PERJALANAN ke-wartawan-anku, yang disebut sebagai “kuli” atau “pekerja”, diusik dua figur, yakni istriku, almarhumah Dwi Suprianti boru Sinambela, dan Lae Dasa Sinaga.
Istriku, almarhumah Dwi Suprianti boru Sinambela, tiga bulan sebelum kepergiannya memenuhi panggilan SANG KHALIK, selalu mengingatkanku, untuk mengelola media sendiri. Sudah waktunya, melepaskan diri dari “belenggu” ketidakpastian sebagai “pekerja” atau “kuli”.
Istriku, yang mendampingiku selama 28 tahun, sangat paham betul, bagaimana perjalanan kewartawanan yang kugeluti. Bagaimana pemilik-pemilik media, yang dinilainya sangat tidak manusiawi dalam memberikan imbalan jasa.
Istriku, selalu menyampaikan protes, karena begitu seriusnya diriku dalam menjalankan kewajiban, sementara hakku tidak mengalir dengan baik seturut kewajiban yang sudah dilaksanakan.
Bahkan, istriku dapat “membaca”, bagaimana kemampuanku dimanfaatkan, sementara ada orang lain, yang mengantongi status sama, bekerja hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Selama 28 tahun, aku sudah gonta-ganti tempat, sebagai “pekerja” atau “kuli”. Beberapa kali, terdampar di satu kota dan kabupaten, istriku sangat merasakan, adanya perlakuan yang tidak dapat ditolerir oleh rasa keperempuanannya, yang membuat batinnya merontah.
Menjelang akhir hayatnya, istriku mengingatkan kembali, sudah saatnya aku memiliki media sendiri. Sudah saatnya mengatur kebebasan berkreasi, tanpa dibatasi “kekuatan-kekuatan” yang tidak sepadan dengan alur pikiranku.
“Kita sudah sering tidak memiliki apa pun. Setelah kepergianku, media itu harus ada. Lebih baik lapar bersama media sendiri. Tapi, aku yakin, dengan media sendiri, kamu akan lebih bebas. Jangan pikirin apa yang mereka katakan, pikirin saja apa kata hatimu. Tinggalkan pengabdian yang selama ini kamu berikan pada ketidakpastian.”
Itu pesan terakhir almarhumah istriku.
Hingga kuantar sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya, sampai beberapa bulan, aku tidak dan belum menerima “sinyal” bagaimana mendapatkan media pesanannya.
****
KUASA Tuhan bekerja, dan sungguh luar biasa.
Aku dipertemukan Tuhan, dengan Lae Dasa Sinaga melalui Lae Hotlen Manik.
Kemudian, pada pertemuan lanjutan – aku yang dalam posisi “panik” dan pikiran sedang kalut – menyampaikan keinginan untuk mengerjakan sesuatu, yang sebenarnya sangat tidak mungkin untuk kukerjakan, dan bertolak-belakang dengan dunia keWARTAWANanku.
Lae Dasa Sinaga mengingatkan, bahwa aku tidak akan sanggup menjalankan pekerjaan yang kuminta, karena aku tidak punya “darah” untuk itu.
Kemudian, Lae Dasa Sinaga menyentuh talenta yang sudah mandarah-daging di perjalanan hidupku, yaitu talenta penulis dan wartawan (jurnalis).
Diobok-oboknya semangatku, seperti almarhum istriku, yang menginginkan diriku memiliki media sendiri.
Dua kekuatan inilah, yang membangunkan tidur panjangku dari dalam belenggu “kuli” atau “pekerja”, untuk bergerak menjadi pemilik media.
****
RASA syukur selanjutnya, Tuhan mempertemukanku dengan Zainal Efendi (Bang Ze), yang sudah cukup dikenal sebagai disain web.
Zainal Efendi – tidaklah sering ketemu denganku – tetapi saat itu, serasa seperti sudah lama saling sapa.
Niatan untuk dibuatkan disain web kusampaikan. Ketika kusodorkan sebuah nama untuk web, diberikannya pemahaman tentang sebuah nama. Aku dapat menerima, dan kutarik nama yang kusodorkan, walau ada nuansa kenangan untuk almarhum istriku.
Disebutkan Zainal Efendi, ada nama (domain) yang pernah ditawarkannya kepada seseorang, tetapi dianggap kurang menarik. Namanya segaris.co, lebih familiar.
Aku menyetujuinya, dan domain itu dibeli dan disain web pun dikemasnya.
****
Mediaonline segaris.co, memulai debut onlinenya, terhitung sejak 04 Maret 2022 di bawah naungan perusahaan pers, P.T Dwi Nambela Segaris, yang beralamat di Jalan Toba No 94, Kelurahan Martimbang, Kecamatan Siantar Selatan, Kota Pematang Siantar, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia – 21118.
Mediaonline Segaris.co, lahir dari “keprihatinan” atas pengalaman pahit, yang tentu tidak menjadi hal pahit pula, bagi setiap teman yang bersama-sama dalam barisan perusahaan dan keredaksian.
Mediaonline Segaris.co, bergerak dalam bingkai Undang-Undang Pokok Pers, Kode Etik Jurnalistik, kaidah-kaidah jurnalistik lainnya, seperti kesantunan, keadaban, dan tidak untuk menyakiti atau melukai melalui kata.
Mediaonline Segaris.co, fokus pada satu garis tidak terputus, adalah bentuk konsistensi dan komitmen dalam memaknai penyampaian informasi, dengan motto bahwa “apa yang kami tulis sudah pasti kami tahu, dan apa yang kami tahu belum pasti kami tulis.”
Ingot Simangunsong, Pimpinan Redaksi Mediaonline Segaris.co