SONTAK!!! Saya saat itu lemas dan tidak percaya atas kabar kematian suami saya tercinta Arfan Saragih. SEPERTI MIMPI.
Hal itulah yang disampaikan Jeni Simorangkir, istri Almarhum Bripka Arfan Saragih kepada wartawan segaris.co, Hatoguan Sitanggang, Kamis (16/03/2023).
Bripka Arfan Saragih – anggota Polres Kabupaten Samosir itu – yang diduga bunuh diri ditemukan Di Simullop, Desa Hutaginjang, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, Jumat 6 Februari 2023.
Akhirnya kehilangan kontak
JUMAT, 2 FEBRUARI 2023, menjadi hari terakhir Jeni Simorangkir bertemu dengan almarhum suaminya, Bripka Arfan Saragih, yang dari Satlantas sudah pindah tugas ke unit Sabhara Polres Samosir.
Seperti biasanya, Bripka Arfan Sarapan, sebelum ngantor, mengantar istri dengan anak-anaknya karena tepatnya Jumat, ada acara Jalan-jalan dari Taman kanak-kanak (TK) Polres Samosir.
“Sekira pukul 08.30, kami masih bisa komunikasi dengan baik sehingga hati saya bisa tenang membawa kedua anak jalan-jalan,” kata Jeni Simorangkir.
Pukul 12.00 atau waktu makan siang, Jeni Simorangkir kembali menghubungi almarhum, dan menanyakan, “Apa papi sudah makan.” Almarhum menjawab singkat saja karena ada yang mau dikerjakan, “Sudah ya mami, aku ada urusan.”
Dan itulah ucap terakhir dari almarhum yang didengar Jeni Simorangkir .
Di pukul 13.00 WIB, Jeni Simorangkir mencoba lagi meenghubungi melalui chat WhatsApp almarhum, pesan masuk dengan centrang biru, tapi tidak ada balasan.
“Pukul 14.00 WIB, saya coba lagi Chat WhatsAppnya, masuk dan tetap centrang biru, melihat itu semua akhirnya saya menghubungi, dan berdering tapi tidak diangkat. Hari itu terus menerus saya hubungi namun tidak diangkat,” kata Jeni Simorangkir.
Melapor kehilangan kontak
Merasa kalut, Jeni Simorangkir pun menghubungi semua keluarga dan serta sore itu, sepulang antar anak-anak dari jalan-jalan, mendatangi Mapolres untuk melaporkan suaminya sudah kehilangan kontak.
Namun saran salah seorang anggota polisi yang piket, agar jangan dulu melaporkan, dicoba dulu dihubungi melalui teman atau keluarga.
“Akhirnya saya pulang ke rumah dengan hati tidak tenang lagi. Besoknya, saya atau tepatnya Sabtu 3 Febuari 2023 kembali mendatangi kantor Polres Samosir untuk melaporkan namun kembali saya disarankan untuk tetap menghubungi atau mencari di semua keluarga,” kata Jeni Simorangkir.
Berangkat ke Medan
Kemudian, Jeni Simorangkir, meminta seseorang agar mencek lokasi keberadaan telepon seluler almarhum, dan hasilnya diberitahukan posisinya di Medan.
“Mendapat penjelasan tersebut, saya langsung berangkat ke Medan naik Bus Sampri pukul 23.00 malam. Saya sampai Minggu pagi di Medan di rumah Amang Uda saya di komplek Perumahan Simalingkar,” kata Jeni Simorangkir.
Kepada Amang Uda (sebutan kepada adek Bapak), Jeni Simorangkir menceritakan semua permasalahan, dan akhirnya pihak keluarga menyarankan agar pulang malam itu juga ke Samosir supaya resmi melaporkan atas kejadian bahwa suaminya hilang.
“Pada Senin pagi 6 Febuari, saya sampai di Samosir dan sekira pukul 10.00 WIB mendatangi kantor Polres Samosir dengan niat melaporkan tentang kejadian hilangnya kontak dengan suami selama beberapa hari ini,” kata Jeni Simorangkir.
Melapor ke Kapolres
Jeni Simorangkir pun memberanikan diri untuk melaporkan langsung permasalahan ke Kapolres AKBP Yogie Hardiman.
Namun melalui ajudan meminta menunggu karena Kapolres saat itu ada tamu.
“Selang beberapa jam atau selesai makan siang Kapolres tampak tergesa-gesa keluar dengan beberapa anggota pergi tanpa melihat saya waktu itu,” kata Jeni Simorangkir.
