudian, pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab menyebabkan hak-hak semua masyarakat yang dipimpinnya dapat ditunaikan dengan baik.
Pemimpin harus teguh pada kebenaran yang sesuai norma agama dan hukum masyarakat. Pemimpin yang profesional dan tak tergelincir pada masalah KKN yang marak dewasa ini.
Pemimpin yang memiliki kesabaran selalu menguntungkan, tidak ada kata ruginya sama sekali. Walaupun berhadapan dengan berbagai ragam karakter orang yang harus dilayani, tetapi tetap mampu dalam menanganinya dengan rasional.
Tidak sombong. Sifat ini sangat dicintai Tuhan dan disukai manusia, pemimpin mestinya tidak tabu terhadap kritik, tidak gila hormat dan pujian dan tidak menerapkan prinsip aji mumpung, mumpung punya kuasa.
Berkata benar dan jujur, walau dalam keadaan apa pun. Kemudian, cinta ilmu pengetahuan merupakan tonggak kepimpinan. Ilmu pengetahuan yang bersifat eksplisit yakni pengetahuan yang dapat diartikulasikan ke dalam bahasa formal, termasuk pernyataan gramatikal, ekspresi matematika, spesifikasi, manual, dan lain sebagainya.
Sehingga pengetahuan tersebut dapat ditularkan terhadap orang lain dan pengetahuan yang bersifat implicit yakni pengetahuan yang telah tertanam dalam pengalaman individu dan melibatkan faktor-faktor tak berwujud, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan sistem nilai positif.
Pengetahuan implisit memang sulit, dikarenakan berisi wawasan subyektif, intuitif, dan firasat. Pengetahuan yang diperolehnya berasal dari totalitas pengalaman dan penghayatan setelah sekian lama digumuli dan lebih pada keyakinan, persepsi, cita-cita, nilai, emosi dan model mental yang telah begitu mendarah daging pada diri pemimpin, yang seolah-olah merupakan faktor pemberian dan bawaan.
Namun secara pelan-pelan jika pengetahuan tersebut diterapkan maka membentuk cara atau gaya seseorang dalam memandang dunia di sekitarnya.
Mahir berkomunikasi. Pemimpin harus mahir menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan positif atas hubungan khususnya antara pemimpin dan individu yang dipimpinnya.
Komunikasi yang baik bisa membuat seorang pemimpin dipandang menarik walau pun mungkin penampilannya kurang menarik. Kala menghukum/mengritik nada bicaranya tidak terasa pedas dan menyakitkan, bahkan justru bisa mendorong semangat anak buahnya untuk memperbaiki diri. Pujiannya juga pas dan tulus.
Tepat janji. Jika sudah berjanji, sekecil apa pun itu, penting bagi seorang pemimpin untuk menepatinya agar semakin dipercayai dan disukai. Orang tidak akan ragu-ragu untuk terus memberi mandat kepada pemimpin yang selalu menepati janji.
Pemimpin yang menabur janji-janji kosong akan membuat masyarakat kecewa dan memandang pemimpinnya tidak lagi punya integritas yang tinggi.
Berhati-hati dalam membuat keputusan atau berbicara menjadikan seseorang pemimpin dihormati.
la selalu bertindak berdasarkan norma atau pemikiran yang jelas, serta menjauhi perkara yang meragukan (di wilayah abu-abu).
Sikap ini disukai orang karena menunjukkan pemimpin tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang punya maksud terselubung.
Pemimpin yang mengutamakan kepentingan bersama membuat hak-hak masyrakat terpenuhi. Sehingga membuat masyarakat tambah cinta pada pemimpinnya yang memperhatikan kepentingan mereka melebihi dirinya sendiri.
Gamot Huta I, Sudarno: “Mohon Pak Bupati Simalungun prioritaskan bangun jalan 12 kilometer”
Memahami dinamika zaman. Seorang pemimpin mengikuti suasana politik, ekonomi dan aspirasi pengikutnya.