Akhirnya, salah satu kawannya, seorang ibu Bayangkari memberitahu bahwa suaminya sudah meninggal dan ditemukan di Simullop, Desa Hutaginjang, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir.
Belum bisa terima suaminya meninggal dan hubungan harmonis
Saat wawancara eksklusif dengan segaris.com, Kamis (16/03/2023), Jeni Simorangkir mengatakan, “Saya bersama kedua anak kita, kemana lagi mengadu papi (Almarhum Bripka Arfan Saragih -red) dan hingga saat ini buat saya, kamu belum kuterima meninggal. Kok begitu cepat kamu pergi untuk selamanya.”
Jeni Simorangkir mengungkapkan, bahwa hubungannya dengan almarhum tidak ada masalah.
“Kami selama ini sebagai suami-istri sangat harmonis. Dia sangat baik, bahkan kejadian ini, sangat, sangat membuat hati pilu, serasa tersayat-sayat, mengingat dia sangat menyayangi kedua anaknya, yang setiap pulang kerja menyempatkan diri untuk bermain. Kenangan tersebut membuat saya dan anak-anak tidak bisa melupakan dari lubuk hati paling dalam,” kata Jeni Simorangkir.
Kurang mengerti apa tugas suami yang pendiam
“Sebagai istri polisi, saya kurang mengerti apa tugas suami selama ini. Yang kutau hanya melayani dia dan merawat kedua anak kami,” kata Jeni Simorangkir yang mengaku bukan dirinya tidak mau tau.
“Karena suami saya selalu bilang, sudahlah mami, kubilangpun kamu pasti tidak akan mengerti tentang kerjaanku,” kata Jeni Simorangkir menirukan apa yang dijelaskan suaminya.
“Suami saya orangnya sangat pendiam dan selalu tertutup dalam segala hal apalagi yang berbau pekerjaan di kantornya. Hal ini kadang membuat hati bertanya-tanya melihat semua kejadian ini hingga dia disangkakan mengelapkan uang Rp1 miliar lebih sesuai keterangan Pers pada 14 Perbuari 2023. Hal itu membuat saya seperti mimpi di siang bolong, ditambah dia sudah tiada lagi di dunia ini,” kata Jeni Simorangkir.
Panggilan Kapolres
ai mengetahui kejadian ini setelah ada panggilan dari Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman pada Januari 2023, namun saya tidak ingat tanggalnya,” kata Jeni Simorangkir.
Hasil pertemuan dengan Kapolres, almarhum menyebutkan, diminta agar segera membayarkan sejumlah uang.
“Namun hingga saat ini, kurang kupahami jumlah atau besarnya yang digelapkan almarhum. Yang pasti, hanya satu minggu waktu yang diberikan untuk mengembalikan,” kata Jeni Simorangkir.
Perintah mengembalikan uang itu, yang membuat Jeni Simorangkir mengetahui suaminya bertugas di UPTD Samsat Pangururan sebagai anggota bagian unit cek rangka.
“Hal uang yang harus dikembalikan sesuai keterangan almarhum dari perintah Kapolres Samosir sebanyak Rp1 miliar lebih bukan dua miliar lebih seperti yang diberitakan media. Saya mohon diralat pemberitaannya. Apalagi yang terlibat sesuai penyelidikan ada lima orang yang masih belum disebut nama-namanya. Hanya nama almarhum yang terpampang di semua media,” kata Jeni Simorangkir.
Sudah serahkan Rp680 juta
Jeni Simorangkir menjelaskan, terhadap penggelapan uang tersebut, yang diperintahkan untuk dikembalilan, TAHAP PERTAMA sudah membayar Rp280 juta dan TAHAP KEDUA sudah disetor ke kantor Samsat Rp400 juta.
“Uang kami serahkan itu hasil dari pinjaman Bank dan penjualan rumah di Desa Sianting-anting, Kecamatan Pangururan kepada Namboru (bibi-red). Yang pasti niat baik kami, sudah membayar beberapa kali,” kata Jeni Simorangkir.
Apa pun konsekuensi dalam kasus penggelapan itu, almarhum sudah mengusahakan membayar sesuai arahan pimpinannya.
“Namun sangat disayangkan setelah kami menyetor pada 2 Pebruari 2023 dengan harapan ke depan bisa melunasi semuanya, suami saya keburu sudah mengahadap kepada Tuhan,” kata Jeni Simorangkir. (***)