Kemampuan memahami keadaan dan menyesuakan diri dengan keperluan masyarakat yang menjadikan pemimpin itu diterima semua kalanan.
Berwawasan luas. Pemimpin yang berwawasan luas, senantiasa terencana dan terkontrol keputusan serta tindakannya.
la tidak pernah berpikir jalan pintas serta senantiasa mempertimbangkan keuntungan jangka panjang bagi pengikutnya.
Yang tidak kalah penting, adalah sikap anti korupsi, yang akan memagari seseorang dari tindakan mengambil atau menggunakan hak umum.
Sehingga harta dan aset umum akan dipelihara dengan baik.
Sementara itu, kekuatan spiritual akan mengontrol tingkah laku seseorang tetap positif dan produktif. Pemimpin konsisten dengan kebajikan dan menjauhi perkara yang merugikan masyarakat banyak.
Keterampilan atau skill yang digunakan
Selain ciri tersebut maka fator lain yang harus dimiliki seorang pemimpin termasuk keterampilan atau skill yang digunakan untuk menunjukkan keahlian dalam berbagai bidang yang menuntut kinerja bermutu tinggi dengan memiliki bekal keterampilan yang sesuai dengan tuntutan tugas.
Pengetahuan dan keterampilan ini akan memberikan kontribusi langsung kepada proses kepemimpinan.
Pemimpin juga harus bisa menampilkan ketulusan dan integritas dalam semua tindakannya yang berbasis pada akal fikiran, sikap dan prinsip-prinsip moral dengan tidak membuat keputusan berdasarkan keinginan, perasaan, atau faktor dipengaruhi serta factor emosional lainnya yang bersifat terlalu subyektif, juga harus mampu menunjukkan kredibilitas dan orijinalitas dalam segala hal yang ia lakukan.
Dengan menunjukkan keteladanan dan ketahanan dalam mental, fisik, dan stamina spiritual. Sehingga bekal kredibilitas ini akan mudah menginspirasi orang lain untuk meraih puncak prestasi baru dan akan mempertaruhkan reputasinya bila hal itu diperlukan demi kepentingan masyarakat.
Pemimpin harus mampu menyadari bahwa prasangka adalah musuh keadilan. Bersikap empati dan peka terhadap perasaan, nilai-nilai, kepentingan, dan kesejahteraan orang lain.
Menyukai keragaman, kaya perspektif dan memiliki pandangan jauh kedepan dan Memiliki ketekunan untuk mencapai tujuan, meski menghadapi risiko dengan menampilkan ketenangan dan kepercayaan diri serta memiliki penilaian yang baik tentang berbagai persoalan dan menggunakannya untuk membuat keputusan yang terbaik pada waktu yang tepat.
Kemudian mampu melakukan perubahan pada waktu yang tepat, dengan menggunakan pemikiran, rencana, dan metode yang tepat pula.
Juga mampu menampilkan kreativitas dengan menciptakan tujuan baru yang lebih baik, sekaligus menemukan ide inovatif dan solusi atau resolusi baru untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi
Mencari pemimpin yang seperti ciri tersebut sangatlah sulit dan tidak gampang, siapa pun sosok yang akan muncul sebagai calon pemimpin Kota Gunungsitoli ke depan, jelas tidak ada yang benar-benar sempurna sebagaimana harapan masyarakat, tetapi paling tidak seseorang yang dapat merangkul, melayani dan mengayomi semua masyarakat tanpa membeda-bedakan latar belakang kehidupan.
Ingat bahwa pemimpin atau penguasa yang tidak pro rakyat dan tidak mensejahterakan masyarakat yang dinaunginnya, maka pemimpin tersebut kedepannya akan mendapatkan karma.
Mungkin karma itu tidak diterimanya pada masa kehidupannya sekarang, akan tetapi pasti karma itu akan diterima oleh keturunannya.
Hukum tabur-tuai pasti berlaku, yang berbunyi “Apa yang ditabur seseorang maka itu pulalah yang dituainya.” (Bersambung berikutnya di rubrik yang sama)